Bagian ke-2 Rangkuman Buku “Learned Optimism”
Di kesempatan ini kita kembali melanjutkan membahas isi sebuah buku yang menarik. Kita membahas bab kedua dari buku “Learned Optimism” karya Martin E. P. Seligman. Bab ini menceritakan perjalanan penulis dalam memahami konsep ketidakberdayaan, sebuah fenomena yang menjadi pusat penelitiannya selama bertahun-tahun.
Bab ini dimulai dengan pengalaman pribadi Seligman ketika ia menyaksikan ayahnya mengalami stroke yang membuatnya lumpuh dan kehilangan kendali atas tubuhnya. Pengalaman ini menjadi titik awal bagi Seligman untuk menyelidiki lebih dalam tentang ketidakberdayaan, baik dalam konteks manusia maupun hewan.
Seligman kemudian menceritakan pengalamannya di laboratorium Richard L. Solomon di University of Pennsylvania, di mana ia pertama kali mengamati fenomena ketidakberdayaan pada anjing. Anjing-anjing yang diberi sengatan listrik yang tidak dapat dihindari, meskipun mereka dapat melompat untuk menghindari sengatan, akhirnya menyerah dan berbaring pasif. Pengamatan ini mengantarkan Seligman pada keyakinan bahwa ketidakberdayaan dapat dipelajari, dan bukan sekadar respons bawaan.
Bersama Steven Maier, Seligman kemudian melakukan serangkaian percobaan untuk membuktikan teori mereka. Dalam percobaan “triadic”, mereka membagi anjing menjadi tiga kelompok: kelompok pertama mendapat sengatan listrik yang dapat dihindari, kelompok kedua mendapat sengatan listrik yang tidak dapat dihindari, dan kelompok ketiga tidak mendapat sengatan sama sekali. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya anjing di kelompok kedua, yang mendapat sengatan listrik yang tidak dapat dihindari, yang menjadi pasif dan menyerah. Percobaan ini menunjukkan bahwa pengalaman ketidakmampuan untuk mengendalikan situasi dapat menyebabkan ketidakberdayaan pada hewan.
Seligman dan Maier kemudian melakukan percobaan untuk membuktikan bahwa ketidakberdayaan dapat disembuhkan dan dicegah. Mereka menemukan bahwa anjing yang telah dilatih menjadi tidak berdaya dapat dikembalikan ke keadaan normal dengan memaksa mereka untuk bergerak dan menunjukkan bahwa tindakan mereka dapat menghasilkan hasil. Mereka juga menemukan bahwa anjing yang dilatih untuk mengendalikan sengatan sejak kecil menjadi kebal terhadap ketidakberdayaan di kemudian hari.
Percobaan-percobaan ini membawa Seligman dan Maier pada kesimpulan bahwa ketidakberdayaan merupakan fenomena yang dapat dipelajari dan diubah. Mereka juga menemukan bahwa ketidakberdayaan dapat terjadi pada manusia, seperti yang terlihat pada orang miskin, anak-anak, dan pasien yang putus asa.
Bagian ini diakhiri dengan penekanan pada pentingnya memahami dan mengatasi ketidakberdayaan, baik pada manusia maupun hewan. Seligman menekankan bahwa ketidakberdayaan dapat menyebabkan depresi, menurunkan produktivitas, dan memperburuk kesehatan fisik. Ia juga menekankan bahwa ketidakberdayaan dapat diatasi dengan mengubah cara kita berpikir tentang situasi buruk, dan dengan belajar untuk mengendalikan situasi yang dapat kita kendalikan.
Secara ringkas, bagian dari buku “Learned Optimism” yang satu ini merupakan gambaran perjalanan Seligman dalam memahami konsep ketidakberdayaan. Seligman menunjukkan bahwa ketidakberdayaan merupakan fenomena yang dapat dipelajari dan diubah, dan bahwa ia dapat memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan manusia. Bab ini juga memberikan dasar untuk pemahaman tentang bagaimana cara mengatasi ketidakberdayaan dan membangun optimisme dalam diri.