Resensi Buku Start With Why 13
Pada bagian ini kita melanjutkan resensi buku “Start with Why” karya Simon Sinek yang membahas fenomena yang sering terjadi pada organisasi yang telah mencapai kesuksesan, yaitu perpecahan antara tujuan awal (WHY) dengan apa yang dilakukan (WHAT) untuk mencapai tujuan tersebut. Sinek mendefinisikan perpecahan ini sebagai momen ketika organisasi kehilangan fokus pada nilai-nilai dan tujuan awal pendiriannya, dan beralih ke fokus pada hasil dan metrik yang dapat diukur, seperti profit, pangsa pasar, atau angka penjualan.
Sinek menjelaskan bahwa perpecahan ini terjadi karena organisasi, terutama yang telah mencapai kesuksesan, cenderung terjebak dalam rutinitas dan sistem yang telah dibangun untuk mencapai tujuan jangka pendek. Mereka mulai mengukur keberhasilan berdasarkan hasil yang dapat diukur, seperti profit, dan mengabaikan nilai-nilai dan tujuan awal pendirian organisasi. Hal ini berakibat pada hilangnya inspirasi dan semangat dalam organisasi, yang kemudian berdampak pada penurunan kinerja dan loyalitas karyawan, serta hilangnya kepercayaan dari pelanggan dan stakeholder. Jadi dalam konteks ini, tantangan terbesar adalah kesuksesan.
Sinek memberikan contoh Wal-Mart, sebuah perusahaan yang awalnya dibangun dengan visi untuk melayani masyarakat dan menawarkan produk dengan harga terjangkau. Namun, setelah kematian pendirinya, Sam Walton, Wal-Mart perlahan-lahan kehilangan fokus pada visi awalnya dan beralih ke fokus pada profit dan efisiensi. Hal ini mengakibatkan hilangnya inspirasi dan semangat di dalam perusahaan, serta munculnya berbagai skandal yang merugikan citra dan reputasi Wal-Mart.
Apple, perusahaan teknologi yang kini dikenal dengan desain inovatif dan pengalaman pengguna yang intuitif, pernah mengalami perpecahan antara tujuan awal (WHY) dengan apa yang dilakukan (WHAT) untuk mencapai tujuan. Awalnya, perusahaan ini didirikan oleh Steve Jobs dan Steve Wozniak dengan visi untuk menantang status quo dan memberikan alternatif yang lebih sederhana dan mudah digunakan bagi pengguna komputer, Apple percaya bahwa teknologi harus dirancang untuk mempermudah kehidupan manusia. Namun, setelah Steve Jobs meninggalkan perusahaan pada tahun 1985, Apple mengalami penurunan drastis. Hilangnya visi dan inspirasi yang diusung Jobs membuat perusahaan kehilangan fokus pada tujuan awalnya dan terjebak dalam persaingan harga dan fitur dengan pesaing mereka. Akibatnya, penjualan dan reputasi Apple menurun, dan mereka kehilangan loyalitas pelanggan dan karyawan. Namun, ketika Steve Jobs kembali ke Apple pada tahun 1997, ia berhasil membawa kembali visi awal Apple dan mengembalikan perusahaan ke jalur kesuksesan, membuktikan bahwa menjaga keselarasan antara WHY dan WHAT merupakan kunci keberhasilan jangka panjang.
Sinek juga memberikan contoh lain, seperti Microsoft dan Starbucks, yang mengalami perpecahan serupa setelah mencapai kesuksesan. Dia menekankan bahwa untuk menghindari perpecahan ini, organisasi harus terus menjaga fokus pada nilai-nilai dan tujuan awal pendiriannya, serta memastikan bahwa semua tindakan dan keputusan yang diambil selaras dengan visi tersebut.
Tantangan terbesar bagi organisasi adalah keberhasilan. Ketika organisasi mencapai kesuksesan, mereka harus tetap fokus pada ide WHY mereka berdiri, dan memastikan bahwa semua tindakan dan keputusan yang diambil selaras dengan visi tersebut. Dengan demikian, organisasi dapat menghindari perpecahan dan terus berkembang, menginspirasi, dan mencapai tujuan jangka panjangnya.