Model 70/20/10 dalam Pelatihan : High Impact Training
Model 70/20/10 dalam pelatihan merupakan model yang banyak digunakan oleh organisasi untuk meningkatkan efektifitas dalam program pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia. Alih-alih program pelatihan tradisional yang banyak menekankan pada aspek perubahan pengetahuan, maka model 70/20/10 adalah pendekatan yang berorientasi perubahan perilaku yang berdampak pada kinerja karyawan.
Metode 70/20/10 adalah model pelatihan dan pengembangan untuk para manajer senior dan pemimpin yang dikembangkan Michael Lombardo dan Robert Eichinger dengan menggunakan tiga pendekatan.
Sekitar 70% dari proses pembelajaran dilakukan dengan memberika tugas yang menantang (job assignment) dan pengalaman langsung di lapangan. 20% dari dikembangkan melalui social learning berupa hubungan dan umpan balik (coaching, mentoring, counseling) dan 10% pembelajaran dilakukan dengan pelatihan formal (inclass).
Model 70/20/10 dalam pengembangan SDM adalah metode preskriptif untuk mengembangkan calon pemimpin (Jay Cross, 2011). Metode ini dibangun berlandaskan proses bagaimana peserta pelatihan menginternalisasi serta menerapkan materi yang dipelajari berdasarkan cara mereka mendapatkan pengetahuan.
10% Education (Formal Learning)
Pembelajaran formal dapat dilakukan dengan cara pelatihan di kelas berupa seminar, workshop, atau kuliah. Dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, pembelajaran formal dapat pula dilakukan secara online.
Meskipun prosentasenya tidak besar, pembelajaran formal memiliki dampak terhadap keberhasilan pembelajaran.
Pembelajaran formal memberikan pondasi atau landasan teoritis tentang materi atau kompetensi yang akan dilatihkan. Secara umum, pembelajaran formal dilakukan di depan, berfungsi memberikan kerangka kerja untuk aktifitas pembelajaran selanjutnya.
20% Social Learning
Prinsip dari social learning adalah belajar dari orang lain. Social learning dapat dilakukan dengan membentuk suatu komunitas praktisi atau bergabung dengan komunitas praktisi yang sudah ada. Berada dalam lingkungan yang searah dengan tema pembelajaran, akan membuat peserta terkondisi dengan isu-isu, kebiasaan-kebiasaan, cara berpikir dan berperilaku yang khas.
Aktifitas lain terkait social learning adalah counseling, mentoring, coaching (CMC). Interaksi sosial dalam konteks CMC berfungsi menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ditemui dalam pekerjaan.
70 % Experiential Learning
Learning model 70 20 10, memberikan bobot yang tinggi pada experiential learning, yaitu pembelajaran dengan melibatkan pada pengalaman praktis melakukan suatu pekerjaan.
Experiential learning dapat dilakukan dengan memberikan job assignment, atau tugas yang menantang. Peserta diberikan tugas baru, yang dapat diambil dari permasalahan yang sedang diharapi perusahan. Pada saat pengerjaan tugas, peserta dapat difasilitasi oleh senior leader yang memahami permasalahan. Namun demikian, fungsi pendamping tidak boleh mengambil alih penanganan tugas dengan memberikan arahan-arahan yang terlalu teknis.
Fungsi pendamping menjadi fasilitator yang dapat mengajak peserta untuk berpikir menyelesaikan masalah secara logis, rasional, berbasis fakta, dan berpikir dampak dari alternatif-alternatif solusi yang akan diambil oleh peserta. Pilihan tindakan diserahkan sepenuhnya kepada peserta.
Model 70/20/10 dalam pelatihan dan pengembangan SDM, dengan demikian, akan menjadi metode yang sangat strategis bagi perusahaan karena peningkatan kompetensi dan perubahan perilaku menjadi sasaran utama dalam metode ini.