Resensi Buku

Resensi Buku Start With Why 9

Pada kesempatan ini kita melanjutkan pembahasan buku “Start With Why” yang ditulis oleh Simon Sinek. Di bagian ini Sinek membahas pentingnya memahami “bagaimana” untuk mewujudkan “mengapa” dalam membangun sebuah organisasi yang menginspirasi.

Buku ini mengawali dengan membedakan antara energi dan kharisma. Energi, seperti yang ditunjukkan oleh Steve Ballmer, CEO Microsoft, dapat memotivasi orang untuk sementara, tetapi kharisma, seperti yang dimiliki Bill Gates, menginspirasi orang untuk bertindak dan mengikuti dengan penuh keyakinan. Kharisma berasal dari kejelasan “mengapa”, yaitu tujuan yang lebih besar dari diri sendiri yang diyakini dengan kuat oleh pemimpin.

“Mengapa” adalah inti dari kepemimpinan yang menginspirasi. “Mengapa” adalah alasan utama mengapa sebuah organisasi ada, apa yang ingin dicapai, dan apa yang diyakini. “Bagaimana” adalah cara organisasi mencapai “mengapa” melalui nilai-nilai dan prinsip-prinsipnya, sedangkan “apa” adalah produk atau layanan yang dihasilkan.

Organisasi yang sukses, menurut Sinek, adalah yang berkomunikasi dari “mengapa” ke “apa”, bukan sebaliknya. Mereka tidak hanya menjual produk, tetapi juga menjual keyakinan yang mendasari produk tersebut. Sinek menggunakan Apple sebagai contoh, di mana produk-produk mereka adalah bukti nyata dari “mengapa” mereka, yaitu untuk menantang status quo dan memberdayakan individu.

Sinek juga menekankan pentingnya konsistensi antara “mengapa”, “bagaimana”, dan “apa”. Semua tindakan dan komunikasi organisasi harus selaras dengan “mengapa”-nya. Ia memperkenalkan “Tes Seledri” sebagai cara untuk menilai “apa” dan “bagaimana” berdasarkan kecocokannya dengan “mengapa”. Jika tindakan organisasi tidak selaras dengan “mengapa”-nya, maka itu seperti membeli barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan kita.

Buku ini kemudian membahas pentingnya kepercayaan dalam membangun sebuah organisasi yang menginspirasi. Kepercayaan tidak muncul begitu saja, tetapi dibangun melalui komunikasi yang jelas dan demonstrasi nilai-nilai yang sama. Sinek menggunakan contoh Continental Airlines, yang berhasil mengubah budaya perusahaan yang buruk menjadi yang terbaik di industri melalui kepemimpinan Gordon Bethune, yang fokus pada membangun kepercayaan dan rasa memiliki di antara karyawan.

Di sini juga dibahas pentingnya menemukan “orang yang tepat” untuk bergabung dengan organisasi, yaitu orang-orang yang memiliki “mengapa” yang sama dengan organisasi. Contohnya adalah Ernest Shackleton, seorang penjelajah Antartika, yang berhasil menemukan tim yang tepat untuk ekspedisi berbahaya dengan mencari orang-orang yang memiliki semangat petualangan dan tekad yang kuat.

Sinek kemudian menjelaskan bahwa “mengapa” bukan hanya untuk organisasi, tetapi juga untuk individu. “Mengapa” kita bekerja, apa yang kita yakini, dan apa yang ingin kita capai dalam hidup. Ia menekankan bahwa “mengapa” kita tidak selalu sama dengan “apa” yang kita lakukan. Sinek menggunakan contoh dirinya sendiri, yang awalnya memulai bisnis karena ingin menjadi pengusaha, tetapi kemudian menemukan “mengapa” yang lebih dalam, yaitu untuk menginspirasi orang lain.

Patut ditekankan bahwa “mengapa” adalah inti dari kepemimpinan yang menginspirasi. Membangun sebuah organisasi yang menginspirasi membutuhkan kejelasan “mengapa”, konsistensi antara “mengapa”, “bagaimana”, dan “apa”, dan membangun kepercayaan di antara karyawan dan pemimpin. Penting juga untuk menemukan orang-orang yang tepat untuk bergabung dengan organisasi, dan untuk terus mengingat “mengapa” kita bekerja, bahkan ketika kita telah mencapai kesuksesan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *