Leadership

Pengorbanan dalam Kepemimpinan 2

Pada blog ini kita kembali belajar hukum pengorbanan dalam kepemimpinan dengan menyimak kisah Iacocca saat menjadi pemimpin di Chrysler. Ia sebelumnya telah meraih kesuksesan di Ford; hingga kemudian ia diberhentikan di tahun 1978. Di saat yang sama, Chrysler sedang menuju kebangkrutan.

John Riccardo, saat itu ketua dewan direktur Chrysler, menyadari bahwa perusahaan memerlukan kepemimpinan yang kuat untuk bertahan, sesuatu yang tidak dapat dia berikan dengan baik, dan baginya itu ada pada diri Iacocca. Menurut penuturan Iacocca, Riccardo tahu bahwa dia sedang dalam kesulitan, jadi dia ingin membawa mantan pekerja Ford sebagai presiden Chrysler. Pada gilirannya, Riccardo berencana akan mengundurkan diri dalam waktu kurang dari dua tahun agar Iacocca bisa menjadi CEO. John Riccardo dalam hal ini bersedia mengorbankan dirinya demi kebaikan perusahaan. Dengan begitu, Iacocca memiliki kesempatan untuk mewujudkan impian seumur hidupnya: menjadi orang teratas di salah satu dari tiga perusahaan besar otomotif amerika.

Iacocca menerima pekerjaan itu, maka sejak saat itu dimulailah perjalanan pengorbanan pribadinya. Pengorbanan pertama datang dari segi keuangan. Gaji yang diterima Iacocca di Chrysler hanya sekitar setengah dari yang dia peroleh sebagai presiden Ford. Pengorbanan berikutnya datang dari kehidupan keluarganya. Di Ford, Iacocca selalu bangga karena dia bekerja keras dari Senin hingga Jumat, tetapi dia selalu menyisihkan Sabtu, Minggu, dan sebagian besar Jumat malam untuk keluarganya. Dan ketika dia pulang kerja di akhir hari, dia meninggalkan masalahnya di kantor. Tetapi untuk memimpin Chrysler, dia harus bekerja hampir sepanjang waktu. Selain itu, ketika dia pulang, dia tidak bisa tidur.

Iacocca kemudian menggambarkan perusahaan itu seolah dijalankan seperti toko kelontong kecil, meskipun ukurannya besar. Tidak ada sistem atau kontrol keuangan yang layak, metode produksi dan pasokan dalam keadaan kacau, produk dibangun dengan buruk, dan hampir semua divisi dijalankan oleh wakil presiden yang berpikiran sempit dan enggan bekerja sebagai tim. Semangat kerja sangat rendah di seluruh perusahaan, loyalitas pelanggan merupakan yang terburuk bila dibandingkan dengan merk lain, dan perusahaan terus merugi.

Iacocca memahami bahwa pemimpin yang sukses harus menjaga sikap pengorbanan untuk membalikkan keadaan sebuah organisasi. Mereka harus bersedia melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencapai level berikutnya. Iacocca memecat tiga puluh tiga dari tiga puluh lima wakil presiden dalam periode tiga tahun. Namun, keadaan terus memburuk. Negara sedang mengalami resesi yang mengerikan, dan tingkat bunga mencapai yang tertinggi dalam sejarah. Kemudian harga minyak melonjak saat Shah Iran digulingkan pada awal tahun 1979. Pangsa pasar Chrysler turun menjadi 8 persen. Meskipun semua usaha Iacocca telah mencapai titik maksimal, tampaknya hukum pengorbanan tidak berhasil. Sepertinya ketika semua gagal, diperlukan pengorbanan yang lain.

Iacocca bekerja lebih keras untuk membangun kembali perusahaan dengan membawa para pemimpin terbaik dalam bisnis otomotif, banyak di antaranya adalah pensiunan dari Ford. Dia memotong setiap pengeluaran yang bisa dia potong dan melakukan perbaikan hanya pada aspek terkuat di perusahaan saja, tetapi tindakan-tindakan tersebut tidak cukup untuk mengangkat perusahaan. Chrysler menuju ke kebangkrutan. Iacocca harus menghadapi pengorbanan pribadi terbesar: dia harus mendatangi pemerintah Amerika dengan tangan tengadah untuk meminta pinjaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *