kepemimpinan transaksional bag 1
Gaya kepemimpinan ini mengandalkan penghargaan dan hukuman untuk memotivasi.
Disebut sebagai kepemimpinan transaksional karena gaya kepemimpinan ini bergantung pada pertukaran atau transaksi. Bawahan yang tugasnya dapat ia selesaikan sesuai dengan spesifikasi atau target tertentu akan menerima penghargaan sebagai imbalan atas upaya yang ia lakukan, sementara yang berkinerja di bawah ketentuan akan ditegur atau mungkin dihukum.
Jika membicarakan tentang kemunculan konsep ini, Kepemimpinan transaksional pertama kali diperkenalkan oleh Max Weber. Ia menamai konsep ini sebagai kepemimpinan rasional-legal. Weber adalah seorang sosiolog Jerman yang lahir pada tahun 1864, yang juga dikenal sebagai pencipta teori birokrasi.
Kepemimpinan ini juga dikenal sebagai kepemimpinan manajerial karena banyak menekankan pada pengawasan bawahan, organisasi, dan kinerja.
Ada beberapa karakteristik utama yang perlu diperhatikan berkenaan dengan kepemimpinan transaksional. Berikut ini kita akan mencoba menjabarkannya satu demi satu.
Menekankan Penghargaan
Pemimpin transaksional memiliki kecenderungan berorientasi kepada hasil dan hasil itu harus diperoleh dengan cepat. Untuk melakukan ini, ia memberdayakan bawahan yang ia pimpin dengan menggunakan penghargaan dan hukuman.
Ketika bawahan melakukan tugas dengan sukses, mereka akan diberi penghargaan, dan ketika mereka gagal menyelesaikan tugasnya sesuai target, mereka akan dihukum.
Mempertahankan Status Quo
Pemimpin transaksional bekerja dalam batasan organisasi yang sudah ada untuk menyelesaikan pekerjaannya. Ia bekerja dalam rantai komando yang sudah tersedia, yang harus jelas dan terdefinisi dengan baik. ia cenderung tidak berpikir out of the box.
Dengan demikian, ia pandai memastikan bahwa proses yang ada sudah dijalankan secara efisien. Masalah sederhana dan rutinitas harus ditangani dengan cepat. Ia tidak begitu baik dalam memecahkan masalah kompleks yang membutuhkan daya cipta atau menentukan cara yang sama sekali baru dalam melakukan sesuatu di luar status quo.
Manajemen “di Luar Kebiasaan”
Istilah lain yang bisa digunakan untuk hal ini adalah pengelolaan berbasis pengecualian, artinya pemimpin ini tidak akan turun tangan kecuali jika pekerjaan bawahannya menyimpang dari kebiasaan atau berbeda dari apa yang telah disepakati.
Setiap pemimpin transaksional dapat melakukan pengelolaan ini baik secara aktif maupun pasif. Pengelolaan aktif berarti ia akan memantau dengan cermat pekerjaan bawahan saat sedang berlangsung dan segera mengambil tindakan korektif saat ditemui sesuatu yang di luar kebiasaan. Pemimpin transaksional pasif tidak melakukan koreksi pekerjaan saat kekeliruan terjadi, tetapi mengambil tindakan korektif hanya setelah masalah menjadi cukup serius.
Fokus Jangka Pendek
Pemimpin transaksional menekankan pragmatisme dalam arti bahwa ia fokus pada efisiensi dalam status quo. Mendapatkan hal-hal yang sudah diketahui bagaimana melakukannya dengan lebih cepat, ia paling cocok jika melakukan pekerjaan dengan target jangka pendek.
Melakukan hal yang sama, tapi lebih cepat dan lebih banyak, sangat cocok bagi pemimpin seperti ini. Begitu juga mengelola tugas-tugas sederhana berulang kali, seperti mengawasi call center. Proyek perubahan besar dan kompleks yang membutuhkan pengorganisasian untuk mengubah seluruh bentuk dan orientasi sesuatu tidak cocok bila dikelola oleh pemimpin transaksional.
Pembahasan selanjutnya tentang kepemimpinan transaksional akan kami lanjutkan di bagian ke-2.