HR Strategic

Mengubah Kebiasaan Lama Menjadi Kebiasaan Coaching

Sebagai manajer, Anda dalam membimbing karyawan mungkin akan lebih sering memberikan nasihat atau petunjuk secara langsung. Namun dalam membangun kebiasaan coaching, Anda diharapkan lebih banyak mengajukan pertanyaan daripada nasihat. Berarti dalam kondisi ini, Anda perlu belajar mengubah kebiasaan memberi nasihat menjadi kebiasaan bertanya.

Namun bagaimana membangun kebiasaan baru, khususnya kebiasaan bertanya lebih banyak dan memberi nasihat lebih sedikit? Perlu disadari sebelumnya bahwa mengubah kebiasaan lama, meskipun niatnya baik, bisa sangat sulit.

Hal pertama yang perlu dipahami adalah lima komponen dalam proses pembangunan kebiasaan baru.
Alasan: Penting untuk memiliki alasan yang kuat untuk mengubah kebiasaan. Alasan ini harus terkait dengan membantu orang lain, bukan hanya keuntungan pribadi.
Pemicu: Tentukan momen spesifik yang memicu kebiasaan lama. Semakin spesifik, semakin mudah untuk mengubahnya.
Menjadikannya Kebiasaan: Definisikan kebiasaan baru menjadi sesuatu yang sederhana dan spesifik, sehingga bisa dilakukan dalam waktu kurang dari 60 detik.
Praktik Mendalam: Berlatihlah dengan fokus, ulangi secara konsisten, dan perhatikan saat kebiasaan berjalan dengan baik.
Rencana Pemulihan: Buat rencana untuk kembali ke kebiasaan jika Anda gagal.

DDalam membangun kebiasaan baru terdapat sebuah Formula Kebiasaan Baru yang terdiri dari tiga bagian:
Ketika Ini Terjadi…: Mendefinisikan momen atau trigger yang memicu kebiasaan lama.
Bukannya…: Menjelaskan kebiasaan lama yang ingin diubah.
Saya Akan…: Mendefinisikan kebiasaan baru yang ingin dibentuk.

Untuk memberikan sedikit ilustrasi, mari kita bahas sebuah contoh pengembangan kebiasaan baru. Bagaimana saya, sebagai seorang manajer, dapat mengubah kebiasaan memberi nasihat kepada bawahan menjadi kebiasaan bertanya.

Formula Kebiasaan Baru terdiri dari tiga bagian:
Ketika Ini Terjadi…: Ketika saya diminta untuk memberikan umpan balik kepada bawahan, “Jenny, seorang anggota tim,” dalam rapat tim.
Bukannya…: Saya biasanya akan memberikan nasihat, seperti “Apakah kamu sudah menggunakan cara X?” sambil berpikir ada sesuatu yang tidak beres terkait Jenny.
Saya Akan…: Bertanya, “Jadi, ide apa yang kamu miliki sekarang?”
Dengan menggunakan Formula Kebiasaan Baru, manajer mengubah fokusnya dari memberikan solusi menjadi membantu Jenny menemukan solusinya sendiri.

Contoh di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:
Trigger: Rapat tim dan permintaan umpan balik dari Jenny.
Kebiasaan Lama: Memberikan nasihat berdasarkan asumsi manajer.
Kebiasaan Baru: Bertanya untuk mendorong Jenny berpikir dan menemukan jawabannya sendiri.

Dengan pendekatan ini Jenny menjadi lebih mandiri. Jenny merasa lebih percaya diri dan mampu memecahkan masalahnya sendiri. Jenny juga merasa lebih terlibat dalam proses berpikir dan menemukan solusi. Selain itu hubungan antara manajer dan Jenny menjadi lebih kuat dan saling menghormati.

Contoh ini menunjukkan bagaimana Formula Kebiasaan Baru dapat digunakan untuk mengubah kebiasaan lama yang tidak efektif menjadi kebiasaan baru yang lebih positif dan bermanfaat. Dalam konteks ini, Formula Kebiasaan Baru membantu manajer untuk beralih dari peran “penyelamat” ke peran “pembimbing” yang lebih efektif.

Dalam proses membangun kebiasaan, Anda bisa memulainya dari sesuatu yang mudah, ulailah dari sesuatu yang kecil, dan cari teman untuk saling mendukung. Apabila mengalami kegagalan, jangan terlalu mudah menyerah.

Secara keseluruhan,membangun kebiasaan baru membutuhkan usaha dan ketekunan. Dengan memahami mekanisme kebiasaan dan menerapkan Formula Kebiasaan Baru, Anda dapat membangun kebiasaan baru yang lebih baik dan lebih efektif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *