Resensi Buku

Ciptakan Karakter yang Sesuai untuk Meraih Tujuan 5

Dunia kekuasaan, sebagaimana pementasan drama, membutuhkan penataan dinamika dan ritme cerita. Franklin Delano Roosevelt mengerti betul betapa pentingnya mengatur pementasan peristiwa politik dalam urutan dan ritme yang tepat.

Saat memasuki pemilihan presiden tahun 1932, Amerika Serikat sedang menghadapi krisis ekonomi yang sangat parah. Banyak bank mengalami kegagalan. Setelah memenangkan pemilihan, Roosevelt mengambil sikap pasif yang menarik perhatian. Dia tidak mengungkapkan rencananya atau pengangkatan kabinetnya, bahkan menolak bertemu dengan presiden saat itu, Herbert Hoover, untuk membahas transisi pemerintahan. Saat pelantikannya, negara berada dalam keadaan kecemasan yang tinggi. Dalam pidatonya, Roosevelt tiba-tiba mengubah arah peristiwa dengan kekuatan penuh. Dia menyampaikan pidato yang energik, menegaskan niatnya untuk membawa negara ke arah baru dan menghapus segala rasa malu dari pendahulunya. Setelah itu, langkah dan keputusan publiknya dijalankan dengan sangat cepat—pengangkatan kabinet, pengesahan undang-undang yang berani — dilakukan dalam tempo yang cepat. Periode setelah pelantikan ini dikenal sebagai “Seratus Hari,” dan keberhasilannya dalam mengubah suasana negara sebagian besar berasal dari taktik cerdas Roosevelt dan penggunaan kontras yang dramatis. Dia membuat penontonnya tegang, lalu dengan tiba-tiba menghadirkan serangkaian langkah berani yang terlihat lebih penting karena datang secara tiba-tiba.

Anda juga perlu belajar mengatur peristiwa dengan cara yang sama, jangan pernah membuka semua kartu sekaligus, tetapi membukanya dengan cara yang mampu memberi efek dramatis. Selain menyembunyikan kelemahan-kelemahan, drama yang hebat juga bisa membingungkan dan menipu musuh Anda.

Selama Perang Dunia II, dramawan Jerman Bertolt Brecht bekerja di Hollywood sebagai penulis skenario. Setelah perang, dia dipanggil untuk bersaksi di hadapan Komite DPR terkait kegiatan anti-Amerika karena dugaan keberpihakan kepada komunis. Penulis lain yang dipanggil untuk bersaksi berencana untuk mempermalukan anggota komite dengan luapan kemarahan. Tetapi Brecht lebih bijaksana: dia mempermainkan komite, mencari cara yang mempesona sekaligus membodohi mereka. Dia dengan cermat merencanakan ucapannya, bahkan juga barang yang ia gunakan, terutama cerutu yang dihisapnya, karena dia tahu ketua komite penikmat cerutu. Dan benar saja, dia berhasil mengecoh komite dengan tanggapan yang ambigu, lucu, dan bermakna ganda.

Salah satu efek dramatis lain yang dapat Anda gunakan adalah “beau geste,” yaitu tindakan yang dramatis pada saat klimaks yang melambangkan kemenangan atau keberanian. Seperti halnya tindakan dramatis Julius Caesar saat menyeberangi sungai Rubicon—gerakan itu mempesona para prajurit dan memberinya citra heroik.

Anda juga harus menghargai pentingnya memasuki dan meninggalkan panggung. Ketika Cleopatra pertama kali bertemu dengan Caesar di Mesir, dia memanfaatkan karpet yang sengaja ia siapkan agar dibentangkan. Sedang George Washington dua kali meninggalkan kekuasaan dengan disertai kehebohan – pertama sebagai jenderal, kemudian sebagai presiden yang menolak masa jabatan ketiga – karena ingin menyampaikan pesan bahwa ia bukan orang yang rakus kekuasaan. Ini menunjukkan bahwa dia tahu bagaimana memanfaatkan momen, baik secara dramatis maupun simbolis. Pintu masuk dan keluar Anda harus direncanakan dengan hati-hati. Ingatlah bahwa bertindak berlebihan bisa menjadi kontraproduktif — dianggap terlalu mencolok dan terlalu berusaha menarik perhatian.

Aktor Richard Burton di awal karirnya menyadari bahwa dengan berdiri diam di atas panggung, dia lebih mampu menarik perhatian penonton daripada aktor lain. Bukan hanya apa yang Anda lakukan, yang penting adalah bagaimana Anda melakukannya — keanggunan dan ketenangan yang mengesankan dalam pergaulan sosial lebih penting daripada aksi berlebih atau terlalu banyak bergerak.

Akhirnya, belajarlah memainkan banyak peran, menjadi apapun yang dibutuhkan di saat tertentu. Sesuaikan “topeng” Anda dengan situasi—jadilah fleksibel dan adaptif dengan peran yang Anda kenakan. Seperti yang dilakukan Bismarck dengan sempurna: bagi kaum liberal, dia adalah seorang liberal; bagi kelompok yang menghargai ketegasan, dia adalah seorang yang tegas dan kaku. Dia tidak dapat dipegang, dan apa yang tidak bisa dipegang tidak bisa dikendalikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *