Business Coaching

Strategi Penjualan Sosial

Praktik penjualan tradisional dengan metode cold calling – menelpon seseorang yang sama sekali tidak dikenal – semakin menemui batasannya dalam era digital. Mencari nomor telepon prospek yang tepat dan menghadapi tanggapan yang kurang responsif dari panggilan telepon seperti itu menjadi tantangan tersendiri. Berpikir tentang berapa banyak panggilan yang harus dilakukan untuk mencapai target bulanan atau triwulanan dapat menjadi pekerjaan yang melelahkan.

Studi menunjukkan bahwa taktik penjualan sosial lebih efektif daripada metode panggilan langsung. Hanya 1% panggilan jenis ini yang berhasil menjadi pertemuan dengan prospek, sementara 69% diskusi yang dimulai di media sosial berhasil menghasilkan peluang penjualan. Tim Hughes, CEO dan Kepala Penjualan di Digital Leadership Associates, membagikan praktik terbaiknya agar bisa berhasil ketika terlibat dengan prospek di dunia media sosial.

Banyak orang mungkin mengira bahwa penjualan sosial adalah sebatas penjualan yang dilakukan di platform media sosial. Namun, sebenarnya penjualan sosial lebih dari sekadar itu. EMail atau pesan yang tidak diminta hanya akan dianggap panggilan pemasaran biasa versi media sosial. Dalam era di mana interupsi dan broadcast berlebihan dari tenaga penjualan semakin dihindari, penting bagi kita untuk menciptakan hubungan yang lebih baik dengan prospek melalui media sosial.

Media sosial dapat membantu dalam dua jenis aktivitas yang memunculkan permintaan, yaitu pencarian dan pemasaran masuk. Dalam kedua kasus tersebut, profil kita akan diperhatikan oleh orang yang kita hubungi, dan kesan pertama sangatlah penting. Di dunia bisnis B2B, kita harus terlihat sebagai seorang ahli yang dapat membantu dan membimbing prospek dalam proses pengambilan keputusan. Aktivitas aktif dan pasif di media sosial, seperti menulis dan berbagi konten serta membangun jaringan yang kuat, akan membantu kita dalam mencapai tujuan tersebut.

Menggunakan taktik penjualan sosial, daripada menelepon secara langsung, akan membantu kita dalam menjangkau prospek dengan lebih baik dan lebih cepat. Pemasaran masuk juga menjadi bagian penting dalam melengkapi strategi pencarian calon pelanggan kita. Konten informatif juga memegang peran kunci dalam penjualan sosial. Prospek dan klien akan menilai kita berdasarkan konten yang kita bagikan di media sosial. Oleh karena itu, konten yang relevan dan bermanfaat akan membantu kita dalam mencari prospek dengan lebih efektif.

Advokasi karyawan juga dapat membantu tenaga penjualan dalam membangun kehadiran mereka di media sosial dan memposisikan diri sebagai ahli. Dengan memberdayakan karyawan untuk berbicara dengan suara mereka sendiri tentang perusahaan, kita dapat memaksimalkan strategi SEO, memanfaatkan pemasaran influencer, dan meningkatkan strategi pemasaran konten kita.

LinkedIn sering dianggap sebagai saluran utama untuk menjangkau prospek. Namun, selain LinkedIn, terdapat juga saluran media sosial lain yang dapat digunakan dalam strategi penjualan sosial. Twitter, Instagram, Facebook, dan YouTube juga memiliki peran penting dalam membangun kepercayaan dan hubungan dengan prospek.

Untuk mengevaluasi ROI dari strategi penjualan sosial, pendapatan menjadi metrik yang paling penting. Dengan menggunakan mekanisme yang tepat, seperti sistem informasi manajemen konsumen yang dapat mengukur aktivitas di media sosial hingga kesepakatan tercapai, perusahaan dapat mengevaluasi sejauh mana strategi penjualan sosial mereka berhasil dalam meningkatkan pendapatan tambahan. Hanya dengan pendekatan yang tepat dan fokus pada hasil yang diinginkan, penjualan sosial dapat menjadi kunci sukses dalam pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *