Resensi Buku

Menghindari Urusan Sepele demi Kredibilitas Kekuasaan 2

Keinginan yang berlebihan seringkali menciptakan paradoks yang dapat merugikan kita. Semakin kita menginginkan sesuatu, semakin sulit kita mendapatkannya. Fenomena ini dapat dijelaskan dengan efek paradoks, di mana semakin keras kita mengejar sesuatu, semakin jauh objek keinginan itu menjauh dari kita. Ironisnya, semakin banyak minat yang kita tunjukkan, semakin sulit kita memperoleh apa yang diinginkan. Hal ini disebabkan oleh terlalunya intensitas keinginan kita, yang dapat membuat orang lain merasa canggung bahkan takut.

Keinginan yang tidak terkendali dapat membuat kita terlihat lemah, tidak berharga, bahkan menyedihkan. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih efektif adalah dengan memperlakukan keinginan dengan sikap yang lebih santai dan meremehkan. Ini bukan berarti kita tidak peduli atau tidak berminat, namun kita menunjukkan sikap yang lebih tenang dan tidak terlalu terpaku pada keinginan tersebut.

Menunjukkan sikap meremehkan dapat menjadi respons kuat yang mampu membuat target atau objek keinginan kita penasaran bahkan gila. Mereka merespons dengan keinginan mereka sendiri, dan ini dapat menjadi langkah awal yang sukses. Sikap meremehkan memberikan kesan bahwa kita tidak terlalu terpengaruh, sehingga membuat orang lain ingin memengaruhi kita. Jika mereka menginginkan kita, kita telah mencapai langkah pertama ke arah yang diinginkan. Sebaliknya, jika mereka mencoba menyakiti kita, sikap meremehkan membuat mereka merasa gelisah dan membuat mereka terjebak dalam aturan yang telah kita tentukan.

Sikap abai atau meremehkan dapat dianggap sebagai hak prerogatif seorang yang berkuasa. Seperti halnya Raja Louis XIV yang mempertahankan posisinya dengan memutuskan untuk mengabaikan apa yang tidak disukainya. Kita juga dapat memanfaatkan kekuatan ini dalam interaksi sosial. Dengan memilih untuk mengabaikan sesuatu, kita seakan-akan memiliki kendali atas realitas dan menjaga keunggulan posisi kita.

Dalam strategi meremehkan, kita secara berkala menunjukkan bahwa kita dapat melakukannya tanpa keterlibatan orang lain. Ini bukan berarti menghindari sepenuhnya, namun lebih pada memberikan sinyal bahwa kita memiliki kebebasan untuk melakukan apa yang kita inginkan. Sebaliknya, pendekatan yang berlawanan, yaitu komitmen dan keterlibatan yang berlebihan, seringkali dapat melemahkan kita. Memperhatikan musuh yang lemah dapat membuat kita terlihat lemah, dan memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi musuh tersebut.

Franklin D. Roosevelt, sebagai Presiden, adalah seorang pemimpin yang dihormati, tetapi tidak lepas dari kritik, termasuk kritik terkait pemeliharaan anjingnya. Pada tahun 1943, sebuah artikel muncul yang mengungkapkan bahwa anggaran pemerintah digunakan untuk membayar perawatan anjing Welsh terrier kesayangan Roosevelt, bernama Fala.

Pada awalnya, berita ini menimbulkan kontroversi dan kritik dari sejumlah pihak. Masyarakat mulai bertanya-tanya apakah sejumlah besar uang pajak digunakan dengan tidak efisien untuk memenuhi kebutuhan pribadi presiden, terutama dalam konteks perang dan upaya penghematan selama masa sulit. Kritik itu mengatakan bahwa pemeliharaan hewan peliharaan pribadi bukanlah tanggung jawab pemerintah dan seharusnya dibiayai secara pribadi oleh Roosevelt.

Dalam menjawab kritik ini, Roosevelt menanggapinya dengan humor yang telah menjadi ciri khasnya. Dalam sebuah pidato pada 23 September 1944 di The Teamsters Union Convention, ia menyatakan, “Saya hanya ingin mengatakan satu kata kepada mereka yang mengkritik Fala. Saya berharap bahwa mereka semua menjadi anjing.” Pernyataan ini, disertai dengan senyuman, membantu mengurangi ketegangan dan membuatnya tampak sebagai respon yang santai terhadap kritik yang sebenarnya bersifat serius. Selain itu, Roosevelt menjelaskan bahwa semua hadiah dan barang-barang pribadinya, termasuk perawatan Fala, dihitung sebagai pendapatan pribadinya dan dikenai pajak. Ia juga menyatakan bahwa Fala adalah teman setia dan merupakan anggota keluarga yang setia dalam masa-masa sulit.

Meskipun awalnya muncul kontroversi, respons Roosevelt mampu meredam kritik tersebut. Pilihan sikapnya yang tidak terlalu membesar-besarkan dalam menanggapi isu ini membuatnya tetap populer di kalangan masyarakat. Fala bahkan menjadi terkenal dan populer di kalangan publik, sehingga saat ada komentar negatif tentang anjing tersebut, masyarakat justru mendukung Roosevelt. Akhirnya, kisah tentang pemeliharaan Fala tidak secara signifikan merugikan reputasi Roosevelt, dan kepercayaan masyarakat terhadapnya tetap kuat hingga akhir masa jabatannya pada tahun 1945.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *