Resensi Buku

Tujuan – Mesin Penggerak Tak Terlihat di Era Motivasi 3.0

Dalam buku “Drive: The Surprising Truth About What Motivates Us”, Daniel Pink membongkar mitos motivasi berbasis imbalan dan hukuman. Bab 6, yang berfokus pada elemen ketiga dan krusial dari perilaku “Tipe I” (intrinsik) – Purpose (Tujuan) – berargumen bahwa menghubungkan pekerjaan dengan makna yang lebih besar dari diri sendiri adalah kunci motivasi, produktivitas, dan kepuasan sejati di abad ke-21. Pink membangun argumennya dengan memadukan data demografis, tren sosial, dan contoh konkret.

Pink membuka bab ini dengan mengamati fenomena generasi Baby Boomer yang memasuki usia senja. Dia mengidentifikasi tiga tahap reaksi khas: syok dan kekhawatiran akan penuaan, kesadaran akan masih panjangnya sisa usia, dan munculnya pertanyaan mendalam tentang makna hidup serta kontribusi bagi dunia. Besarnya populasi Baby Boomer ini, menurut Pink, bukan sekadar fenomena demografis, melainkan pendorong pergeseran budaya masif menuju pencarian tujuan hidup yang lebih bermakna dan berdampak.

Inti bab ini adalah perbandingan tajam antara Motivasi 2.0 (yang berpusat pada memaksimalkan keuntungan/laba) dan Motivasi 3.0 (yang memprioritaskan memaksimalkan tujuan). Motivasi 2.0, warisan era industri, seringkali mengabaikan atau menempatkan “tujuan” sebagai barang sekunder. Pink berargumen kuat bahwa Motivasi 3.0, yang mengintegrasikan keinginan bawaan manusia untuk berkontribusi pada sesuatu yang lebih besar, merupakan model yang jauh lebih akurat dan efektif untuk memahami dan memicu motivasi manusia kontemporer.

Pink tidak hanya berteori; dia menunjukkan bagaimana “tujuan” mewujud dalam praktik bisnis modern melalui tiga manifestasi utama:

Fenomena pertama adalah munculnya tujuan dalam visi. Munculnya model bisnis baru yang menolak dogma “profit semata”. Contoh seperti TOMS Shoes (satu sepatu disumbangkan untuk setiap sepatu terjual), B Corporations (B Corp), dan organisasi “for-benefit” menandakan pergeseran nilai. Perusahaan-perusahaan ini membuktikan bahwa mengejar keuntungan dan menciptakan dampak sosial/lingkungan positif bukanlah hal yang bertentangan, melainkan saling melengkapi.

Kenyataan berikutnya terceermin dalam jargon yang digunakan dalam bisnis. Perubahan kosakata dalam dunia bisnis mencerminkan pergeseran paradigma. Istilah seperti “tujuan”, “kemajuan”, “keberlanjutan”, dan “dampak” semakin mendominasi, menggantikan jargon yang semata-mata finansial. MBA Oath, janji etis yang diinisiasi mahasiswa Harvard Business School untuk mengedepankan kebaikan bersama, adalah bukti nyata upaya memberi makna lebih besar pada karir bisnis.

fakta ketiga tercermin dari munculnya kebijakan yang memberdayakan. Perusahaan mulai merancang kebijakan yang secara aktif mendukung pencarian tujuan karyawan. Contohnya termasuk program donasi yang memberi karyawan dana untuk disalurkan ke badan amal pilihan mereka, atau kebijakan di Mayo Clinic yang memungkinkan dokter meluangkan waktu khusus untuk fokus pada aspek pekerjaan yang paling bermakna secara pribadi. Kebijakan seperti ini meningkatkan kesejahteraan karyawan dan menciptakan dampak sosial positif.

Pink memperkuat argumennya dengan mengutip penelitian psikologi yang membandingkan individu dengan aspirasi ekstrinsik (kekayaan, ketenaran, citra) dan intrinsik (pertumbuhan pribadi, hubungan bermakna, membantu komunitas). Temuan krusialnya: Mencapai tujuan ekstrinsik tidak secara otomatis meningkatkan kebahagiaan; malah dapat memicu kecemasan dan depresi. Sebaliknya, pencapaian tujuan intrinsik berkorelasi kuat dengan peningkatan kepuasan hidup dan kesejahteraan psikologis yang berkelanjutan. Ini menegaskan bahwa mengejar tujuan yang benar-benar bermakna jauh lebih memuaskan daripada sekadar menimbun kekayaan.

Bab 6 “Drive” menegaskan bahwa Purpose (Tujuan) adalah pilar fundamental perilaku Tipe I dan pendorong utama motivasi manusia modern. Keinginan untuk berkontribusi pada sesuatu yang melampaui diri sendiri bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan psikologis yang, ketika terpenuhi, melepaskan potensi luar biasa. Perusahaan yang berhasil mengintegrasikan tujuan yang otentik ke dalam DNA mereka tidak hanya unggul secara finansial, tetapi juga menjadi kekuatan positif bagi masyarakat dan lingkungan. Pergeseran menuju Motivasi 3.0, yang dipercepat oleh tren demografis seperti penuaan Baby Boomer, bukan hanya meremajakan dunia bisnis, tetapi juga menawarkan cetak biru untuk membangun dunia kerja – dan dunia secara keseluruhan – yang lebih manusiawi, bermakna, dan berkelanjutan. Bab ini menutup dengan pesan kuat: mengintegrasikan otonomi, penguasaan (mastery), dan tujuan adalah resep holistik untuk motivasi sejati, produktivitas berkelanjutan, dan kepuasan hidup yang mendalam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *