Teori Gaya Belajar Honey dan Mumford (2)
Gaya belajar Honey dan Mumford membagi gaya belajar menjadi empat jenis yang berbeda. Pada bagian sebelumnya kita telah membahas jenis yang pertama. Kali ini kita akan melanjutkan ke jenis berikutnya.
Gaya belajar yang kedua adalah Teoritis. Teoritis adalah orang yang belajar dengan baik dengan memahami teori di balik mengapa sesuatu menjadi seperti itu. Mereka membutuhkan model, konsep, dan fakta untuk dapat belajar secara efektif. Mereka menikmati proses analisis dan menyerap informasi ketika membangun suatu teori. Mereka menghargai logika dan pemikiran rasional. Apa yang mereka pelajari harus memiliki tujuan logis agar mereka bisa terlibat dengan materi tersebut. Mereka suka mengajukan pertanyaan sehingga mereka bisa membentuk pendapat sendiri.
Seorang teoritis belajar dengan baik ketika ada teori atau model logis di balik setiap hal yang mereka pelajari, diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, dan terdapat tujuan yang jelas di balik setiap hal yang mereka pelajari. Teoritis belajar kurang efektif ketika kesimpulan menjadi ambigu, melibatkan perasaan dan emosi, serta diminta untuk terjun langsung tanpa memahami teori yang mendasari. Aktivitas yang cocok untuk teoritis adalah penggunaan model-model, fakta dan angka-angka, kutipan, penerapan suatu teori, dan kegiatan mengungkapkan cerita.
Gaya yang ketiga adalah Pragmatis. Orang-orang pragmatis belajar dengan baik ketika mereka dapat melihat bagaimana apa yang mereka pelajari dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Mereka suka mengambil ide baru yang mereka pelajari dan segera mencoba menerapkannya. Mereka ingin mencari cara baru untuk menggunakan apa yang mereka pelajari dalam praktik. Mereka adalah tipe yang praktis dan realistis yang suka beraksi dan menyelesaikan tugas.
Pragmatis belajar dengan baik ketika mereka dapat melihat hubungan antara apa yang mereka pelajari dan penggunaannya dalam praktik, mengetahui yang mereka pelajari secara praktis lebih unggul dibandingkan dengan cara mereka saat ini, menerima umpan balik tentang kemampuan mereka dari seorang ahli, dan ada contoh praktis yang dapat mereka tiru atau kembangkan. Pragmatis belajar kurang baik ketika mereka tidak dapat melihat aplikasi praktis dari apa yang mereka pelajari. Aktivitas yang sesuai untuk pragmatis adalah studi kasus, pemecahan masalah, dan diskusi tentang cara menerjemahkan teori ke dalam praktik.
Pembelajaran yang keempat disebut Reflektor. Reflektor adalah mereka yang belajar dengan baik ketika mereka dapat mengamati orang lain dan memikirkan apa yang baru saja mereka amati. Mereka menghindari untuk langsung terjun dan lebih suka untuk mengamati terlebih dahulu. Mereka suka mengumpulkan data dari berbagai sumber dan sudut pandang, lalu memikirkannya secara menyeluruh sebelum mencapai kesimpulan apa pun. Mereka hati-hati dan suka mempertimbangkan semua sudut pandang sebelum mengambil tindakan.
Kaum reflektor belajar dengan baik ketika diberikan waktu untuk berpikir sebelum mereka harus mengambil tindakan, dan diberikan waktu untuk menyelidiki sebelum mereka harus mengambil tindakan. Reflektor kurang baik dalam belajar ketika batas waktu yang ketat membuatnya terburu-buru, harus melakukan sesuatu tanpa memiliki waktu yang cukup untuk persiapan, dan dipaksa menjadi pemimpin dalam situasi kelompok. Kegiatan yang cocok bagi reflektor adalah mengamati orang lain dalam melakukan aktivitas, diskusi berpasangan, menerima umpan balik dari orang lain, dan pembinaan.
Terdapat beberapa manfaat penggunaan teori ini. Dengan belajar menggunakan gaya yang paling cocok bagi Anda dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih mudah, lebih cepat, lebih efektif, dan lebih menyenangkan, serta dengan meningkatkan kesadaran Anda tentang bagaimana Anda suka belajar, Anda menciptakan dasar untuk meningkatkan keterampilan belajar Anda. Anda juga dapat mengidentifikasi sisi yang lemah pada diri Anda agar menjadi pembelajar yang lebih baik. Tapi terdapat beberapa kritik yang ditujukan pada model gaya belajar Honey dan Mumford. Metode untuk menentukan gaya belajar ini masih dipertanyakan, apakah benar-benar mengukur gaya belajar yang disukai atau hanya tes kepribadian semata. Tidak selalu mudah untuk belajar suatu subjek dengan cara yang paling cocok bagi seseorang. Sebagai contoh, sulit untuk belajar hukum hanya dengan melakukan langsung, dan sulit untuk belajar menjadi tukang kayu hanya dengan pengamatan.