Berkomitmen pada Kepentingan Sendiri adalah Penting bagi Kekuasaan (3)
Jangan terjebak dalam pertengkaran dan perkelahian kecil orang lain. Tunjukkan minat dan dukungan, tetapi temukan cara untuk tetap netral; biarkan orang lain bertempur sementara Anda mundur, melihat dan menunggu. Ketika pihak-pihak yang bertikai lelah dan kehabisan energi, saatnya untuk mengambil keuntungan. Anda bahkan dapat menyebabkan pertengkaran di antara orang lain, lalu menawarkan diri sebagai penengah, mendapatkan kekuasaan sebagai perantara.
Pada akhir abad ke-15, negara-kota terkuat di Italia, seperti Venesia, Florence, Roma, dan Milan, terlibat dalam pertempuran yang tanpa hanti. Negara-negara Prancis dan Spanyol mengintai, siap menyerang kekuatan mereka yang melemah. Mantua, sebuah negara kecil di Italia utara yang diperintah oleh Duke Gianfrancesco Gonzaga, terjebak di tengah-tengahnya. Mantua memiliki posisi strategis, sehingga menggoda negara-negara lain untuk menguasainya. Gonzaga adalah seorang pejuang berbakat dan komandan pasukan bayaran yang tangguh.
Pada tahun 1490, ia menikahi Isabella d’Este, putri penguasa kecil di Ferrara. Isabella harus mengambil alih pemerintahan Mantua ketika suaminya tidak berada di tempat. Pada tahun 1498, Raja Louis XII dari Prancis bersiap menyerang Milan. Negara-negara Italia lainnya segera mencari peluang untuk mengambil keuntungan dari kesulitan Milan. Paus Alexander VI, penguasa Roma, berjanji untuk tidak campur tangan, memberi Prancis kekuasaan penuh. Venesia memberi isyarat bahwa mereka tidak akan membantu Milan dan berharap Prancis akan memberikan Mantua kepada mereka. Penguasa Milan, Lodovico Sforza, merasa ditinggalkan. Dia meminta bantuan Isabella d’Este, salah satu teman terdekatnya, untuk membujuk Duke Gonzaga agar membantunya. Namun, Gonzaga menolak karena merasa bahwa itu akan percuma. Pada tahun 1499, Louis menyerbu Milan. Isabella menghadapi dilema: jika dia tetap setia pada Sforza, Prancis akan menyerangnya, tetapi jika dia bersekutu dengan Prancis, dia akan memperoleh musuh sesama Italia dan mengorbankan Mantua ketika Prancis mundur. Namun, dia harus mengambil langkah. Pada tahun 1500, Louis mengundang Isabella ke pesta di Milan, dan dia mempesonanya dengan kecantikannya. Mereka menjadi teman dekat, dan Louis pun berjanji melindungi Mantua dari serangan Venesia.
Namun, ancaman lain muncul dari selatan, yaitu Cesare Borgia. Borgia mulai bergerak ke utara pada tahun 1500, merebut kerajaan kecil di sepanjang jalur ekspansinya atas nama ayahnya, Paus Alexander VI. Isabella berhasil menolak dengan halus Borgia ketika dia meminta izin untuk menempatkan pasukannya di Mantua. Isabella menyadari betul karakter Borgia yang tidak bisa dipercaya. Dia mencoba membujuk dan menjaga jarak dengannya. Isabella mengirim hadiah dan utusan menyampaikan salam yang memuji, tetapi hati-hati karena Borgia pasti memiliki mata-mata. Meskipun Isabella tampaknya menjalin hubungan baik dengan Borgia, dia berhati-hati dan tidak pernah mengucapkan hal yang buruk tentangnya. Isabella juga memanfaatkan hubungan mereka dengan mengajukan kemungkinan pernikahan antar keluarga. Isabella pun akhirnya berhasil menyelamatkan Mantua dari serangan Borgia.
Pada tahun 1503, ayah Borgia, Paus Alexander VI, meninggal. Beberapa tahun kemudian, Paus Julius II bertekad mengusir pasukan Prancis dari Italia. Isabella berada di antara Paus Julius dan saudaranya – pemimpin Ferrara – yang mendukung Prancis. Dia tidak berani bersekutu dengan keduanya karena itu akan membawa malapetaka. Isabella menerapkan permainan keberpihakan ganda secara lihai. Dia membujuk suaminya untuk mendukung Paus Julius, tetapi pada saat yang sama membiarkan pasukan Prancis melewati Mantua untuk membantu Ferrara. Meskipun dia secara terbuka mengeluh tentang invasi Prancis, dia memberikan informasi berharga kepada Prancis secara pribadi. Strategi ini berhasil, dan Mantua selamat.
Kisah Isabella dari Mantua melukiskan bahwa jangan pernah terlibat dalam pertarungan yang bukan pilihan Anda sendiri, karena hal itu akan menghilangkan inisiatif Anda. Ketertarikan pihak-pihak yang bertikai bukanlah kepentingan Anda; Anda akan menjadi alat mereka. Pelajari untuk mengendalikan diri, menahan kecenderungan alami Anda untuk memihak dan ikut terlibat dalam pertarungan. Bersikaplah ramah dan menarik terhadap semua pihak yang bertarung, namun mundur saat mereka saling bentrok. Setiap kali mereka terlibat dalam pertarungan, mereka semakin lemah, sedangkan Anda menjadi lebih kuat dengan setiap pertarungan yang berhasil Anda hindari.