Resensi Buku

Mengurai Asumsi Dasar Adaptasi Eksternal

Kali ini kita melanjutkan lagi pembahasan sebuah buku tentang kepemimpinan dan budaya organisasi. Dalam bukunya “Organizational Culture and Leadership”, Edgar Schein menekankan bahwa budaya organisasi bukan sekadar ritual atau simbol, melainkan kumpulan asumsi dasar yang membentuk cara kelompok beradaptasi dan bertahan hidup. Salah satu bab dalam buku ini mengulas bagaimana asumsi-asumsi tersebut terbentuk melalui interaksi organisasi dengan lingkungan eksternal dan internal, serta perannya dalam menentukan kesuksesan jangka panjang.

Budaya Organisasi: Pola Asumsi yang Menentukan Identitas

Menurut Schein, budaya organisasi adalah pola asumsi dasar yang dipelajari suatu kelompok saat menghadapi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal. Asumsi ini dianggap sebagai kebenaran mutlak, kemudian diwariskan ke anggota baru sebagai pedoman berpikir, bertindak, dan merasakan. Misalnya, perusahaan teknologi mungkin menganggap inovasi sebagai nilai inti, sementara perusahaan keluarga menekankan loyalitas.

Dua Tantangan Kritis Organisasi

Schein membedakan dua tantangan utama yang membentuk asumsi budaya organisasi:

Tantangan pertama adalah adaptasi eksternal dan kelangsungan hidup. Organisasi harus menyesuaikan diri dengan dinamika eksternal untuk bertahan. Proses ini meliputi:

  • Misi dan Strategi: Membangun konsensus tentang tujuan inti, termasuk fungsi yang terlihat (seperti profit) dan fungsi tersembunyi (misalnya, membangun citra sosial).
  • Tujuan: Menetapkan target konkret yang selaras dengan misi.
  • Metode: Menentukan struktur, pembagian tugas, sistem penghargaan, dan alur otoritas.
  • Pengukuran: Memiliki kriteria jelas untuk menilai kinerja, seperti ROI atau kepuasan pelanggan.
  • Koreksi: Strategi perbaikan jika tujuan tidak tercapai, seperti restrukturisasi atau pelatihan ulang.

Tantangan kedua adalah integrasi internal. Agar adaptasi eksternal efektif, organisasi perlu mengelola hubungan internal melalui:

  • Bahasa dan Konsep: Menciptakan istilah khusus yang memudahkan komunikasi, seperti jargon teknis di perusahaan IT.
  • Batas Kelompok: Menetapkan kriteria keanggotaan, seperti kualifikasi pendidikan atau budaya kerja.
  • Distribusi Kekuasaan: Menentukan hierarki dan aturan untuk memperoleh/mempertahankan otoritas.
  • Kepercayaan dan Kedekatan: Membangun norma kerja sama, seperti transparansi dalam rapat tim.
  • Sistem Reward dan Punishment: Mendefinisikan perilaku yang dihargai (inovasi) atau dihukum (pelanggaran etik).

Contoh Praktis: DEC vs Ciba-Geigy

Schein membandingkan dua perusahaan dengan asumsi budaya berbeda. DEC (Digital Equipment Corporation) didirikan oleh insinyur, DEC menganut budaya debat terbuka. Setiap karyawan dianggap bertanggung jawab atas ide mereka, sehingga inovasi muncul dari diskusi egaliter. Sedangkan Ciba-Geigy, perusahaan farmasi ini mengutamakan otoritas berbasis keahlian ilmiah. Keputusan diambil berdasarkan data penelitian, bukan hierarki jabatan.

Kedua contoh ini menunjukkan bagaimana asumsi tentang “cara mencapai tujuan” membentuk budaya unik yang memengaruhi produktivitas dan adaptasi.

Fungsi Tersembunyi Misi Inti

Schein mengingatkan bahwa misi organisasi sering memiliki fungsi tersembunyi. Misalnya, perusahaan yang mengklaim “mengedepankan pelanggan” mungkin secara tidak langsung bertujuan mempertahankan dominasi pasar. Pemimpin harus memahami dinamika ini agar tidak terjebak dalam kesenjangan antara nilai yang diucapkan dan nilai yang dipraktikkan.

Relevansi bagi Kepemimpinan Modern

Di era globalisasi penuh ketidakpastian, pemimpin perlu secara aktif menganalisis asumsi budaya organisasi. Tanpa pemahaman ini, upaya perubahan seperti transformasi digital atau diversifikasi produk bisa gagal karena berbenturan dengan nilai inti yang sudah mengakar.

Kesimpulan

Budaya organisasi, menurut Schein, adalah fondasi tak terlihat yang menentukan kemampuan adaptasi. Asumsi tentang misi, metode, dan integrasi internal tidak hanya memengaruhi keputusan strategis, tetapi juga membentuk identitas kolektif. Bagi pemimpin, mengenali dan mengelola asumsi ini adalah kunci untuk membawa organisasi melalui perubahan, sekaligus memastikan kelangsungan hidup dalam kompetisi global yang semakin kompleks.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *