Manajemen Kinerja

Manajemen Konflik dalam Organisasi dan Peran Thomas-Kilmann Conflict Mode Instrument (TKI) 2

Sebagai lanjutan dari pembahasan sebelumnya mengenai peran TKI dalam manajemen konflik, artikel ini akan mengupas secara mendetail struktur kuesioner TKI, contoh skenario, serta praktik terbaik untuk mengoptimalkan penggunaannya dalam organisasi. Dengan memahami mekanisme alat ini, organisasi dapat mengidentifikasi dinamika konflik secara lebih akurat dan merancang strategi resolusi yang tepat.

Mengurai Struktur Kuesioner TKI

Kuesioner TKI dirancang untuk mengukur preferensi individu dalam merespons konflik melalui serangkaian skenario realistis. Berikut kerangka dasarnya:

1. Skenario Konflik

Setiap pertanyaan menggambarkan situasi konflik umum di lingkungan kerja, keluarga, atau sosial. Misalnya, perbedaan pendapat tentang metode kerja, alokasi sumber daya, atau prioritas proyek. Skenario ini sengaja dibuat netral agar responden dapat merefleksikan reaksi alami mereka.

2. Pilihan Respons

Setiap skenario dilengkapi 2-5 opsi respons yang mencerminkan kombinasi dimensi Assertiveness (ketegasan) dan Cooperativeness (kerjasama). Respons ini tidak dinilai “benar” atau “salah”, tetapi mengungkap kecenderungan alami responden.

3. Skala Pengukuran

Setiap respons memiliki nilai numerik yang merepresentasikan tingkat ketegasan dan kerjasama. Contoh:

  • Competing: Nilai ketegasan tinggi, kerjasama rendah.
  • Collaborating: Ketegasan dan kerjasama tinggi.
  • Avoiding: Keduanya rendah.

4. Penilaian dan Profil

Total skor dari seluruh jawaban akan menentukan gaya konflik dominan responden. Hasilnya berupa profil yang menunjukkan kecenderungan utama (misalnya, Collaborating) dan gaya sekunder (misalnya, Compromising).

Contoh Skenario dan Interpretasi

Berikut ilustrasi cara kerja TKI melalui sebuah contoh:

Skenario:
Anda dan rekan kerja berselisih tentang metode pengerjaan proyek. Rekan Anda ingin menggunakan metode A, sementara Anda yakin metode B lebih efektif. Ia menolak kompromi.

Pilihan Respons:
1. Bersikeras menggunakan metode B (Competing: Ketegasan tinggi, kerjasama rendah).
2. Mencari metode baru yang diterima kedua belah pihak (Collaborating: Keduanya sedang).
3. Mengikuti metode rekan (Accommodating: Ketegasan rendah, kerjasama tinggi).
4. Menunda diskusi (Avoiding: Keduanya rendah).
5. Memahami alasan rekan sebelum memutuskan (Compromising/Collaborating: Ketegasan sedang, kerjasama tinggi).

Interpretasi:

  • Respons 1: Dominasi gaya Competing.
  • Respons 2 atau 5: Cenderung Collaborating atau Compromising.
  • Respons 3: Gaya Accommodating.
  • Respons 4: Pola Avoiding.

Catatan yang perlu diperhatikan, satu skenario tidak cukup untuk menentukan profil konflik. Kuesioner TKI biasanya terdiri dari 10-30 pertanyaan untuk memastikan konsistensi respons. Selain itu, hasil TKI bersifat situasional. Seseorang mungkin menggunakan gaya berbeda tergantung konteks (misalnya, Competing saat krisis, Accommodating saat menjaga hubungan).

Praktik Terbaik dalam Menggunakan Kuesioner TKI

Agar TKI memberikan hasil optimal, organisasi perlu memperhatikan hal berikut:

1. Tujuan dan Relevansi

Pastikan tujuan penggunaan TKI jelas; apakah untuk pengembangan tim, pelatihan kepemimpinan, atau diagnosis konflik organisasi? Kemudian pilih versi kuesioner yang sesuai dengan konteks. Misalnya, skenario kerja untuk tim korporat, atau skenario sosial untuk organisasi komunitas.

2. Keamanan dan Etika

Terkait kerahasiaan, jelaskan bahwa hasil TKI bukan alat evaluasi kinerja. Kemudian ciptakan lingkungan yang aman. Hindari tekanan saat pengisian kuesioner. Respons jujur kunci keakuratan hasil.

3. Instruksi dan Metode

Berikan contoh pertanyaan untuk memandu responden. Pilih metode pengisian fleksibel, online untuk efisiensi, atau tatap muka dengan fasilitator untuk diskusi mendalam.

4. Interpretasi Kontekstual

Hindari generalisasi. Hasil TKI harus dibahas dengan mempertimbangkan budaya organisasi. Misalnya, gaya Accommodating mungkin lebih umum di budaya kolektif. Selanjutnya gunakan sesi feedback untuk membantu individu memahami kelebihan dan batasan gaya konflik mereka.

5. Integrasi dengan Pelatihan

Kembangkan modul pelatihan berbasis hasil TKI. Contohnya, latihan role-play untuk melatih gaya Collaborating bagi tim yang dominan Avoiding. Lalu pantau perkembangan melalui survey berkala untuk menilai efektivitas intervensi.

Kesimpulan

Kuesioner TKI bukan sekadar alat diagnostik, tetapi pintu masuk untuk membangun kesadaran diri dan empati dalam tim. Dengan struktur yang terstandarisasi dan skenario yang relevan, alat ini membantu organisasi mengubah konflik dari penghambat menjadi pendorong inovasi. Kunci keberhasilannya terletak pada implementasi yang etis, interpretasi yang kontekstual, dan komitmen untuk terus memperbaiki dinamika tim. Dalam jangka panjang, investasi ini tidak hanya meningkatkan resolusi konflik, tetapi juga menciptakan budaya organisasi yang resilien dan berorientasi solusi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *