Menaklukkan Ketakutan dengan “Melakukan Sesuatu yang Buruk” – Kiat untuk Membangkitkan Motivasi
Bagaimana jika kunci untuk menyelesaikan tugas justru terletak pada kesediaan kita melakukannya dengan buruk? Konsep yang terdengar kontradiktif ini diusung oleh Steve Chandler, seorang penulis dan motivator, sebagai solusi mengatasi kebekuan mental akibat perfeksionisme. Chandler menawarkan perspektif segar: merangkul ketidaksempurnaan justru membuka jalan bagi kreativitas dan motivasi.
Perangkap Mental Perfeksionisme
Menurut Chandler, ketakutan akan kegagalan sering menjadi penghalang utama untuk memulai. Ia menyebut kondisi ini sebagai “mental stoppage” atau penghentian mental—saat kita terpaku pada hasrat untuk sempurna hingga akhirnya tidak bertindak sama sekali. Contoh klasik adalah writer’s block, di mana penulis merasa tidak bisa menghasilkan karya karena terobsesi pada kesempurnaan kata-kata. Padahal, masalahnya bukan pada kemampuan menulis, melainkan ketakutan akan menghasilkan tulisan yang buruk.
Kita terjebak dalam ilusi bahwa segala sesuatu harus langsung sempurna. Padahal, proses kreatif justru dimulai dari ketidaksempurnaan.
Kekuatan “Draft Pertama yang Buruk”
Chandler menyarankan solusi sederhana: lakukan saja dengan buruk. Bagi penulis, ini berarti menciptakan draft pertama yang buruk tanpa beban. Dengan membebaskan diri dari tekanan hasil akhir, pikiran menjadi lebih leluasa mengeksplorasi ide. Prinsip ini juga berlaku di bidang lain. Misalnya, seseorang yang malas berlari karena takut tidak bisa lari cepat bisa memulai dengan lari santai ala “jalan cepat”. Toh, berlari lambat tetap lebih baik daripada tidak sama sekali.
Dengan menurunkan standar di awal, kita justru memberi ruang bagi energi dan motivasi untuk tumbuh.
Penerapan di Dunia Nyata
Konsep ini tidak sekadar teori. Berikut beberapa contoh yang mungkin bisa memberikan sebuah gambaran.
Seorang karyawan yang biasanya gugup ketika melakukan presentasi bisa memperbaiki kemampuannya dengan melakukan presentasi “buruk” informal yang singkat, atau mungkin dengan diselingi canda tentang kegugupannya. Latihan di depan cermin dengan gaya berlebihan juga membantu mengurangi ketegangan. Hasilnya? Ia justru menemukan gaya komunikasi yang lebih autentik.
Tim yang sedang kewalahan dengan suatu proyek yang kompleks bisa membaginya menjadi beberapa tugas kecil. Misalnya, fokus menyelesaikan 1-2 langkah per hari tanpa perlu mengkhawatirkan hasil akhirnya. Metode eksperimental pun bisa dicoba, meski berisiko gagal. Dengan memulai “seadanya”, tim perlahan membangun momentum dan kepercayaan diri.
Desainer yang mentok dengan idenya bisa melakukan brainstorming “buruk” dengan menuliskan ide-ide ngasal dan absurd atau menggabungkan konsep tak terkait. Proses ini memicu pola pikir lateral, yang sering kali melahirkan inovasi tak terduga.
Contoh lain, tulis 5 menit tanpa editing untuk mengatasi writer’s block. Lari 10 menit ala ‘jalan-jalan’ sebagai pemanasan rutin sebelum lari yang sesungguhnya.
Dengan merangkul ketidaksempurnaan, kita membuka diri pada pembelajaran dan pertumbuhan. Seperti kata Chandler, “Tindakan sekecil apa pun lebih bermakna daripada diam sempurna.” Jadi, mengapa tidak mencoba “gagal” hari ini untuk menuai keberhasilan esok?
Bukan Tentang Hasil, Tapi Proses
Chandler menegaskan bahwa tujuan “melakukan sesuatu dengan buruk” bukanlah menghasilkan karya asal-asalan. Ini adalah strategi psikologis untuk mengikis rasa takut dan membuka pintu bagi kemajuan. Ketika tekanan untuk sempurna dihilangkan, otak kita beralih dari mode “hindari risiko” ke mode “eksplorasi”. Kreativitas adalah anak kandung keberanian, bukan kesempurnaan.
Kesimpulan
“Melakukan sesuatu dengan buruk” bukanlah pembenaran untuk hasil medioker, melainkan senjata melawan prokrastinasi. Dengan memulai tanpa beban, kita memberi diri kesempatan untuk berkembang—karena motivasi terbaik sering lahir dari tindakan, bukan rencana sempurna.