Leadership

Pengorbanan dalam Kepemimpinan 3

Pada blog ini kita kembali melanjutkan belajar hukum pengorbanan dalam kepemimpinan dengan menyimak kisah Iacocca di Chrysler. Ia bersedia menerima gaji yang lebih kecil, menghabiskan semua waktunya untuk perusahaan, dan berbagai pengorbanan lain. Tapi itu masih belum cukup, ia akhirnya harus berkorban secara pribadi, yaitu meminta pinjaman dari pemerintah.

Saat masih di Ford, Iacocca telah membangun reputasi sebagai sosok yang sangat kritis terhadap keterlibatan pemerintah dalam bisnis. Maka ketika dia mendekati kongres meminta bantuan, tidak ada yang berbicara dengan baik tentangnya. Iacocca membicarakan kisah tersebut sebagai berikut:

Di benak kongres dan media, kita telah berdosa. Kita keliru dalam merespon pasar, dan kita pantas menerima konsekuensinya. Saat itu, kita seolah dihukum karenanya. Selama persidangan kongres, kita disidang di hadapan seluruh negeri sebagai contoh nyata dari beragam ketidakberesan yang terjadi dalam industri Amerika. Kita dipermalukan di halaman editorial karena tidak memiliki keberanian menghadapi kebangkrutan, berani menghadapi kematian yang disebabkan kesalahan sendiri. Istri dan anak-anak kita menjadi bahan candaan di pusat perbelanjaan dan sekolah. Itu adalah hukuman yang jauh lebih tinggi daripada diharuskan mengunci diri atau menyingkir. Itu sangat personal. Itu menusuk perasaan. Dan itu menyakitkan.

Mencampakkan harga diri adalah pengorbanan heroik bagi Iacocca, sebuah pengorbanan yang mungkin tidak akan pernah mau dilakukan oleh kebanyakan eksekutif perusahaan. Tapi itu adalah harga yang harus dia bayar untuk menyelamatkan perusahaan.

Setidaknya satu pengorbanan yang dia lakukan pada saat itu mendapatkan sesuatu yang positif: Pemberitaan bahwa Iacocca mengurangi gajinya menjadi satu dolar setahun. Pada saat itu, dia berkata, “Kepemimpinan berarti memberikan contoh. Ketika Anda berada dalam posisi kepemimpinan, orang akan mengikuti setiap langkah Anda.” Dia melanjutkan tindakan itu dengan permintaan agar pihak lain juga berkorban. Dia meminta para eksekutif teratas Chrysler untuk menerima pemotongan gaji 10 persen. Kemudian dia meminta — dan menerima — konsesi dari serikat pekerja dan bank-bank yang bekerja sama dengan produsen otomotif tersebut. Agar Chrysler berhasil, mereka semua harus berkorban bersama-sama.

Ternyata itu berhasil mereka lakukan. Pada tahun 1982, Chrysler menghasilkan laba operasional sebesar 925 juta dolar, yang merupakan yang terbaik dalam sejarahnya. Dan pada tahun 1983, perusahaan dapat melunasi pinjaman-peminjamannya.

Chrysler terus berhasil dan tumbuh. Perusahaan ini berjuang keras untuk bangkit, dan di tahun 1997 memiliki pangsa pasar gabungan Amerika Serikat dan Kanada sebesar lebih dari 16 persen — dua kali lipat dari apa yang dimilikinya di awal tahun ketika Iacocca mengambil alih. Dia sejak 1992 pensiun, tetapi kepemimpinannya telah mengembalikan Chrysler ke peta persaingan. Mengapa? Karena dia mampu menjadi contoh hukum pengorbanan.

Apa yang berlaku pada kisah Lee Iacocca juga berlaku untuk setiap pemimpin. Anda harus berkorban untuk mencapai kesuksesan. Banyak orang saat ini ingin naik tangga korporat karena mereka percaya bahwa kebebasan dan kekuasaan adalah hadiah yang menanti di puncak. Mereka tidak menyadari bahwa sifat sejati kepemimpinan sebenarnya adalah pengorbanan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *