Resensi Buku

Bagian ke-3 Rangkuman Buku “Learned Optimism”

Artikel di blog kita kali ini akan membahas Bab 3 dari buku “Learned Optimism” karya Martin E.P. Seligman, yang mengupas tentang gaya penjelasan sebagai faktor kunci dalam menghadapi kekecewaan dan mencapai keberhasilan.

Gaya Penjelasan: Memahami Cara Kita Menjelaskan Kejadian Buruk

Seligman melalui bukunya ini mengemukakan bahwa cara kita menjelaskan kejadian buruk kepada diri sendiri, yang disebut gaya penjelasan, memiliki dampak besar terhadap kehidupan kita. Gaya penjelasan ini terbagi menjadi tiga dimensi:
Permanensi: Apakah kita melihat penyebab kejadian buruk sebagai sesuatu yang permanen atau sementara? Orang yang pesimis cenderung melihat penyebab buruk sebagai sesuatu yang permanen, seperti “Saya selalu gagal” atau “Saya tidak akan pernah bisa melakukannya”. Sementara orang optimis melihat penyebab buruk sebagai sesuatu yang sementara, seperti “Saya gagal kali ini, tapi saya bisa belajar dari kesalahan”.
Pervasiveness: Apakah kita melihat penyebab kejadian buruk sebagai sesuatu yang universal atau spesifik? Orang pesimis cenderung melihat penyebab buruk sebagai sesuatu yang universal, seperti “Saya tidak berguna dalam semua hal” atau “Saya tidak akan pernah berhasil dalam hidup”. Sebaliknya, orang optimis melihat penyebab buruk sebagai sesuatu yang spesifik, seperti “Saya gagal dalam ujian ini, tapi saya masih bisa berhasil dalam mata kuliah lainnya”.
Personalisasi: Apakah kita melihat penyebab kejadian buruk sebagai sesuatu yang berasal dari diri kita sendiri atau dari faktor eksternal? Orang pesimis cenderung menyalahkan diri sendiri atas kegagalan, seperti “Saya bodoh” atau “Saya tidak cukup berusaha”. Sebaliknya, orang optimis cenderung menyalahkan faktor eksternal, seperti “Ujiannya terlalu sulit” atau “Saya tidak diberi kesempatan yang adil”.

Mengukur Gaya Penjelasan: Tes untuk Mengetahui Diri Sendiri

Seligman memberikan tes untuk mengukur gaya penjelasan kita. Tes ini terdiri dari serangkaian pertanyaan yang meminta kita untuk menjelaskan kejadian buruk dan baik yang mungkin terjadi dalam hidup kita. Jawaban kita kemudian dianalisa untuk menentukan skor permanensi, pervasiveness, dan personalisasi.

Gaya Penjelasan dan Kekecewaan: Mengapa Pesimis Lebih Rentan terhadap Kekecewaan?

Seligman menjelaskan bahwa gaya penjelasan pesimis membuat kita lebih rentan terhadap kekecewaan dan kegagalan. Ketika kita menghadapi kekecewaan, gaya penjelasan pesimis membuat kita cenderung:
Menyerah lebih mudah: Kita merasa bahwa kegagalan adalah sesuatu yang permanen dan universal, sehingga kita kehilangan motivasi untuk mencoba lagi.
Merasa putus asa: Kita merasa bahwa kegagalan adalah kesalahan kita sendiri, sehingga kita kehilangan kepercayaan diri dan merasa tidak berharga.
Menjadi lebih rentan terhadap depresi: Kekecewaan yang berulang-ulang, yang diinterpretasikan dengan gaya penjelasan pesimis, dapat menyebabkan depresi.

Memahami Gaya Penjelasan untuk Mengubah Kehidupan

Penjelasan di buku ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang gaya penjelasan dan dampaknya terhadap kehidupan kita. Dengan memahami gaya penjelasan kita sendiri, kita dapat mengenali kecenderungan pesimistis dan mengubahnya menjadi lebih optimistis. Hal ini dapat membantu kita mengatasi kekecewaan, meningkatkan keberhasilan, dan menjalani hidup yang lebih bahagia dan penuh makna.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *