Kompetensi SDM

Persoalan Stigma pada Introversi

Siswa introvert sering kali kurang diperhatikan oleh para pendidik. Ini karena sifat introvert mereka yang cenderung pendiam, tidak suka menonjol, dan lebih suka belajar secara mandiri.

Dalam bukunya yang berjudul “The Power of Introverts” , Susan Cain membahas tentang persepsi guru terhadap siswa yang pendiam atau pemalu ini. Cain mencontohkan kasus Natalie Munro. Ini adalah contoh nyata bagaimana stigma terhadap introversi dapat memengaruhi persepsi guru terhadap siswa.

Natalie Munro adalah seorang guru bahasa Inggris di sebuah sekolah menengah di Pennsylvania. Dia memiliki blog pribadi di mana dia menulis tentang pengalamannya sebagai guru, termasuk perasaannya terhadap murid-muridnya. Dalam salah satu entri blognya, Munro mengungkapkan kekecewaan terhadap siswa yang pendiam dan pemalu. Dia menggambarkan mereka sebagai “anak yang tidak memiliki kepribadian”, “hanya duduk diam tanpa ekspresi selama 90 menit”, dan “sikap pemalu tidak lucu di kelas 11, itu menjengkelkan.”

Munro tampaknya mengharapkan semua muridnya untuk berpartisipasi aktif di kelas dan menunjukkan kepribadian yang ekstrovert. Dia tidak memahami bahwa beberapa siswa mungkin introvert dan lebih nyaman dalam lingkungan yang tenang. Entri blog Munro ini kemudian menjadi viral dan mendapat kritik tajam dari publik. Banyak orang menganggap pernyataannya kasar, tidak profesional, dan menunjukkan kurangnya pemahaman tentang introversi. Munro kemudian menghapus entri blog tersebut, tetapi kasus ini tetap menjadi contoh bagaimana stigma terhadap introversi dapat memengaruhi persepsi guru dan bagaimana tindakan mereka dapat menimbulkan kontroversi.

Kasus Natalie Munro menunjukkan bagaimana pentingnya bagi guru untuk memahami perbedaan individual dan menghargai sifat introvert pada siswa.

Namun nyatanya banyak penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar guru percaya bahwa “siswa ideal” adalah seorang ekstrovert. Padahal banyak pemikir hebat dalam sejarah adalah introvert, seperti Charles Darwin, Albert Einstein, dan lain-lain.

Stigma ini untuk selanjutnya menyebabkan banyak orang dewasa introvert mengalami rasa rendah diri yang tersembunyi. Cain menyadari bahwa masyarakat seringkali memandang introversi sebagai kelemahan atau kekurangan. Anak-anak introvert seringkali didorong untuk menjadi lebih ekstrovert, baik di sekolah maupun di lingkungan sosial. Hal ini dapat menyebabkan mereka merasa tidak diterima, tidak berharga, dan tidak pantas.

Akibat dari stigma ini, banyak orang dewasa introvert tumbuh dengan rasa rendah diri yang tersembunyi. Mereka mungkin merasa tidak cukup baik, tidak cukup pintar, atau tidak cukup menarik karena sifat mereka yang introvert. Rasa rendah diri ini dapat memengaruhi kepercayaan diri mereka, hubungan mereka dengan orang lain, dan pilihan karier mereka.

Stigma terhadap introversi pada anak-anak ini seharusnya perlu diubah. Anak-anak introvert harus dihargai dan diterima apa adanya. Mereka seharusnya bisa tumbuh dengan rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi, terlepas dari sifat introvert mereka.

Jika stigma terhadap introversi dapat diubah, generasi selanjutnya akan tumbuh dengan pandangan yang lebih positif tentang introversi. Mereka tidak akan merasa tertekan untuk menjadi seseorang yang bukan dirinya, dan mereka akan lebih bebas untuk mengeksplorasi potensi mereka dan mencapai kesuksesan dengan cara mereka sendiri.

Introversi bukanlah kelemahan, tetapi justru dapat menjadi kekuatan yang luar biasa. Dengan mengubah stigma terhadap introversi, kita dapat menciptakan dunia yang lebih inklusif dan menghargai perbedaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *