Leadership

Mengurai Lima Disfungsi Tim 5

Sebagai bagian akhir dari kisah transformasi DecisionTech, artikel ini mengulas bagaimana Kathryn Petersen, CEO baru, mengubah pola kerja tim eksekutif dari budaya individualis menjadi tim yang menghargai kolaborasi melalui alokasi waktu yang strategis. Di bawah kepemimpinannya, pertemuan—yang sebelumnya dihindari—menjadi alat kunci dalam membangun kepercayaan, komitmen, dan fokus pada hasil.

Waktu Sebagai Investasi

Kathryn meyakini bahwa waktu yang dihabiskan untuk pertemuan bukanlah biaya, melainkan investasi jangka panjang. Meski awalnya dianggap berlebihan oleh tim, komitmennya menghabiskan 8 hari per kuartal (kurang dari 3 hari per bulan) untuk pertemuan terstruktur membuahkan hasil signifikan:

  • Komunikasi lebih efisien, mengurangi duplikasi tugas.
  • Kebingungan berkurang karena prioritas tim selalu diperbarui.
  • Keputusan lebih cepat diambil dengan partisipasi seluruh pemangku kepentingan.

Kathryn menegaskan, “Waktu untuk membangun tim adalah satu-satunya cara mengubah budaya perusahaan.”

Pertemuan yang Bermakna, Bukan Sekadar Rutinitas

Kathryn merancang empat jenis pertemuan dengan agenda spesifik, menghindari rapat yang membuang waktu:

  • Pertemuan Perencanaan Tahunan & Retret Kepemimpinan (3 Hari di Luar Kantor) difokuskan pada anggaran tahunan, strategi bisnis, pelatihan kepemimpinan, dan rencana suksesi. Output dari pertemuan ini adalah peta jalan yang jelas dan disepakati seluruh tim.
  • Pertemuan Staf Triwulanan (2 Hari di Luar Kantor) difokuskan pada evaluasi tujuan, kinerja keuangan, masalah strategis, dan pengembangan tim. Contohnya, diskusi tentang penyebab keterlambatan produk dan solusi kolaboratif yang dapat diterapkan.
  • Pertemuan Staf Mingguan (2 Jam di Kantor) difokuskan pada update progres, tinjauan penjualan, masalah taktis, dan penyesuaian prioritas. Aturannya adalah durasi yang ketat, tidak boleh ada penjelasan yang bertele-tele.
  • Pertemuan Spontan Isu Spesifik (2 Jam di Kantor) diadakan untuk membahas isu mendesak, seperti respons terhadap kompetitor, yang tidak dapat ditunda.

Transformasi Budaya Kerja: Dari Penghindaran ke Penghargaan

Awalnya, tim eksekutif DecisionTech mengeluh terlalu banyak rapat. Namun, Kathryn membuktikan bahwa pertemuan terstruktur justru menghemat waktu dengan:

  • Mengurangi email berantai karena semua pembahasan tuntas di rapat.
  • Meminimalkan miskomunikasi dengan keputusan yang transparan.
  • Membangun kepercayaan melalui interaksi intensif di luar agenda formal.

Lambat laun, tim menyadari bahwa rapat bukan lagi aktifitas yang membosankan, tetapi forum produktif untuk:

  • Berdebat sehat tentang strategi.
  • Merayakan keberhasilan kecil.
  • Menyelesaikan konflik sebelum melebar.

Kesimpulan: Komitmen Waktu sebagai Kunci Tim yang Solid

Kisah Kathryn di DecisionTech membuktikan bahwa alokasi waktu yang terencana adalah pondasi tim yang efektif. Meskipun menghabiskan 8 hari per kuartal terasa berat di awal, hasilnya sepadan:

  • Keputusan lebih berkualitas dengan input seluruh anggota.
  • Tim lebih kompak karena memahami peran masing-masing.
  • Hasil bisnis membaik seiring dengan budaya kolaborasi.

Kathryn menutup, “Tidak ada tim hebat yang dibangun dalam satu malam. Butuh keberanian untuk menginvestasikan waktu dan kepercayaan.”

Transformasi DecisionTech menjadi bukti: kepemimpinan yang berani mengalokasikan waktu untuk kolaborasi bukan hanya mengatasi disfungsi tim, tetapi juga mengubah budaya organisasi secara menyeluruh. Dengan komitmen dan struktur yang tepat, pertemuan bisa menjadi senjata rahasia menuju tim yang solid dan berorientasi hasil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *