Resensi Buku

Bagian ke-4 Rangkuman Buku “Learned Optimism”

Melanjutkan pembahasan buku “Learned Optimism: How to Change Your Mind and Your Life” karya Martin E.P. Seligman, Ph.D., bab ini membahas tentang pesimisme dalam bentuk yang lebih ekstrem, yaitu depresi. Seligman menggunakan analogi jam tangan yang diperbesar untuk menjelaskan bagaimana mempelajari depresi dapat membantu memahami pesimisme. Persoalan tersebut sangat kompleks seperti mekanisme pada jam tangan. Namun setelah rangkaian komponen jam itu diperbesar, mekanisme itu lebih mudah dipahami. Seperti itulah depresi bisa dimengerti.

Seligman mengidentifikasi tiga jenis depresi: depresi normal, gangguan depresif unipolar, dan gangguan depresif bipolar. Depresi normal merupakan jenis depresi yang dialami oleh semua orang, muncul akibat rasa sakit dan kehilangan yang tak terhindarkan dalam hidup. Depresi normal biasanya bersifat sementara dan mereda dengan sendirinya. Gangguan depresif unipolar adalah gangguan mental yang ditandai dengan periode suasana hati yang sangat rendah, kehilangan minat, dan gangguan fisik. Sementara itu, gangguan depresif bipolar merupakan gangguan mental yang ditandai dengan periode suasana hati yang sangat rendah (depresi) dan periode suasana hati yang sangat tinggi (mania).

Seligman menjelaskan bahwa baik gangguan depresif unipolar maupun depresi normal memiliki empat gejala utama: perubahan pikiran, perubahan suasana hati, perubahan perilaku, dan perubahan fisik. Perubahan pikiran ditandai dengan pikiran negatif tentang diri sendiri, dunia, dan masa depan. Perubahan suasana hati meliputi perasaan sedih, putus asa, dan hampa. Perubahan perilaku meliputi pasif, sulit mengambil keputusan, dan pikiran tentang bunuh diri. Terakhir, perubahan fisik meliputi kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, dan kelelahan.

Seligman menyertakan tes depresi yang dikembangkan oleh Lenore Radloff di Center for Epidemiological Studies of the National Institute of Mental Health, yang disebut CES-D (Center for Epidemiological Studies-Depression). Tes ini membantu pengguna untuk menilai tingkat gejala depresi yang mereka alami. Seligman juga membahas tentang meningkatnya angka depresi di Amerika Serikat, yang ia sebut sebagai “The Age of Melancholy”. Ia menyoroti bahwa orang-orang yang lahir di pertengahan abad ke-20 memiliki risiko sepuluh kali lipat lebih tinggi untuk mengalami depresi dibandingkan dengan orang-orang yang lahir di awal abad ke-20.

Seligman berpendapat bahwa sebagian besar kasus depresi disebabkan oleh faktor psikologis, bukan biologis. Ia percaya bahwa depresi sering kali muncul akibat masalah dalam hidup dan cara berpikir yang salah tentang masalah tersebut.

Seligman menjelaskan teori Learned Helplessness, yang menyatakan bahwa pengalaman tidak berdaya dapat menyebabkan seseorang merasa tidak berdaya dan putus asa, yang dapat memicu depresi. Ia menggunakan analogi pesawat terbang Wright bersaudara untuk menjelaskan bagaimana model ini dapat membantu memahami depresi.

Sama seperti penemuan pesawat terbang Wright bersaudara yang mengungkap rahasia penerbangan burung, model Learned Helplessness memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang mekanisme depresi. Sebelumnya, banyak teori tentang depresi, namun tidak ada yang mampu menjelaskan fenomena tersebut secara menyeluruh. Model Learned Helplessness, yang diilhami dari penelitian pada hewan, menunjukkan bahwa pengalaman tidak berdaya dapat memicu perasaan putus asa dan tidak berdaya, yang dapat memicu depresi. Model ini membantu kita memahami bagaimana pengalaman tidak berdaya dapat menyebabkan depresi dan membuka jalan untuk mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk mengatasi dan mencegahnya.

Seligman menunjukkan bahwa gejala Learned Helplessness hampir identik dengan gejala depresi. Gejala itu antara lain suasana hati yang tertekan, kehilangan minat, kehilangan nafsu makan, insomnia, perlambatan psikomotor, kehilangan energi, perasaan tidak berharga dan bersalah, kemampuan berpikir dan konsentrasi yang menurun, serta pikiran atau tindakan bunuh diri.

Bagian ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang depresi sebagai bentuk pesimisme yang ekstrem. Seligman menekankan pentingnya memahami penyebab dan gejala depresi untuk dapat mengatasi dan mencegahnya. Ia juga memperkenalkan konsep Learned Helplessness sebagai model yang dapat membantu menjelaskan dan memahami depresi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *