Prinsip atau Hukum Hubungan Kepemimpinan 3
Menjalin hubungan kepemimpinan adalah tugas pemimpin. Beberapa pemimpin mengalami masalah dengan prinsip ini karena mereka percaya bahwa memulai hubungan adalah tanggung jawab para pengikut. Hal ini terutama berlaku bagi pemimpin-yang muncul karena formalitas jabatan. Mereka sering berpikir, “Saya adalah bos. Saya memiliki jabatan. Mereka adalah karyawan saya. Biarkan mereka datang kepada saya.”
Namun, pemimpin yang sukses yang mematuhi prinsip pembentukan hubungan selalu menjadi inisiator. Mereka mengambil langkah pertama mendekati orang lain dan kemudian berusaha untuk terus membangun hubungan. Ini tidak selalu mudah, tetapi jika itu penting untuk kesuksesan organisasi, seorang pemimpin harus melakukannya apa pun hambatannya.
John C. Maxwell membagikan pengalamannya terkait pentingnya memulai hubungan bagi seorang pemimpin. Pada tahun 1972, Maxwell dihadapkan pada situasi yang sangat sulit. Maxwell dipindah ke Lancaster, Ohio, di mana ia akan mengambil alih kepemimpinan gereja. Sebelum ia menerima posisi tersebut, ia mendengar dari seorang teman bahwa gereja tersebut mengalami konflik besar terkait proyek pembangunan. Salah satu faksi yang memimpin adalah orang yang paling berpengaruh di gereja, seorang pria bernama Jim Butz yang merupakan pemimpin gereja terpilih. Dan Maxwell juga mendengar bahwa Jim memiliki reputasi sebagai orang yang negatif dan agak aneh. Dia suka menggunakan pengaruhnya untuk mempengaruhi orang-orang ke arah yang tidak selalu membantu organisasi. Karena pendeta senior sebelumnya sering berselisih dengan Jim, Maxwell tahu kesempatan terbaik untuk sukses dalam kepemimpinan di sana adalah dengan membuka hubungan dengan Jim. Jadi hal pertama yang Maxwell lakukan ketika tiba di sana adalah membuat janji untuk bertemu dengannya di kantor.
Jim adalah sosok bertubuh besar, menakutkan, dan berusia sekitar enam puluh lima tahun, sementara Maxwell baru berusia dua puluh lima tahun. Dalam pertemuan mereka, Maxwell menyatakan niatnya untuk membangun hubungan baik dengan Jim dan bersedia berkonsultasi dengannya sebelum mengambil keputusan. Ia juga menghadapi isu tentang sifat negatif dan konflik yang sering dipicu oleh Jim.
Maxwell menawarkan rencana untuk bertemu setiap hari Selasa untuk makan siang dan membicarakan masalah apa pun. Maxwell menyampaikan bila Jim memutuskan untuk melawan kepemimpinannya, Jim mungkin akan menang di awal karena pengaruhnya, tapi Maxwell yakin bahwa dengan membangun hubungan dan menarik orang baru ke gereja, suatu hari nanti ia akan memiliki pengaruh yang lebih besar daripada Jim.
Tapi ia tidak ingin itu terjadi. Ia mengajak Jim untuk memanfaatkan sepuluh hingga lima belas tahun lagi yang sehat dan produktif untuk melakukan hal-hal hebat bersama di gereja. Setelah mendengar ucapan Maxwell, Jim pergi tanpa berkata apa pun. Setelah beberapa waktu berlalu, Jim akhirnya setuju untuk berada di pihak yang sama dengan Maxwell.
Kerjasama mereka membuahkan hasil positif selama sepuluh tahun berikutnya. Keberanian Maxwell untuk memulai hubungan pada hari pertama di kantor membuka pintu bagi kesuksesan dan perubahan positif dalam kepemimpinannya di gereja tersebut.