Budaya Organisasi

Menjaga Kesehatan Mental Karyawan 3

Dalam era yang mana teknologi komunikasi semakin berkembang, hubungan antar rekan kerja dan atasan menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Sebagai satu dari sejumlah faktor dalam budaya perusahaan, hal ini berpengaruh terhadap kesehatan mental karyawan. Dalam lanjutan artikel tentang kesehatan mental ini, kita akan membahas beberapa tips dan praktik terbaik untuk mendorong peningkatan kesejahteraan mental karyawan.

Mendorong hubungan kerja yang positif

Dengan munculnya sistem kerja jarak jauh, orang cenderung merasa kesepian dan mereka merindukan rasa memiliki hubungan dengan rekan kerja dan atasan mereka. Untuk membangun budaya koneksi, perusahaan perlu membicarakan tentang karakteristik budaya tersebut dan memungkinkan karyawan untuk membangun hubungan. Perusahaan sebaiknya menyediakan aplikasi dan teknologi untuk memungkinkan kesempatan seluruh organisasi untuk terhubung dan tim untuk bekerja sama dengan sukses.

Tips tambahan: Jika perusahaan Anda sepenuhnya bekerja dari jarak jauh, ada kemungkinan besar bahwa karyawan Anda tidak pernah memiliki kesempatan untuk bertemu satu sama lain. Jadi pertimbangkan untuk mengimplementasikan pertemuan empat mata secara acak bagi orang-orang dari departemen yang berbeda dan sarankan beberapa topik obrolan untuk membantu mereka memulai percakapan. Anda juga dapat membuat grup atau saluran berdasarkan minat yang sama di mana orang-orang dengan minat yang serupa dapat berbicara tentang pekerjaan dan topik yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.

Implementasikan program kesejahteraan karyawan

Penelitian yang disebutkan sebelumnya menunjukkan bahwa hampir 60% orang dewasa dengan kondisi kesehatan mental tidak menerima layanan kesehatan mental. Untuk menunjukkan kepada karyawan Anda bahwa kesehatan mental mereka penting bagi Anda, pertimbangkan untuk mengimplementasikan program kesejahteraan karyawan secara formal.

Tips tambahan: Untuk mendorong karyawan Anda untuk berpartisipasi dalam program ini, tambahkan beberapa elemen permainan dengan mengakui dan memberi penghargaan kepada mereka yang lebih terlibat.

Mengevaluasi keadaan karyawan

Pendapat karyawan harus menjadi salah satu nilai inti perusahaan setiap organisasi. Dorong karyawan Anda untuk berbagi umpan balik, mengungkapkan kekhawatiran, dan bertanya. Salah satu cara terbaik untuk memulainya adalah dengan mengimplementasikan survei karyawan secara teratur.

Setelah mengumpulkan tanggapan, penting bagi Anda untuk bertindak berdasarkan hasilnya dan membuat strategi perbaikan. Karena kesehatan mental di tempat kerja memiliki dampak negatif pada keterlibatan karyawan, merupakan ide bagus untuk mulai mengajukan beberapa pertanyaan sederhana tentang keterlibatan karyawan.

Tips tambahan: Buat survei yang ramah seluler, terutama jika angkatan kerja Anda multigenerasi atau terdiri dari banyak pekerja lapangan. Teknologi survei yang ramah seluler dapat membantu meningkatkan tingkat tanggapan secara keseluruhan.

Menjalankan praktik terbaik diversitas, kesetaraan, dan inklusi

Diskriminasi dan ketidaksetaraan berdasarkan faktor seperti ras, jenis kelamin, identitas gender, disabilitas, asal sosial, agama, atau usia adalah beberapa faktor utama dari masalah kesehatan mental di tempat kerja. Menurut penelitian, Generasi Milenial dan Gen Z secara signifikan lebih mungkin mengalami gejala kesehatan mental.

Tips tambahan: Pastikan Anda menghilangkan bias dalam upaya akuisisi dan rekrutmen bakat Anda. Pertimbangkan untuk mengimplementasikan pelatihan diversitas, kesetaraan, dan inklusi untuk tim SDM Anda (terutama perekrut) dan manajer perekrutan.

Risiko Kesehatan Mental di Tempat Kerja (menurut WHO)

Untuk membantu perusahaan mencegah tantangan kesehatan mental di tempat kerja, WHO telah menyusun daftar faktor penyebab persoalan kesehatan mental yang umum ditemui:

  • Karyawan tidak berkesempatan menggunakan keterampilan mereka sejauh yang mereka inginkan atau tidak memiliki keterampilan untuk melakukan pekerjaan mereka dengan sukses.
  • Beban kerja yang berlebihan, jam kerja yang panjang, dan jam kerja yang tidak fleksibel.
  • Kurangnya kontrol dan otonomi dalam pekerjaan karyawan.
  • Peluang terbatas untuk kemajuan dan pertumbuhan karir, promosi berlebihan atau kurang.
  • Ketidakamanan pekerjaan.
  • Lingkungan kerja yang tidak aman.
  • Kekerasan, pelecehan, atau perundungan.
  • Budaya organisasi yang tidak sehat.
  • Peran pekerjaan, tujuan, dan objektif yang tidak jelas.
  • Dukungan yang terlalu sedikit dari rekan kerja dan manajer.
  • Diskriminasi dan pengucilan.

Dalam menghadapi tantangan kesehatan mental, perusahaan perlu mengembangkan berbagai upaya mewujudkan kesejahteraan mental karyawan. Setelah membaca seri tulisan ini, semoga Anda dapat memperoleh ide program kesejahteraan mental bagi perusahaan Anda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *