Bagian ke-5 Resensi Buku “The Art of Possibility”
Melanjutkan pembahasan buku “The Art of Possibility”, bagian ini menyajikan perspektif baru tentang bagaimana kita memandang diri sendiri dan peran kita dalam dunia. Konsep ini mengajak pembaca untuk melepaskan diri dari pemikiran tentang keberhasilan dan kegagalan, serta mengadopsi perspektif yang lebih berpusat pada kontribusi.
Melampaui Keberhasilan dan Kegagalan
Penulis, Ben dan Roz Zander, menggunakan metafora permainan untuk menggambarkan perbedaan antara pemikiran berbasis keberhasilan dan pemikiran berbasis kontribusi. Dalam permainan keberhasilan, kita terjebak dalam siklus perbandingan dan persaingan, selalu berusaha untuk “menang” atau “mengalahkan” orang lain. Hal ini menciptakan rasa cemas, ketakutan akan kegagalan, dan kurangnya kepuasan dalam hidup.
Sebaliknya, dalam permainan kontribusi, fokusnya bukan pada hasil, melainkan pada makna dan nilai yang kita berikan kepada orang lain. Kita tidak lagi terobsesi dengan “menang” atau “kalah”, tetapi dengan bagaimana kita dapat memberikan dampak positif bagi dunia sekitar.
Mengapa Menjadi Pemberi Kontribusi?
Perspektif “menjadi pemberi kontribusi” menawarkan manfaat yang lebih dalam dan berkelanjutan dibandingkan dengan mengejar keberhasilan semata. Fokus pada kontribusi menghadirkan rasa kepuasan dan kebahagiaan yang mendalam dan berkelanjutan, berbeda dengan keberhasilan yang sifatnya sementara. Kontribusi juga mendorong kita untuk membangun hubungan yang lebih harmonis dengan orang lain, karena kita lebih peduli terhadap kesejahteraan mereka dan berusaha untuk menciptakan hubungan yang saling menguntungkan. Selain itu, melihat diri sendiri sebagai pemberi kontribusi melepaskan kita dari rasa takut gagal, mendorong kita untuk mengambil risiko dan mengeksplorasi ide-ide baru, yang pada akhirnya memicu kreativitas dan inovasi.
Praktik “Menjadi Pemberi Kontribusi”
Untuk mengadopsi perspektif “menjadi pemberi kontribusi”, penulis menyajikan beberapa praktik yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, sadarilah bahwa keberadaan Anda memiliki nilai dan bahwa Anda memiliki sesuatu yang berharga untuk ditawarkan kepada dunia. Deklarasikan diri sebagai pemberi kontribusi dan temukan cara untuk memberikan nilai kepada orang lain. Kedua, bersikaplah proaktif dalam mencari cara untuk memberikan kontribusi, baik dalam hal besar maupun kecil. Ketiga, lepaskan ego dan hindari keinginan untuk mendapat pengakuan atas kontribusi Anda. Fokuslah pada dampak positif yang ingin Anda ciptakan. Keempat, akui dan hargai kontribusi orang lain, bahkan jika mereka tidak sejalan dengan Anda. Terakhir, nikmati perjalanan dan proses dalam memberikan kontribusi, bukan hanya fokus pada hasil akhir. Dengan menerapkan praktik-praktik ini, kita dapat membangun perspektif yang lebih bermakna dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Dampak “Menjadi Pemberi Kontribusi”
Perspektif “kontribusi” tidak hanya mengubah cara kita memandang diri sendiri, tetapi juga bagaimana kita berinteraksi dengan dunia sekitar. Dengan fokus pada memberikan nilai dan menciptakan dampak positif, kita dapat menciptakan perubahan yang menyegarkan dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam keluarga, perspektif ini membantu membangun hubungan yang lebih harmonis dan saling mendukung. Di tempat kerja, perspektif kontribusi menciptakan lingkungan kerja yang kolaboratif dan produktif, di mana setiap individu merasa dihargai dan berkontribusi pada kesuksesan bersama. Pada tingkat masyarakat, perspektif ini memperkuat rasa solidaritas dan membangun masyarakat yang lebih adil dan harmonis, di mana setiap individu merasa terhubung dan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan bersama.
Kesimpulan
“Menjadi Pemberi Kontribusi” adalah sebuah perspektif yang membuka jalan bagi kehidupan yang lebih bermakna, menyenangkan, dan bermanfaat. Dengan mengadopsi perspektif ini, kita dapat melepaskan diri dari pemikiran berbasis keberhasilan dan kegagalan, dan membangun hubungan yang lebih baik dengan diri sendiri dan orang lain.