Bagian ke-3 Resensi Buku “The Art of Possibility”
Pada kesempatan ini kita kembali membahas sebuah buku. “The Art of Possibility” karya Rosamund Stone Zander dan Benjamin Zander mengajak kita untuk melepaskan diri dari batasan dunia yang terukur. Dalam bab kedua, “Stepping into a Universe of Possibility,” kita diajak untuk melangkah menuju semesta kemungkinan yang tak terbatas. Buku ini membuka mata kita terhadap potensi yang tersembunyi di balik batasan yang kita ciptakan sendiri.
Dunia pengukuran, yang didefinisikan sebagai dunia yang didominasi oleh penilaian, skala, standar, nilai, dan perbandingan, menganggap kehidupan sebagai perjuangan untuk bertahan hidup dan maju dalam dunia yang penuh dengan kelangkaan dan bahaya. Asumsi ini menimbulkan persaingan, penilaian, dan rasa takut akan kegagalan, menciptakan suasana yang tegang dan menghambat potensi kita untuk menjelajahi kemungkinan baru.
Semesta kemungkinan, yang merangkum semua dunia, termasuk dunia pengukuran, menawarkan perspektif yang berbeda tentang kehidupan. Di dalamnya, kehidupan dipandang sebagai proses menghasilkan, memberikan makna, dan berkontribusi. Asumsi ini menghilangkan rasa takut dan persaingan, diganti dengan kegembiraan, kasih sayang, dan kelimpahan, menciptakan suasana yang mendukung pertumbuhan dan pengembangan diri.
Otak manusia cenderung membangun peta dunia berdasarkan informasi yang diterima, bukan dunia itu sendiri. Kategori yang digunakan untuk memahami dunia seringkali dibentuk oleh pengalaman masa kecil, budaya, dan pembelajaran, menciptakan kerangka berpikir yang dapat membatasi persepsi kita tentang kemungkinan.
Memasuki Semesta Kemungkinan:
Praktik: Praktik untuk memasuki semesta kemungkinan adalah dengan mengenali kerangka berpikir dunia pengukuran dan melampauinya.
Pertanyaan: Pertanyaan yang dapat membantu dalam proses ini adalah “Bagaimana pikiran dan tindakan saya saat ini mencerminkan dunia pengukuran?”
Perubahan: Dengan terus bertanya dan mengamati, kita dapat menyadari keterbatasan kerangka berpikir dunia pengukuran dan mulai melihat dunia dengan cara yang baru.
Untuk melepaskan diri dari batasan dunia “pengukuran” dan memasuki semesta kemungkinan, kita perlu mengakui persepsi yang sering kali menjebak kita. Dunia pengukuran, yang didominasi oleh penilaian, skala, standar, nilai, dan perbandingan, mengarahkan kita untuk menilai diri sendiri berdasarkan standar yang ditetapkan oleh masyarakat, seperti kesuksesan karier, kekayaan, atau status sosial. Kita membandingkan diri sendiri dengan orang lain dan merasa tidak aman ketika kita merasa “kurang” dari orang lain. Persepsi ini dapat membatasi kreativitas, kegembiraan, dan kemampuan kita untuk melihat kemungkinan baru.
Selanjutnya, kita perlu memperluas persepsi kita dan mencari kerangka berpikir baru yang mendukung kehidupan yang kita inginkan. Sebagai contoh, kita dapat mengganti pertanyaan “Bagaimana saya bisa sukses?” dengan “Bagaimana saya bisa memberikan kontribusi yang bermakna?”, atau mengganti pertanyaan “Apakah saya cukup baik?” dengan “Bagaimana saya bisa terus belajar dan berkembang?”. Proses ini melibatkan mencatat asumsi-asumsi yang mendasari persepsi kita tentang dunia, mencari bukti yang mendukung atau menentang asumsi tersebut, dan menanyakan diri sendiri “Apa yang mungkin terjadi jika saya melepaskan asumsi ini?”.
Untuk memasuki semesta kemungkinan, kita perlu melepaskan diri dari batasan dunia pengukuran dan menerima perspektif yang lebih luas. Semesta kemungkinan adalah tempat di mana semua dunia, termasuk dunia pengukuran, ada. Di dalamnya, kehidupan dipandang sebagai proses menghasilkan, memberikan makna, dan berkontribusi. Asumsi utama adalah semua orang memiliki potensi untuk mencapai hal-hal yang luar biasa, dan kegagalan merupakan kesempatan untuk belajar dan berkembang. Untuk memasuki semesta ini, kita perlu menghilangkan penilaian, menerima keunikan diri sendiri dan orang lain, dan berfokus pada proses belajar dan berkembang, bukan hanya pada hasil akhir.
Setelah membaca bagian buku ini, bisa kita simpulkan bahwa dengan memahami batasan dunia pengukuran dan melampauinya, kita dapat membuka diri terhadap kemungkinan baru dan menjalani hidup dengan lebih penuh makna dan kegembiraan.