Resensi Buku

Ide Howard Gardner Tentang Kecerdasan Kinestetik-Tubuh

Bab 9 buku “Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences” karya Howard Gardner membahas kecerdasan kinestetik-tubuh. Gardner mendefinisikan kecerdasan ini sebagai kemampuan untuk menggunakan tubuh seseorang dengan cara yang terdiferensiasi dan terampil, baik untuk tujuan ekspresif maupun tujuan yang berorientasi pada sasaran. Bagian ini mengeksplorasi berbagai aspek kecerdasan kinestetik-tubuh, mulai dari dasar-dasar neurobiologisnya hingga manifestasinya dalam berbagai budaya dan peran sosial.

Kemampuan mengontrol gerakan tubuh secara terampil dan terdiferensiasi merupakan suatu aspek kecerdasan ini, baik gerakan kasar (gross motor) maupun gerakan halus (fine motor). Ini diilustrasikan melalui contoh pertunjukan mimik Marcel Marceau. Ia adalah seorang seniman mim Prancis yang hebat. Keahlian Marceau dalam menciptakan ilusi orang, benda, tindakan, dan bahkan konsep abstrak hanya melalui gerakan tubuhnya, tanpa properti fisik, menunjukkan tingkat kecerdasan kinestetik-tubuh yang sangat tinggi. Gardner menggunakannya sebagai contoh untuk menjelaskan bagaimana beberapa individu bisa sangat mahir dalam mengontrol dan mengekspresikan diri melalui gerakan tubuh mereka.

Kemampuan untuk menangani objek dengan terampil juga bagian dari kecerdasan ini, baik objek yang memerlukan gerakan motorik halus (seperti bermain alat musik atau merakit mesin) maupun objek yang memerlukan gerakan motorik kasar (seperti olahraga). Gardner menghubungkan kemampuan ini dengan pemahaman tentang mekanisme kerja alat dan mesin.

Gardner berpendapat bahwa kecerdasan ini penting dalam berbagai profesi, seperti penari, atlet, seniman mimik, perajin, pemain bola, dan penemu. Meskipun peran-peran ini seringkali melibatkan kecerdasan lain, kemampuan kinestetik-tubuh merupakan elemen kunci dalam pencapaian kinerja yang unggul.

Gardner menelaah aspek neurobiologis yang mendasari kecerdasan kinestetik-tubuh, termasuk peran korteks motorik, ganglia basal, dan serebelum dalam koordinasi gerakan. Ia menjelaskan betapa kompleks sistem motorik dan peran mekanisme umpan balik (feedback) dalam penyempurnaan gerakan. Ia juga menyampaikan adanya lateralitas otak dan dominasi sisi kiri dalam aktivitas motorik pada sebagian besar individu.

Bagian ini juga membahas Apraksia. Gardner menjelaskan apraksia sebagai gangguan neurologis yang mengakibatkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan urutan gerakan motorik yang terampil, meskipun secara fisik dan kognitif mampu memahami instruksi. Terdapat berbagai jenis apraksia, diantaranya adalah apraksia ideomotor dan apraksia ideasional. Perbedaan utama terletak pada kemampuan untuk memahami dan merencanakan tindakan. Pada apraksia ideomotor, pemahaman tentang tindakan ada, tetapi eksekusi motorik terganggu. Pada apraksia ideasional, pemahaman tentang tindakan dan urutan langkah-langkahnya terganggu.

Gardner membahas kasus-kasus individu yang menunjukkan kemampuan kinestetik-tubuh yang luar biasa, termasuk idiot savant dan anak-anak autis yang memiliki keterampilan manipulasi objek dan mekanik yang luar biasa.

Pembahasan di sini juga menelusuri evolusi kecerdasan kinestetik-tubuh, dimulai dari penggunaan alat sederhana pada primata hingga penggunaan alat yang semakin canggih pada manusia purba. Gardner membandingkan perkembangan penggunaan alat pada primata dan anak-anak manusia.

Gardner membahas perkembangan kecerdasan kinestetik-tubuh pada anak-anak, mulai dari gerakan refleks pada bayi hingga perkembangan keterampilan motorik yang semakin kompleks pada anak-anak yang lebih besar. Ia juga menekankan pentingnya pembelajaran melalui imitasi dan peran budaya dalam pembentukan keterampilan kinestetik-tubuh.

Gardner mengeksplorasi berbagai bentuk ekspresi kecerdasan kinestetik-tubuh, termasuk tari, akting, dan atletik. Terdapat banyak tantangan dalam setiap bidang tersebut, dan kecerdasan lain juga berinteraksi dalam pencapaian kinerja yang unggul.

Pembahasan bagian ini menunjukan kecerdasan kinestetik-tubuh dihargai dan diwujudkan secara berbeda dalam berbagai budaya, mulai dari tarian suku Anang di Nigeria hingga seni bela diri di berbagai penjuru dunia.

Di sini ditekankan pentingnya kecerdasan kinestetik-tubuh sebagai kecerdasan yang berdiri sendiri dan memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Gardner menyoroti kompleksitas kecerdasan ini, interaksi dengan kecerdasan lain, dan pengaruh budaya terhadap perkembangannya. Bagian ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang kecerdasan kinestetik-tubuh, mulai dari dasar-dasar neurobiologis hingga manifestasinya dalam berbagai budaya dan bentuk ekspresi manusia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *