Resensi Buku

Membentengi Diri dalam Mempertahankan Pengaruh (2)

Pada bagian ini, kita kembali melanjutkan pembahasan tentang bagaimana menghadapi dinamika persaingan dalam kehidupan, terkhusus dalam hal perebutan pengaruh. Dalam buku 48 Laws of Power, dinamika ini dianalogikan seperti peperangan.

Berkenaan dengan itu, Machiavelli berpendapat bahwa dalam konteks militer, penggunaan benteng merupakan suatu kesalahan. Benteng menjadi simbol isolasi kekuasaan dan menjadi target empuk bagi musuh yang ingin menghancurkannya. Meskipun didesain untuk melindungi, benteng sebenarnya memisahkan Anda dari bantuan yang diperlukan dan membatasi fleksibilitas Anda. Meskipun tampak tak terkalahkan, begitu Anda berada di dalamnya, semua orang tahu di mana Anda berada; dan serangan tidak harus berhasil mengubah benteng menjadi penjara bagi Anda. Terbatasnya ruang di dalam benteng juga membuatnya rentan terhadap penyebaran wabah dan penyakit yang mudah menular.

Secara strategis, isolasi dalam benteng tidak memberikan perlindungan yang sebenarnya, bahkan sebaliknya, menghadirkan lebih banyak masalah daripada solusi. Karena manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, kekuasaan tergantung pada interaksi dan lingkaran sosial. Untuk memperkuat diri, Anda harus berada di tengah-tengah segala hal. Semua aktivitas harus berpusat pada Anda, dan Anda harus waspada terhadap apa pun yang terjadi di sekitar Anda, serta siapa pun yang mungkin merencanakan melawan Anda.

Talleyrand, seorang negarawan Prancis, mengadopsi pendekatan yang tidak mengunci dirinya dalam benteng istana. Meskipun berasal dari keluarga aristokrat yang terhormat di Prancis, ia selalu berinteraksi dengan keadaan jalanan di Paris, memungkinkannya untuk memprediksi tren dan masalah yang muncul. Bahkan, ia menemukan kesenangan dalam pergaulan dengan tipe kriminal yang tidak jujur, yang memberikannya informasi berharga. Setiap kali terjadi krisis atau perubahan kekuasaan — seperti kejatuhan Napoleon, atau penggulingan kekuasaan Louis XVIII — ia berhasil bertahan dan bahkan berkembang, karena ia tidak pernah mengisolasi dirinya dalam lingkaran kecil, tetapi selalu punya bentuk hubungan dengan rezim penguasa.

Cicero, seorang negarawan Romawi, dilahirkan dari keluarga bangsawan yang berada dalam derajat yang relatif rendah, sehingga peluangnya untuk berkuasa terbatas, kecuali ia dapat menjalin hubungan dengan para bangsawan yang berkuasa di kota. Namun, ia berhasil dengan gemilang, dengan mampu mengenali pengaruh setiap individu dan memahami hubungan mereka satu sama lain. Ia membaur di berbagai lingkungan, mengenal semua orang, dan memiliki jaringan koneksi yang begitu luas sehingga musuh yang muncul di satu sisi dapat dengan mudah diatasi oleh sekutu yang ada di sisi lain.

Pentingnya berinteraksi dengan orang lain dalam memperluas kekuasaan manusia tidak bisa dihindari. Alih-alih mengadopsi sikap pertahanan benteng yang kaku, lihatlah dunia ini sebagai bangunan yang luas, di mana setiap ruangan saling terhubung. Anda harus terbuka, mampu bergerak bebas di antara lingkungan yang beragam dan bergaul dengan berbagai macam orang. Fleksibilitas dan interaksi sosial semacam itu akan melindungi Anda dari persekongkolan, yang tidak akan bisa menyembunyikan rahasia dari Anda, dan dari para pesaing, yang tidak akan bisa menjauhkan Anda dari sekutu-sekutu Anda. Anda harus selalu bergerak, jangan pernah bertahan atau berdiam di satu tempat. Seorang pemburu pun tidak akan mampu membidik makhluk yang bergerak dengan begitu cepat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *