Panduan Praktis Kebijakan Media Sosial 1
Di dunia online, karyawan dapat dijadikan sebagai duta merk perusahaan. Berdasarkan banyaknya data yang ada, konsumen cenderung lebih mempercayai wajah manusia daripada logo, sehingga program pelibatan karyawan sebagai duta menjadi penting dalam membuka pintu percakapan online dua arah. Selain itu, pemasar memiliki keunggulan jika mereka memiliki reputasi online profesional yang baik dan memanfaatkan jaringan media sosial untuk membangun hubungan. Pada dasarnya, ini adalah solusi yang menguntungkan bagi semua pihak.
Ada banyak hambatan dalam menemukan titik terbaik di mana program advokasi dapat berhasil. Salah satu hambatan terbesar yang sulit diatasi adalah hambatan budaya. Beberapa karyawan mungkin takut melakukan kesalahan di media sosial dan menghindari risiko sekecil apapun. Karyawan lain mungkin khawatir bahwa perusahaan memaksa mereka untuk mengembangkan reputasi online yang tidak autentik, sehingga mereka memilih untuk menjaga kehidupan online mereka tetap pribadi.
Tanpa mengatasi ketakutan ini, karyawan akan kehilangan fleksibilitas untuk tumbuh dan berubah, yang dapat mengurangi hasil dari program pelibatan karyawan sebagai duta. Oleh karena itu, penting untuk menetapkan nilai-nilai profesional yang bersama-sama melalui kebijakan media sosial. Ini harus jelas bahwa Anda tidak meminta karyawan untuk mengubah siapa mereka sebagai individu, tetapi untuk meningkatkan keterampilan komunikasi mereka dan membuat keputusan editorial yang baik untuk audiens mereka masing-masing.
Kepercayaan yang mendasar berawal dari etika dalam media sosial.
Beberapa nilai inti harus diterapkan sebagai dasar yang kuat untuk melindungi integritas perusahaan dan karyawan. Mereka yang telah berkecimpung dalam industri jurnalisme sebelum adanya media sosial tahu bahwa kepercayaan adalah aset yang paling berharga dalam komunikasi jangka panjang. Untuk meningkatkan kepercayaan pribadi dan organisasi Anda, penting untuk mempertimbangkan prinsip-prinsip etika dalam media.
Ada empat konsep yang merupakan aturan emas yang harus menjadi fokus dalam komunikasi sosial yang memunculkan kepercayaan. Karena tanpa kepercayaan, Anda akan kehilangan keterlibatan komunitas, yang berarti kegagalan dalam mencapai tujuan organisasi Anda.
- Keakuratan: Pastikan fakta yang disampaikan benar dan hindari penyebaran informasi yang menyesatkan.
- Transparansi: Bersikaplah terbuka kepada publik tentang identitas Anda, aktivitas Anda, dan bias yang mungkin Anda miliki. Orang ingin mengenali dan memahami dengan mudah tujuan merek Anda serta mengetahui bahwa Anda memiliki nilai-nilai yang sama.
- Kemanusiaan: Pertimbangkan konsekuensi dari apa yang Anda publikasikan dan tunjukkan empati kepada audiens Anda. Pastikan pesan Anda tidak memiliki niat negatif.
- Akuntabilitas: Mampu menjelaskan dan membenarkan komunikasi media sosial Anda kepada publik. Ini bisa menjadi tantangan, karena berarti kita harus meminta maaf dan segera memperbaiki kesalahan ketika melanggar prinsip keakuratan, kemanusiaan, atau transparansi.
Kebijakan media sosial harus diintegrasikan sebagai satu kesatuan – semakin sedikit pedoman yang diterapkan, semakin besar kebebasan yang dimiliki oleh karyawan Anda. Mereka akan merasa dipercaya dan bebas memposting hal-hal yang wajar dalam identitas online mereka. Namun, jika pedoman terlalu sedikit, karyawan dapat memposting hal-hal yang merugikan mereka atau reputasi perusahaan. Dalam beberapa kasus, karyawan mungkin tidak akan memposting apa pun karena takut melakukan kesalahan dan tidak tahu seperti apa dalam berkomunikasi secara online.
Jika kebijakan media sosial terlalu ketat, karyawan akan merasa bahwa perusahaan tidak mempercayai mereka dan mencoba mengubah mereka menjadi boneka untuk mempromosikan merek.
Tujuannya adalah menemukan posisi yang tidak terlalu otoriter atau terlalu longgar. Berikut adalah beberapa poin dasar dalam pedoman media sosial yang mendukung perilaku yang selaras dengan etika media dan membangun kepercayaan dalam komunitas online perusahaan.
Prinsip Etika dan Profesionalisme Juga Berlaku di Dunia Maya
Nilai-nilai etika yang mengatur pekerjaan Anda di dunia nyata harus beerlaku pula di dunia online. Inilah tempat di mana transparansi, akurasi, kemanusiaan, dan akuntabilitas berperan, yang pada dasarnya berlandaskan akal sehat.
Demikian bagian pertama pembahasan tema ini, beberapa hal lain akan kita bahas pada bagian kedua.