Resensi Buku

Membangun Kekuasaan Melalui Pengkultusan 3

Ada banyak penipu yang gila kekuasaan di sekitar kita yang menggunakan trik-trik lama yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Mereka hanya memperbarui tampilan dan gaya mereka. Penipu-penipu ini dapat ditemukan di berbagai bidang, seperti bisnis, mode, politik, dan seni. Beberapa dari mereka bahkan mungkin tidak tahu sejarah panjang penipuan ini. Mereka hanya mengikuti langkah-langkah yang telah dipraktikkan oleh para penipu terdahulu. Mari kita bahas langkah-langkah tersebut secara lebih rinci, meneruskan pembahasan langkah pertama di bagian sebelumnya.

Langkah 2: Fokus pada Pengalaman Visual dan Sensori daripada Pemikiran Logis. Ketika seorang penipu yang bermotif kekuasaan mulai mengumpulkan orang di sekitarnya, ia perlu menghindari dua hal: kebosanan dan skeptisisme. Kebosanan akan membuat orang pergi, sementara skeptisisme akan membuat pengikut meragukan apa yang si penipu tawarkan. Penipu ini perlu menghibur pengikutnya yang bosan dan mengusir yang skeptis. Salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah melalui pertunjukan visual dan sensori, seperti teater atau elemen-elemen lain yang memukau. Ia menampilkan kemewahan dan daya tarik visual untuk mengalihkan perhatian pengikut atas kekurangan gagasan si penipu. Ia bisa menggunakan dupa, musik yang menenangkan, dan visual yang mencolok. Penipu bahkan memanipulasi pikiran pengikutnya dengan teknologi canggih, selama itu membuat penganutnya tidak berpikir secara kritis. Digunakan pula unsur-unsur eksotis dan keunikan untuk menciptakan efek dramatis, sehingga hal-hal biasa tampak luar biasa.

Langkah 3: Menggunakan Bentuk Organisasi Agama untuk Membentuk Kelompok. Setelah penipu ini memiliki pengikut yang cukup, saatnya untuk mengorganisirnya. Agama-agama yang telah mapan sudah lama memiliki pengaruh yang kuat di kalangan banyak orang. Penipu ini memanfaatkan struktur dan simbolisme agama untuk mengatur pengikutnya. Ia membuat ritual, hierarki, dan pangkat dalam kelompoknya, serta memberikan nama-nama yang terdengar sakral. Ia lalu menawarkan pengorbanan kepada pengikutnya untuk mengisi kas pribadinya dan sekaligus meningkatkan kekuasaannya. Perilakunya disesuaikan pula agar mencerminkan kedekatan dengan spiritualitas, seperti seorang nabi atau pemimpin spiritual, bukan seorang diktator.

Langkah 4: Pemimpin Gadungan Ini Mulai Menyembunyikan Sumber Keuntungannya. Saat kelompok kultus ini berkembang, pemimpinnya akan mulai mengumpulkan uang dari pengikutnya. Namun, ia harus berusaha agar tidak terlihat terlalu serakah. Ia harus menyembunyikan sumber penghasilannya. Para pengikut harus tetap percaya bahwa mereka akan mendapatkan berkah jika mengikuti sang pemimpin, bukan pemimpin yang mengambil uang dari pengikutnya. Pemimpin yang penipu ini menciptakan kesan bahwa kekayaannya berasal dari kebenaran gagasannya, bukan dari kontribusi finansial pengikut. Mereka akan meniru tindakan pemimpin dengan keyakinan bahwa ini akan memberi hasil yang sama, dan keinginan mereka untuk meniru akan membutakan mereka terhadap sifat penipuan si pemimpin.

Langkah 5: Menciptakan Dinamika Kami versus Mereka. Kelompok yang telah terbentuk ini semakin besar, tetapi ada risiko inersia dan kebosanan. Untuk menjaga persatuan pengikut, pemimpin perlu menciptakan perasaan eksklusivitas dan menghadirkan musuh yang harus mereka lawan. Pengikut perlu dibuat merasa sebagai bagian dari kelompok khusus yang memiliki musuh bersama. Musuh ini bisa menjadi siapa saja yang mencoba mengungkapkan sifat penipuan sistem kepercayaan yang telah terbangun. Dengan menciptakan musuh, pemimpin akan memelihara loyalitas pengikut dan membuat mereka tetap bersatu dalam tujuan. Mereka akan memiliki alasan untuk percaya pada pemimpin dan melawan orang-orang yang mereka anggap sebagai musuh kelompok.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *