Konsep Pemikiran Otak Holistik 1
Dalam berbagai aspek kehidupan, kita seringkali dihadapkan pada perbedaan pola pikir yang kompleks. Setiap individu memiliki cara berpikir yang unik, yang dapat menjadi tantangan dalam konteks korporat. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya ditentukan oleh keahlian individu, tetapi juga oleh kemampuan mereka untuk berkoordinasi dengan tim serta memahami pola pikir rekan-rekan mereka.
Di tengah keberagaman pola pikir ini, muncul pertanyaan penting: Apakah perusahaan sebaiknya merekrut kandidat dengan pola pikir yang serupa? Namun, sulit menemukan orang dengan pola pikir identik. Solusi untuk meningkatkan potensi dan produktivitas karyawan dapat ditemukan dalam konsep permodelan otak holistik yang diusung oleh Ned Herrmann.
Apa Itu Permodelan Otak Holistik?
Permodelan otak holistik adalah pendekatan yang mengakui keberagaman cara berpikir dan berfokus pada pemahaman psikologi otak individu. Setiap orang memproses informasi dengan cara yang berbeda, dan permodelan otak holistik membantu memetakan perjalanan berpikir melalui empat kuadran yang merepresentasikan gaya berpikir.
Mengapa permodelan otak holistik penting?
Dengan memahami gaya berpikir, seseorang dapat lebih efektif beradaptasi dengan perubahan dalam kompleksitas masyarakat dan berkolaborasi secara lebih baik. Bagaimana Anda belajar dan memproses informasi mempengaruhi kinerja di tempat kerja dan kemampuan untuk berkolaborasi dengan orang lain.
Model ini menggunakan lingkaran yang terbagi menjadi empat kuadran, masing-masing mencerminkan gaya berpikir yang berbeda. Gaya berpikir konseptual dan analitis, perhatian terhadap detail, kepekaan terhadap kebutuhan emosional, dan fokus pada gambaran besar dan perencanaan jangka panjang adalah elemen-elemen yang dapat diidentifikasi melalui model ini.
Asal Usul Model Otak Holistik
Model ini dikembangkan oleh Ned Herrmann dan menggunakan alat pengukur yang dikenal sebagai HBDI (Herrmann Brain Dominance Instrument). Pendekatan ini bermula dari teori otak kiri dan kanan yang berkembang pada tahun 1970-an, ditambah dengan teori otak Triune yang menggambarkan evolusi otak manusia dalam tiga lapisan: reptil, mamalia, dan manusia.
Teori otak kiri dan kanan membagi preferensi berpikir menjadi analitis dan logis versus kreatif dan intuitif. Sementara itu, teori otak Triune melibatkan lapisan otak yang mencakup insting dasar, emosional, dan rasional berpikir tingkat tinggi.
Dengan menggabungkan kedua teori ini, Herrmann mengembangkan model empat kuadran yang dapat diukur dalam bentuk profil, memberikan pemahaman yang lebih baik tentang gaya berpikir individu.
Manfaat Memahami Gaya Berpikir
Pentingnya memahami gaya berpikir tercermin dalam dampaknya pada manajemen. Herrmann pernah mengilustrasikan hal ini dengan kisah seorang manajer yang bertanya tentang hubungan antara otak dan manajemen. Jawaban Herrmann yang lugas, “Ia memiliki segalanya untuk dilakukan dengan manajemen,” menunjukkan betapa integralnya pemahaman gaya berpikir dalam konteks korporat.
Dengan memahami gaya berpikir, perusahaan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kerja sama tim, meningkatkan produktivitas, dan mengatasi hambatan komunikasi. Ini bukan tentang mencari keseragaman, tetapi lebih pada pengakuan dan penghargaan terhadap keberagaman dalam pemikiran.