memotivasi Diri Melalui Pengolahan Kata
Persepsi dan asosiasi kita terhadap “kemauan” dapat memengaruhi kemampuan kita untuk membangunnya. Jika kita menghubungkan “kemauan” dengan hal-hal negatif seperti penyangkalan diri, kesengsaraan, dan suatu bentuk hukuman, kita akan cenderung menghindari upaya untuk mengembangkannya. Sebaliknya, jika kita mengasosiasikannya dengan hal-hal positif seperti kebebasan, pertumbuhan, dan pencapaian, kita akan lebih termotivasi untuk membangunnya. Mengubah cara kita berpikir tentang “kemauan” dapat membantu kita membangunnya dengan lebih efektif.
Bagi atlet angkat beban, “kegagalan” dalam arti mencapai titik maksimal saat mengangkat beban, justru merupakan hal yang positif dan penting untuk pertumbuhan otot. Mereka memahami bahwa mencapai titik “gagal” memaksa otot untuk bekerja lebih keras dan mengalami tekanan yang diperlukan untuk tumbuh. Oleh karena itu, mereka telah mengubah makna “kegagalan” menjadi “keberhasilan”, karena mencapai titik “gagal” justru membantu mereka mencapai tujuan mereka, yaitu pertumbuhan otot. Dengan memprogram diri mereka sendiri untuk melihat “kegagalan” dalam arti positif, mereka dapat menghilangkan rasa takut untuk mencapai batas kemampuan mereka dan terus mendorong diri mereka sendiri untuk mencapai hasil yang optimal.
Alan Watts, seorang filsuf dan sarjana Zen, awalnya merasa negatif terhadap kata “disiplin” karena asosiasinya dengan paksaan dan aturan. Namun, ia menyadari bahwa disiplin adalah kunci untuk menikmati berbagai aktivitas.
Untuk mengatasi perasaan negatifnya, Watts mengganti kata “disiplin” dengan “keterampilan”. Dengan mengubah makna kata, ia mampu mengembangkan disiplin dirinya tanpa merasa terbebani oleh konotasi negatif. Cara kita memandang sesuatu dapat dipengaruhi oleh kata-kata yang kita gunakan untuk menggambarkannya.
Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen, dalam bukunya “The 7 Habits of Highly Effective People” menggunakan kata “paradigm shift” (pergeseran paradigma) untuk menggambarkan perubahan mendasar dalam cara seseorang memandang dunia. Covey mengganti kata “change” (perubahan) dengan “paradigm shift” karena ia merasa “change” hanya menunjukkan perubahan kecil, sementara “paradigm shift” menunjukkan perubahan yang lebih fundamental.
Carol Dweck, seorang psikolog, dalam teorinya tentang mindset (pola pikir) menggunakan kata “growth mindset” (pola pikir pertumbuhan) untuk menggambarkan seseorang yang percaya bahwa kemampuan mereka dapat dikembangkan melalui usaha. Dweck mengganti kata “talent” (bakat) dengan “growth mindset” karena ia merasa “talent” memiliki konotasi yang statis dan deterministik, sementara “growth mindset” lebih dinamis dan memungkinkan seseorang untuk berkembang.
Bahasa memiliki kekuatan untuk memengaruhi pikiran, perasaan, dan tindakan kita. Kata-kata yang kita gunakan dapat membentuk cara kita memandang dunia, cara kita berinteraksi dengan orang lain, dan bahkan cara kita berpikir tentang diri kita sendiri. Dengan demikian, penting untuk menyadari kekuatan kreatif bahasa yang kita gunakan dan memilih kata-kata yang mendukung tujuan dan nilai-nilai kita.
Penting untuk mengarahkan kekuatan bahasa kita ke arah kekuatan yang lebih personal, yaitu kekuatan yang membantu kita tumbuh, berkembang, dan mencapai potensi penuh kita. Perhatikan bahasa yang kita gunakan dan manfaatkan sebagai alat untuk menciptakan perubahan positif dalam hidup kita.