Mengurai Lima Disfungsi Tim 2
Setelah memahami model lima disfungsi tim dari kisah DecisionTech, langkah selanjutnya adalah mengevaluasi sejauh mana disfungsi tersebut memengaruhi dinamika tim. Patrick Lencioni menawarkan solusi praktis melalui kuesioner yang dirancang untuk mengukur tingkat disfungsi dalam tim. Artikel ini mengulas tujuan, cara penggunaan, serta contoh pertanyaan dalam kuesioner tersebut sebagai alat diagnostik penting.
Tujuan Kuesioner: Memetakan Masalah dengan Objektif
Kuesioner ini bertujuan untuk membantu tim mengidentifikasi area disfungsi yang sering kali tersembunyi di balik rutinitas kerja. Dengan menjawab pertanyaan secara jujur, anggota tim dapat:
1. Mengungkap dinamika interpersonal yang menghambat kolaborasi.
2. Memprioritaskan perbaikan berdasarkan disfungsi yang paling dominan.
3. Menciptakan dasar diskusi terbuka untuk membangun solusi bersama.
Alat ini tidak hanya mengukur masalah, tetapi juga menjadi titik awal untuk membangun kepercayaan dan transparansi dalam tim.
Cara Penggunaan
Kuesioner terdiri dari 15 pertanyaan yang terbagi ke dalam lima kategori sesuai model Lencioni. Dalam pengisian kuesioner, kejujuran adalah kunci utama akurasi hasilnya. Hal penting yang wajib diperhatikan dalam penggunaannya adalah isilah kuisioner sendirian. Setiap anggota tim mengisi kuesioner tanpa berkonsultasi dengan rekan. Kedua adalah menjawab dengan spontan. Hindari overthinking agar respons mencerminkan persepsi nyata.
Struktur Pertanyaan
Berikut contoh pertanyaan untuk masing-masing disfungsi:
1. Ketiadaan Kepercayaan (Absence of Trust)
- Apakah anggota tim terbuka membahas kesalahan pribadi tanpa takut dihakimi?
- Apakah mereka meminta maaf dengan tulus saat melakukan kesalahan?
- Apakah mereka nyaman berbagi cerita pribadi dengan rekan?
2. Ketakutan Akan Konflik (Fear of Conflict)
- Apakah rapat tim diwarnai debat aktif tentang ide-ide berbeda?
- Apakah anggota berani mengangkat topik kontroversial?
- Apakah diskusi terasa “aman” meskipun terjadi perbedaan pendapat?
3. Kurangnya Komitmen (Lack of Commitment)
- Apakah semua anggota paham kontribusi mereka terhadap tujuan tim?
- Apakah keputusan rapat dijalankan meskipun ada yang awalnya tidak setuju?
- Apakah ada kekhawatiran akan gagal memenuhi ekspektasi rekan?
4. Penolakan Tanggung Jawab (Avoidance of Accountability)
- Apakah anggota saling menegur jika kinerja tidak memenuhi standar?
- Apakah mereka menghindari mengkritik rekan meskipun diperlukan?
- Apakah tanggung jawab penegakan disiplin hanya dibebankan pada satu orang?
5. Ketidakpedulian Terhadap Hasil (Inattention to Results)
Apakah tujuan tim lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi atau departemen?
Tantangan dan Peluang
Keberhasilan kuesioner bergantung pada kesediaan anggota tim untuk jujur dan rendah hati. Meskipun ada kecenderungan menjawab “secara ideal” alih-alih mencerminkan realitas, dan resistensi terhadap perubahan, terutama jika disfungsi sudah mengakar, kuesioner ini dapat menjadi katalisator transformasi tim jika digunakan dengan tepat.
Bagian selanjutnya akan membahas cara menilai skor kuesioner, menginterpretasikan hasil, dan menyusun strategi perbaikan berdasarkan temuan. Dengan demikian, tim tidak hanya menyadari masalah, tetapi juga memiliki peta jalan untuk menjadi lebih solid dan berorientasi hasil.