Resensi Buku

Berpikir Seperti Diri Sendiri, Berperilaku Seperti Orang Lain 1

Menurut Robert Greene dalam bukunya 48 Laws of Power, jika Anda mempertontonkan sesuatu yang tidak biasa, menampilkan ide-ide yang tidak konvensional dan cara yang tidak umum, kebanyakan orang bisa saja menganggap Anda hanya mencari perhatian dan berusaha merendahkan orang lain. Mereka akan mencari cara untuk menghukum Anda karena membuat mereka merasa kurang dihargai. Lebih aman bila Anda berusaha menyatu dengan orang kebanyakan dan menjaga kesamaan pandangan.

Perlihatkan keunikan Anda hanya kepada teman-teman yang toleran dan yang pasti akan menghargai kepribadian Anda yang unik. Banyaklah bERPIKIR DAN jangan kebanyakan berbicara. Sangat berisiko untuk mencoba melawan arus, kecuali jika Anda seorang Socrates. Ketidaksepakatan dianggap sebagai sesuatu yang menyinggung karena bertentangan dengan pandangan umum; akan makin banyak orang yang tidak puas dan mulai melancarkan kritik.

Orang bijak tidak bisa diidentifikasi dari apa yang ia katakan di pasar, karena di sana ia tidak membicarakan pemikirannya sendiri, melainkan membicarakan pandangan umum yang mungkin tidak mencerminkan pemikirannya yang mendalam. Orang bijak berusaha menghindari kontradiksi dengan cerdik, dan saat ia tampil berbeda, kritik terhadapnya akan ia jauhkan dari hal-hal yang mudah memprovokasi.

Jadi saat seseorang menunjukkan ide dan cara yang tidak konvensional, bisa jadi orang lain merasa terancam atau direndahkan. Lebih baik berbaur dengan kebanyakan dan menunjukkan keunikan hanya dengan teman yang toleran. Lebih bijaksana dalam berbicara, hindari konfrontasi, dan pertimbangkan pandangan umum agar terhindar dari kritik yang tidak perlu.

Pada sekitar tahun 478 SM, kota Sparta mengirim ekspedisi ke Persia yang dipimpin oleh Pausanias, seorang bangsawan muda Sparta. Setelah melawan invasi besar-besaran dari Persia, Pausanias mendapat perintah untuk menghukum para penyerbu dan merebut kembali wilayah yang telah diduduki Persia.

Awalnya dihormati, Pausanias mulai menunjukkan perilaku yang berlebihan setelah meraih kesuksesan. Ia mengenakan pakaian dan gaya hidup Persia, bahkan mengadakan perjamuan mewah dengan tuntutan yang semakin aneh-aneh.

Sikapnya yang arogan terhadap kehidupan sederhana Yunani membuat orang mulai meragukan kesetiaannya. Desas-desus tentang niatnya untuk menjadi penguasa seluruh Yunani dengan dukungan Xerxes Persia semakin menyebar.

Pasukannya awalnya menganggap ia hanya berperilaku berlebihan saja. Tapi ketika Pausanias semakin merendahkan Yunani dan desas-desus niatnya tersebar luas, para pasukannya merasa dia telah melampaui batas.

Sparta mengambil tindakan dengan mencabut komandonya dan memanggilnya pulang. Namun, Pausanias terus mengenakan pakaian Persia dan menyewa kapal untuk kembali ke Hellespont dengan rencana rahasia. Dia kembali ke Hellespont dengan niat palsu untuk melanjutkan perang melawan Persia, tetapi sebenarnya, dia bermaksud menjadi penguasa Yunani dengan bantuan Xerxes. Spartan menyatakan Pausanias sebagai musuh publik dan mencoba menangkapnya.

Pausanias menyerah, tetapi masih meyakini bahwa dia bisa membersihkan dirinya dari tuduhan makar. Selama persidangan, terungkap bahwa Pausanias telah merendahkan sesama Yunani dan memiliki rencana untuk bekerja sama dengan Xerxes. Pausanias menyewa utusan untuk membawa surat kepada Xerxes, tetapi surat itu malah jatuh ke tangan otoritas Spartan.

Spartan kemudian menyusun rencana untuk menangkap Pausanias. Namun ia akhirnya meninggal karena kelaparan di dalam kuil suci setelah menolak menyerah.

Kisah ini menyoroti bagaimana sikap eksentrik Pausanias yang terlalu mencintai gaya hidup Persia dan menghina kebiasaan Yunani menyebabkan dia dianggap sebagai musuh oleh Spartan. Keinginannya membedakan dirinya dengan sangat mencolok malah menciptakan ketidaksetujuan dan kebencian di kalangan rekan-rekannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *