Bagian ke-5 Rangkuman Buku “Learned Optimism”
Penjabaran bagian ke-5 dari buku “Learned Optimism” karya Martin E.P. Seligman membahas secara mendalam tentang hubungan erat antara cara berpikir, perasaan, dan tindakan seseorang. Seligman mengklaim bahwa cara kita menafsirkan dan menjelaskan peristiwa buruk dalam hidup kita, khususnya dalam bentuk pikiran-pikiran otomatis yang muncul saat kita merasa terpuruk, memiliki pengaruh besar terhadap perasaan dan perilaku kita.
Dalam buku ini, Model ABCDE, diperkenalkan oleh Seligman. Ibi merupakan alat yang berguna untuk memahami dan mengubah cara berpikir pesimis. Model ini menjelaskan bagaimana peristiwa buruk (A) memicu pikiran otomatis negatif (B) yang menimbulkan perasaan dan tindakan negatif (C).
A (Adversity): Merupakan peristiwa buruk yang terjadi, seperti kehilangan pekerjaan, diputuskan pacar, atau mengalami kegagalan dalam mencapai target.
B (Belief): Merupakan pikiran-pikiran otomatis yang muncul sebagai respons terhadap peristiwa buruk tersebut. Pikiran-pikiran ini seringkali bersifat negatif, pesimis, dan terfokus pada diri sendiri. Contohnya: “Saya tidak cukup baik”, “Saya tidak akan pernah berhasil”, atau “Semua ini salah saya”.
C (Consequences): Merupakan perasaan dan tindakan yang muncul sebagai akibat dari pikiran-pikiran otomatis tersebut. Pikiran pesimis umumnya menyebabkan perasaan negatif, seperti kesedihan, putus asa, dan kemarahan, serta tindakan-tindakan yang cenderung pasif dan menghindari.
D (Disputation): Merupakan proses untuk menantang dan mempertanyakan pikiran-pikiran otomatis yang muncul. Disputasi melibatkan pengumpulan bukti-bukti yang mendukung atau melawan pikiran-pikiran tersebut, mencari alternatif penjelasan, dan mengevaluasi implikasi dari pikiran-pikiran tersebut.
E (Energization): Merupakan perasaan dan tindakan yang lebih positif dan konstruktif yang muncul setelah pikiran-pikiran otomatis berhasil ditantang dan diubah.
Seligman menyoroti dua strategi utama untuk mengubah pikiran pesimis. Yang pertama adalah distraksi. Menghilangkan pikiran pesimis dengan mengalihkan fokus perhatian pada sesuatu yang lain, seperti melakukan aktivitas fisik, membaca buku, atau mendengarkan musik. Yang kedua adalah disputasi. Menggunakan logika dan bukti-bukti untuk menantang dan mengubah pikiran-pikiran negatif.
Seligman menawarkan empat teknik disputasi yang efektif untuk menantang pikiran-pikiran otomatis negatif. Pertama, kita dapat mencari bukti-bukti yang mendukung atau melawan pikiran-pikiran tersebut. Kedua, kita dapat mencari penjelasan alternatif yang lebih positif dan realistis tentang situasi tersebut. Ketiga, kita dapat mengevaluasi implikasi dari pikiran-pikiran tersebut dan menanyakan apakah implikasi tersebut benar-benar realistis. Terakhir, kita dapat menanyakan apakah pikiran-pikiran tersebut berguna dan membantu atau justru merusak perasaan dan tindakan kita. Dengan menerapkan teknik-teknik disputasi ini, kita dapat mengubah pola pikiran pesimis dan menciptakan cara pandang yang lebih optimis dan sehat.
Seligman menekankan pentingnya melatih diri untuk menggunakan teknik-teknik disputasi dan distraksi secara rutin. Ia juga menyoroti pentingnya mengajarkan anak-anak untuk membangun optimisme sejak dini dengan memahami model ABCDE, serta melatih mereka untuk menantang dan mengubah pikiran-pikiran negatif.
Di bagian ini, secara umum disajikan suatu analisis yang mendalam tentang hubungan antara cara berpikir, perasaan, dan tindakan. Seligman berpendapat bahwa mengubah cara berpikir pesimis dapat menghasilkan perubahan positif dalam kehidupan, baik dalam hal kesehatan mental, pencapaian tujuan, maupun kualitas hidup. Ia mendorong para pembaca untuk aktif menantang pikiran-pikiran negatif mereka dan menerapkan teknik-teknik yang dipelajari untuk membangun optimisme yang lebih fleksibel dan membantu mereka menghadapi tantangan hidup dengan lebih efektif.