Prinsip Reproduksi dalam Kepemimpinan 3
Saat John C. Maxwell mengadakan seminar di Jakarta, ia mengajarkan Hukum Reproduksi dalam kepemimpinan yang efektif. Maxwell meminta seorang sukarelawan untuk maju agar ia bisa menunjukkan secara visual apa yang terjadi ketika seorang pemimpin mencoba menahan orang lain dan bukannya mengangkat mereka.
Maxwell meminta sukarelawan tersebut berdiri di depannya, lalu ia meletakkan tangannya di bahu peserta. Kemudian Maxwell mulai menekan bahu peserta itu ke bawah. Semakin rendah Maxwell ingin mendorongnya, semakin dalam ia harus membungkuk untuk melakukannya. Semakin rendah Maxwell menginginkannya, semakin rendah pula ia harus merendah. Itulah gambaran yang sama dalam kepemimpinan: untuk menahan orang lain, Anda harus turun bersama mereka. Sangat jauh bertentangan dengan situasi kepemimpinan yang efektif.
Maxwell menggambarkan kisah kepemimpinan Daud sebagai contoh hukum reproduksi dalam kepemimpinan. Kisah Daud melawan Jalut atau Goliat adalah kisah yang begitu banyak diketahui orang, terlepas versinya yang mungkin terdapat banyak variasi. Saat kaum Balthata yang berusaha menguasai tanah Filistin menghadapi raja saul dan rakyat israel, goliat, seorang prajurit Balthata yang besar dan kuat, melontarkan tantangan. Ia ingin melawan juara terhebat israel dalam pertarungan di mana pemenang akan menguasai semuanya. Dan siapa yang maju untuk menerima tantangan tersebut? Bukan saul, si raja mahabesar, atau siapa pun dari para veteran berpengalaman. Daud, seorang anak biasa yang berperawakan relatif kecil, maju untuk menghadapinya, dan dengan mengunakan ketapel, ia melemparkan batu ke arah goliat, melumpuhkannya, dan kemudian memengkat kepala prajurit besar itu dengan pedang goliat sendiri.
Kita semua dapat menghubungkan diri dengan cerita seperti itu karena kita suka memberikan dukungan kepada orang yang lebih lemah. Tetapi banyak orang tidak tahu bagian lain dari cerita tersebut. Cerita yang berkaitan dengan kepemimpinan yang efektif. Daud tumbuh menjadi seorang prajurit dan akhirnya menjadi raja. Tetapi dalam perjalanannya, ia membesarkan sekelompok prajurit hebat yang disebut “pasukan perkasa”. Tidak kurang dari lima dari mereka juga menjadi pembunuh raksasa, sama seperti pemimpin mereka. Apakah Saul, raja sebelumnya, melakukan hal itu? Tidak. Dibutuhkan seseorang yang telah melakukannya sendiri. Dan sama seperti membutuhkan pembunuh raksasa untuk menghasilkan pembunuh raksasa lain, dibutuhkan seorang pemimpin untuk membesarkan pemimpin lain.
Kita mengajarkan apa yang kita ketahui — pada dasarnya kita mereproduksi diri kita. Bagi Maxwell, ia merasa beruntung saat tumbuh dewasa, karena ia tinggal di rumah seorang pemimpin: ayahnya, melvin maxwell. Setiap hari di masa kanak-kanaknya, Maxwell belajar tentang kepemimpinan yang efektif, bagaimana bekerja dengan orang, memahami prioritas, mengembangkan diri melalui rencana pertumbuhan pribadi, dan menghargai kepemimpinan. Sebagian dari apa yang ia pelajari datang dari pengajaran- ayahnya. Kemudian yang lebih banyak dari itu datang dari apa yang ada di sekitar ayahnya, melihatnya berinteraksi dengan orang lain, dan belajar cara berpikirnya.
Sebagai hasilnya, ketika Maxwell memasuki dunia perkuliahan, ia sudah memiliki intuisi yang cukup baik dan memahami kepemimpinan lebih baik daripada kebanyakan teman sebayanya. Sejak itu, Maxwell terus belajar tentang kepemimpinan yang efektif. Dan ia mencari para pemimpin hebat untuk membimbing dirinya agar tetap belajar.