Resensi Buku

Kritik terhadap Teori Kecerdasan Majemuk

Bab ke-11 buku “Frames of Mind” karya Howard Gardner merupakan bagian penting yang menandai pergeseran dari presentasi teori ke arah evaluasi kritis. Gardner sendiri mengakui bahwa teorinya tentang kecerdasan majemuk (KM) masih jauh dari sempurna dan memerlukan tinjauan lebih mendalam. Bab ini tidak sekadar menyajikan kritik, tetapi juga menjadi jembatan menuju aplikasi praktis teori KM dalam bidang pendidikan dan kebijakan.

Gardner memulai dengan menegaskan bahwa teorinya bukanlah kebenaran mutlak, melainkan sebuah hipotesis yang perlu diuji dan direvisi. Ia menekankan pentingnya melihat teori KM sebagai kerangka kerja untuk memahami dan mengklasifikasikan kemampuan intelektual manusia yang lebih baik daripada pendekatan sebelumnya.

Gardner membandingkan teori KM dengan teori-teori kognitif lainnya seperti teori Allport tentang sistem produksi yang terspesialisasi, dan teori Fodor tentang modularitas pikiran. Ia menemukan kesamaan dan perbedaan, khususnya mengenai peran prosesor pusat dalam mengkoordinasikan berbagai modul kognitif. Gardner cenderung menekankan interaksi antara modul-modul kecerdasan, bukan sebuah prosesor pusat yang tunggal.

Gardner mengakui keragaman ukuran modul, mulai dari yang sangat spesifik (seperti pengenalan fonem) hingga yang lebih umum (seperti kemampuan bahasa). Ia berargumen bahwa penggunaan modul berukuran besar lebih relevan untuk aplikasi praktis, sementara modul berukuran kecil lebih sesuai untuk pemodelan sistem saraf. Namun, penggabungan modul kecil ke dalam modul besar haruslah berdasarkan bukti empiris, bukan sekadar asumsi.

Untuk istilah “kecerdasan”, Gardner menyatakan bahwa istilah ini bisa diganti dengan istilah lain yang lebih netral seperti “kompetensi intelektual” atau “kemampuan kognitif”, selama konsepsi dasarnya tetap terjaga, yaitu bahwa manusia memiliki berbagai kemampuan intelektual yang berbeda.

Teori KM tidak mampu mencakup semua aspek psikologi, seperti psikologi sosial, kepribadian, temperamen, dan emosi. Namun, ia menyarankan bahwa beberapa aspek ini bisa diintegrasikan ke dalam kerangka KM, misalnya aspek perkembangan sosial dalam kecerdasan interpersonal. Aspek motivasi dan perhatian juga dibahas sebagai faktor penting yang memengaruhi perkembangan kecerdasan, meskipun teori KM sendiri tidak membahasnya secara detail.

Gardner membahas beberapa operasi kognitif tingkat tinggi seperti akal sehat, kreativitas, dan kemampuan metafora. Ia berargumen bahwa operasi-operasi ini dapat dijelaskan melalui teori KM, misalnya akal sehat sebagai aplikasi praktis dari kecerdasan interpersonal dan kinestetik. Kreativitas dilihat sebagai kemampuan untuk menghasilkan produk baru di dalam domain tertentu, yang membutuhkan penguasaan mendalam di domain tersebut. Kemampuan metafora dilihat sebagai kemampuan untuk menghubungkan berbagai domain, yang mungkin didasari oleh kecerdasan tertentu yang lebih berkembang. “Kebijaksanaan” (“wisdom”) dipandang sebagai gabungan dari akal sehat, kreativitas, dan kemampuan metafora.

Konsep diri (“sense of self”) sebagai sebuah kemampuan tingkat tinggi yang muncul dari interaksi antara kecerdasan intrapersonal dan interpersonal, dipengaruhi oleh faktor budaya dan sejarah. Ia menolak konsep diri sebagai kecerdasan tersendiri yang berdiri sendiri.

Bagian akhir bab ini membahas bagaimana teori KM dapat dibantah secara ilmiah. Gardner menyebutkan beberapa skenario yang dapat menyebabkan revisi atau penolakan teorinya, misalnya jika ditemukan aktivitas intelektual manusia yang tidak dapat dijelaskan oleh teori KM atau jika ditemukan kesalahan fundamental dalam bukti empiris yang digunakan untuk mendukung teori KM.

Bab 11 menunjukkan kehati-hatian Gardner dalam menyikapi teorinya sendiri. Ia mengakui keterbatasan dan potensi revisi, serta membuka ruang bagi pengembangan lebih lanjut. Meskipun teori KM tidak sempurna dan memiliki keterbatasan, bab ini menegaskan bahwa teori KM menawarkan kerangka kerja yang lebih komprehensif dan bermakna dalam memahami kemampuan intelektual manusia dibandingkan teori-teori sebelumnya. Selanjutnya, bab ini meletakkan dasar bagi pembahasan implikasi praktis teori KM, terutama dalam konteks pendidikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *