Motivasi Kerja

Memupuk Budaya Kepemilikan: Memimpin Owners dan Mengarahkan Victims di Tempat Kerja

Dalam dinamika tim yang kompleks, seorang pemimpin sering kali dihadapkan pada beragam pola pikir karyawan. Dua kecenderungan psikologis yang sangat mencolok dan berdampak besar pada kinerja tim adalah mentalitas Owner (Pemilik) dan Victim (Korban). Memahami perbedaan mendasar antara keduanya serta mengetahui cara tepat memimpin mereka adalah keterampilan krusial untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan bertanggung jawab.

Memahami Dua Kutub Mentalitas

Pada dasarnya, Owners adalah individu yang mengambil alih kendali penuh atas kebahagiaan, moral, dan respons mereka terhadap situasi apa pun. Mereka beroperasi dengan keyakinan bahwa mereka bertanggung jawab atas hasil dan pembelajaran dari tindakan mereka. Sebaliknya, Victims cenderung terjebak dalam narasi kemalangan mereka sendiri. Pola pikir ini ditandai dengan kebiasaan menyalahkan orang lain atau keadaan eksternal, dan sering kali berfungsi sebagai bentuk manipulasi—baik disadari maupun tidak—untuk menghindari tanggung jawab. Mentalitas korban pada hakikatnya adalah sebuah “racket” atau siasat yang membuat individu merasa berkuasa dengan cara menjadi lemah.

Strategi Memimpin Karyawan dengan Mentalitas Victim

Menghadapi karyawan yang memiliki kecenderungan victim membutuhkan pendekatan yang strategis dan penuh kesabaran, bukan konfrontasi langsung yang memaksa mereka “sadar”. Pertama, pemimpin perlu memfokuskan perhatian pada hal positif. Berikan apresiasi dan pengakuan khusus precisely ketika mereka menunjukkan tindakan proaktif dan bertanggung jawab, sehingga mereka belajar bahwa perilaku konstruktiflah yang mendapat reward. Kedua, praktikkan empati tanpa larut. Dengarkan keluhan atau perasaan mereka dengan sabar dan pengertian, namun jangan ikut mengaminisasi sudut pandang korban mereka. Tugas pemimpin adalah memahami perasaan tanpa mempercayai narasi yang disajikan. Ketiga, tunjukkan hasil nyata. Kadang, Victims perlu dibimbing secara konkret. Tawarkan sudut pandang alternatif dan bantu jalankan solusi tersebut, agar mereka dapat menyaksikan sendiri bagaimana sikap bertanggung jawab membuahkan hasil yang lebih baik.

Bersinergi dengan Karyawan Bertipe Owner

Berbeda dengan tipe Victim, pemimpin tidak memerlukan teknik khusus untuk berinteraksi dengan Owners. Menghadapi mereka justru lebih sederhana dan menyenangkan. Kunci utamanya adalah memberikan apresiasi yang tulus atas sikap kepemilikan dan tanggung jawab yang mereka tunjukkan secara konsisten. Owners berkembang dengan otonomi dan pengakuan atas kontribusi mereka. Pemimpin cukup menciptakan ruang bagi mereka untuk berkarya dan menghargai setiap inisiatif yang mereka ambil.

Peran Penting Pemimpin dalam Membangun Budaya Ownership

Membangun tim yang kreatif dan penuh tanggung jawab membutuhkan komitmen aktif dari pemimpin. Tiga tugas utama yang tidak bisa diabaikan adalah: pertama, secara konsisten memberikan penghargaan atas setiap sikap ownership yang terlihat, sekecil apa pun. Kedua, menjadi teladan dengan menjadi Owner sejati bagi diri sendiri, termasuk mengambil tanggung jawab penuh atas keputusan dan moral pribadi. Ketiga, mengambil tanggung jawab penuh atas moral dan kinerja staf. Seorang pemimpin yang baik tidak melemparkan kesalahan ke tim, tetapi melihat kinerja tim sebagai cerminan dari kepemimpinannya.

Kepemimpinan yang Autentik, Bukan Sekadar Positif

Terakhir, menjadi pemimpin yang efektif dalam memupuk ownership bukan berarti menjadi “pemikir positif yang menyebalkan” yang mengabaikan realitas. Pemimpin yang baik tetaplah jujur, realistis, namun bersemangat. Mereka fokus pada peluang dan sisi positif yang nyata, bukan pada ilusi. Mereka juga menghindari gosip dan merendahkan orang lain, karena hal itu merusak fondasi kepercayaan. Perlu diingat, rasa tanggung jawab tidak dapat dipaksakan atau “disuntikkan” ke dalam diri seseorang. Ia harus dipupuk, dirawat, dan dirayakan hingga tumbuh dengan sendirinya, seperti bunga yang mekar di taman yang subur. Tugas pemimpin adalah menyiapkan tanah subur tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *