Dimensi Budaya Hofstede (3)
Pada bagian ini kita telah sampai pada pembahasan dimensi budaya yang ketiga menurut teori ini.
3. Tingkat Maskuliniti (MAS)
Hal ini mengacu pada pembagian peran antara laki-laki dan perempuan, serta pemaknaan nilai kompetisi atau peferensi.
Skor yang rendah mewakili masyarakat yang tidak terlalu menonjolkan nilai maskuliniiti, laki-laki dan perempuan cenderung lebih setara., Dalam masyarakat ini terdapat banyak tumpang tindih antara peran laki-laki dan perempuan, dan kesopanan dianggap sebagai suatu nilai kebaikan utama. Hubungan baik dengan atasan langsung atau bekerja dengan orang-orang yang sanggup bekerja sama dengan baik satu sama lain merupakan hal yang penting. Masyarakat termotivasi karena melakukan sesuatu yang mereka sukai, bukan karena kompetisi.
Dalam masyarakat yang menonjolkan maskuliniti, diwakili dengan skor MAS yang tinggi, peran laki-laki dan perempuan kurang tumpang tindih, laki-laki diharapkan untuk berperilaku asertif. Menunjukkan kesuksesan, menjadi kuat dan cepat dipandang sebagai karakteristik positif. Masyarakat lebih termotivasi karena kompetisi, daripada karena melakukan sesuatu yang disukai.
Kesenjangan nilai antara pria dan wanita paling besar terdapat di Jepang dan Austria, dengan skor MAS masing-masing 95 dan 79. Di kedua negara, laki-laki mendapat dorongan yang kuat untuk menunjukkan nilai dan perilaku maskulin yang “keras”, tetapi, pada kenyataannya, perempuan juga mendapat nilai yang relatif tinggi karena dianggap memiliki nilai maskulin, meskipun rata-ratanya lebih rendah daripada laki-laki.
Contoh Penerapan: Jepang memiliki skor MAS tertinggi 95, sedangkan Swedia memiliki nilai terendah, yaitu lima. Oleh karena itu, jika Anda membuka kantor di Jepang, Anda harus menyadari bahwa Anda beraktifitas dalam masyarakat yang hierarkis, menjaga kehormatan, dan tradisional patriarkis. Jam kerja yang panjang adalah hal yang biasa. Dan ini dapat mempersulit anggota tim wanita untuk mendapatkan kemajuan, karena terikat komitmen keluarga. Pada saat yang sama, Jepang memiliki budaya di mana semua anak (laki-laki dan perempuan) mempelajari bahwa nilai kompetisi dan kemenangan sebagai bagian dari tim sejak usia muda. Oleh karena itu, anggota tim wanita kemungkinan besar akan menampilkan sifat-sifat maskulin seperti rekan-rekan pria mereka.
Sedangkan, Swedia adalah masyarakat yang lebih setara dalam melihat perbedaan gender. Di sini, orang fokus pada pengelolaan melalui diskusi, konsensus, kompromi, dan negosiasi.
Tips dan karakteristik MAS rendah:
- Berorientasi pada hubungan/konsensual.
- Lebih fokus pada kualitas hidup.
- Keberhasilan lebih mungkin dicapai melalui negosiasi, kolaborasi, dan masukan dari semua tingkatan.
- Hindari mentalitas “anak laki-laki kesayangan”, meskipun ini mungkin masih ada.
- Fleksibilitas tempat kerja dan keseimbangan kehidupan kerja dinilai sebagai sesuatu yang penting, baik dalam hal desain pekerjaan, lingkungan dan budaya organisasi, dan cara terbaik untuk mewujudkan manajemen kinerja.
Tips dan karakteristik MAS Tinggi:
- Ego yang kuat – perasaan bangga dan penting dikaitkan dengan status.
- Uang dan prestasi itu penting.
- Waspadai kemungkinan perbedaan peran gender.
- Budaya kerja berjam-jam mungkin menjadi kebiasaan, jadi kenali peluang dan risikonya.
- Orang-orang dimotivasi oleh target yang tepat, dan terdapat dorongan untuk menunjukkan bahwa mereka mampu mencapainya baik sebagai kelompok atau sebagai individu.
4. Keengganan Menghadapi Ketidakpastian (UAI)
Masa depan adalah sebuah misteri yang memiliki segala macam ketidakpastian. Bagaimana masyarakat menyikapi hal ini? Berusaha mengendalikannya atau membiarkan begitu saja masa depan datang? Dimensi ini menggambarkan tingkat keengganan orang terlibat dalam situasi tidak pasti. Ini berarti pula menggambarkan tingkat kecenderungan untuk menerima atau menghindari kecemasan.
Orang-orang di negara dengan skor UAI rendah berarti tidak enggan atau bahkan bisa menikmati ketika berada pada kondisi yang penuh ketidakpastian, memiliki kecenderungan lebih santai, terbuka, atau inklusif.
Dalam masyarakat yang mendapat skor UAI tinggi berarti mereka cenderung enggan menghadapi Ketidakpastian, orang berusaha membuat hidup dapat diprediksi dan dikendalikan sebaik mungkin. Jika mereka melihat bahwa mereka tidak dapat mengendalikan hidupnya, mereka mungkin enggan untuk terus mencoba.
bersambung