Resensi Buku

Konsep kepemimpinan dalam Buku Radical Candor 1

Buku “Radical Candor” oleh Kim Scott membahas tentang cara membangun budaya komunikasi yang jujur dan terbuka di tempat kerja. Buku ini memberikan kerangka kerja yang membantu pemimpin dan anggota tim memberikan dan menerima kritik yang membangun, serta pujian yang tulus.

Buku ini menekankan pentingnya membangun hubungan yang kuat dengan tim, memberikan bimbingan yang efektif, memotivasi anggota tim, dan mendorong hasil yang kolaboratif.

Bagian pertama buku ini menyarankan pembacanya agar membangun hubungan yang sejujurnya, yaitu membawa diri secara keseluruhan ke tempat kerja. Konsep “Radical Candor” adalah sebuah filosofi manajemen yang menekankan pentingnya membangun hubungan yang jujur dan terbuka antara atasan dan bawahan.

Radical Candor adalah kombinasi dari dua dimensi: Care Personally dan Challenge Directly. Care Personally berarti menunjukkan kepedulian terhadap bawahan sebagai manusia, bukan hanya sebagai pekerja. Challenge Directly berarti memberikan umpan balik yang jujur, baik pujian maupun kritik, secara langsung dan spesifik.

Menjadi atasan yang baik membutuhkan kerja emosional yang besar. Atasan harus berempati, mendengarkan, dan memahami bawahannya sebagai manusia. Ketakutan mendapatkan predikat “atasan yang kasar” atau “atasan yang brengsek” seringkali membuat atasan menghindari memberikan umpan balik yang jujur. Namun, menghindari umpan balik justru dapat merusak hubungan dan menghambat kinerja. Membangun kepercayaan adalah kunci untuk membangun hubungan yang jujur. Kepercayaan dibangun melalui tindakan, bukan kata-kata.

Membawa diri secara keseluruhan ke tempat kerja berarti menjadi diri sendiri dan tidak menyembunyikan perasaan atau pikiran. Menghindari “professionalitas” yang kaku dan menghindari sikap superioritas adalah kunci untuk membangun hubungan yang jujur.

Menghormati batas-batas merupakan perkara penting dalam membangun hubungan yang jujur. Atasan harus memperhatikan batas-batas emosional dan fisik bawahannya. Menjadi atasan yang baik berarti membantu bawahan untuk berkembang dan mencapai impian mereka.

Bab kedua buku ini membahas konsep “Radical Candor” dalam konteks memberikan dan menerima bimbingan (feedback) di tempat kerja. Penulis menekankan pentingnya membangun budaya komunikasi terbuka di mana baik atasan maupun bawahan merasa nyaman untuk memberikan dan menerima umpan balik yang jujur dan konstruktif.

Berikut adalah poin-poin utama dari bab kedua:

Bimbingan yang baik adalah kombinasi dari dua dimensi: Peduli Secara Pribadi dan Tantang Secara Langsung. Peduli Secara Pribadi berarti menunjukkan kepedulian terhadap bawahan sebagai manusia, bukan hanya sebagai pekerja. Tantang Secara Langsung berarti memberikan umpan balik yang jujur, baik pujian maupun kritik, secara langsung dan spesifik.
Hindari “personalizing”. Hindari mengkritik pribadi seseorang, fokuslah pada perilaku dan dampaknya. Berikan bimbingan segera. Hindari menunda-nunda, karena semakin lama Anda menunggu, semakin sulit untuk memberikan dan menerima bimbingan. Berikan lebih banyak pujian daripada kritik. Pujian yang spesifik dan bermakna dapat mendorong orang untuk terus berkembang.

Dorong tim untuk saling memberikan bimbingan. Buatlah suasana di mana orang merasa nyaman untuk saling memberi umpan balik. Bersikaplah terbuka untuk kritik. Tunjukkan bahwa Anda bersedia menerima kritik dan belajar dari kesalahan.

Bersikaplah jujur dan spesifik. Hindari memberikan umpan balik yang samar-samar atau tidak jelas. Bersikaplah membantu. Tujuan dari bimbingan adalah untuk membantu orang berkembang, bukan untuk menghukum mereka.

Berikut adalah contoh Bimbingan yang sesuai dengan prinsip yang dibahas di buku ini.
Pujian: “Saya sangat terkesan dengan cara Anda menangani presentasi minggu lalu. Anda mampu menjelaskan konsep yang kompleks dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami.”
Kritik: “Saya melihat bahwa Anda sering terlambat dalam rapat. Ini memberikan kesan bahwa Anda tidak menghargai waktu orang lain. Bisakah Anda menjelaskan mengapa Anda sering terlambat?”

Penting untuk membangun budaya komunikasi terbuka di mana bimbingan yang jujur dan konstruktif dapat diberikan dan diterima dengan baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *