Sebuah Tinjauan Studi Inteligensi oleh Howard Gardner
Buku “Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences” karya Howard Gardner menawarkan kerangka kerja baru untuk memahami kecerdasan manusia. Bagian “Studies of Intelligence” dalam buku tersebut menelusuri sejarah pemahaman tentang kecerdasan, mengkritisi pendekatan-pendekatan sebelumnya, dan meletakkan dasar bagi teori Gardner tentang kecerdasan majemuk. Berikut ini adalah uraian bagian tersebut.
Fase-Fase Historis Pemahaman Inteligensi:
Gardner membagi sejarah studi inteligensi menjadi beberapa fase:
- Teori Awam (Lay Theories): Sebelum adanya pendekatan ilmiah, pemahaman tentang inteligensi sangat informal. Orang-orang menggunakan deskripsi seperti “cerdas,” “bodoh,” atau “pintar” tanpa definisi yang baku. Penggunaan istilah ini cukup dalam percakapan sehari-hari, tetapi kurang presisi untuk analisis ilmiah.
- Pendekatan Psikometrik Standar: Pada awal abad ke-20, psikolog mulai mendefinisikan inteligensi secara teknis dan mengembangkan tes untuk mengukurnya (misalnya, tes IQ Binet-Simon). Tes IQ, meski memiliki nilai prediktif untuk keberhasilan akademik, memiliki batasan. Tes ini cenderung bias terhadap individu yang terdidik dan terbiasa dengan tes berbasis kertas-pensil, serta kurang mampu memprediksi kesuksesan di luar konteks akademik. Perdebatan besar muncul antara pendukung “g” (faktor inteligensi umum) dan pendukung beberapa faktor inteligensi spesifik.
- Pluralisasi dan Hirarkisasi: Pendekatan ini menantang pandangan inteligensi tunggal. Psikolog seperti L.L. Thurstone mengusulkan beberapa faktor inteligensi yang relatif independen (misalnya, pemahaman verbal, kefasihan kata, visualisasi spasial). Gardner sendiri berkontribusi pada tradisi ini, tetapi dengan menggunakan bukti neurologis, evolusioner, dan lintas budaya yang lebih luas. Perdebatan tentang hubungan antara berbagai faktor inteligensi (hirarkis vs. heterarkis) tetap berlangsung.
Tren Baru dalam Studi Inteligensi (Pasca-Frames of Mind):
Setelah publikasi “Frames of Mind”, Gardner mengidentifikasi dua tren baru:
- Kontekstualisasi: Peneliti semakin kritis terhadap teori-teori yang mengabaikan perbedaan konteks budaya dan sosial dalam perkembangan inteligensi. Inteligensi dipandang sebagai interaksi antara kecenderungan bawaan dan kesempatan/kendala lingkungan budaya.
- Distribusi: Pandangan ini menekankan bahwa inteligensi tidak hanya berada di dalam otak individu, tetapi juga tersebar dalam artefak, alat, dan jaringan sosial yang melingkupi individu. Inteligensi melibatkan interaksi antara individu dan lingkungannya.
Gardner mengakui bahwa “Frames of Mind” pada awalnya lebih menekankan inteligensi internal individu. Namun, ia juga menunjukkan bahwa teori inteligensi majemuknya telah mempertimbangkan kontekstualisasi dan distribusi.
Kritik terhadap Teori Inteligensi Majemuk (MI):
Gardner membahas beberapa kritik terhadap teori MI-nya:
- Terminologi: Kritik atas penggunaan istilah “inteligensi” yang dianggap terlalu luas. Gardner membela penggunaan istilah tersebut dengan alasan agar kapasitas-kapasitas yang beragam dapat diakui sebagai bentuk inteligensi yang sama pentingnya.
- Korelasi Antar Inteligensi: Kritik atas adanya korelasi positif antara berbagai tes kemampuan, yang dianggap sebagai bukti inteligensi umum. Gardner menjelaskan bahwa korelasi tersebut mungkin disebabkan oleh bias metodologi tes yang dominan menggunakan kemampuan linguistik dan logis.
- Inteligensi dan Gaya Belajar: Kritik atas kemiripan teori MI dengan teori gaya belajar. Gardner membedakan teori MI dengan penekanan pada bukti ilmiah yang lebih kuat dan hubungan inteligensi dengan konten spesifik.
- Proses Inteligensi: Kritik karena teori MI dianggap hanya deskriptif. Gardner mengakui hal ini dan menyarankan perlunya pemahaman yang lebih mendalam tentang proses yang mendasari setiap inteligensi.
- Pengulangan Kesalahan Tes Inteligensi: Kritik yang menyatakan bahwa teori MI dapat menyebabkan penghakiman yang merugikan individu atau kelompok. Gardner menegaskan bahwa teori MI adalah teori ilmiah, bukan alat kebijakan sosial, dan ia menentang penyalahgunaan teori tersebut.
Kesimpulan:
Bagian “Studies of Intelligence” dalam buku Gardner memberikan tinjauan kritis terhadap sejarah dan perkembangan pemahaman tentang inteligensi. Gardner menunjukkan bahwa teori inteligensi majemuknya merupakan sintesis dari berbagai bidang ilmu dan menawarkan kerangka kerja yang lebih komprehensif dan bermanfaat daripada pendekatan-pendekatan sebelumnya. Ia juga menyadari dan membahas batasan dari teorinya serta mengajak para pembaca untuk melanjutkan diskusi dan pengembangannya. Teori inteligensi majemuk Gardner menekankan pentingnya mempertimbangkan pluralitas inteligensi dan konteks budaya dalam memahami dan mengembangkan potensi manusia.