Resensi Buku

Bagian ke-14 Rangkuman Buku “Learned Optimism”

Artikel ini akan melanjutkan membahas sebagian isi dari buku “Learned Optimism: How to Change Your Mind and Your Life” oleh Martin E. P. Seligman, yang membahas tentang peran optimisme dalam kesuksesan organisasi.

Memahami Tantangan di Tempat Kerja: “Tembok” yang Menghadang

Seligman mengawali pembahasannya dengan mengilustrasikan “tembok” yang sering dihadapi para pekerja, sebuah titik di mana semangat mereka meredup dan keinginan untuk terus maju terhenti. Ia menggunakan contoh Steve Prosper, seorang agen asuransi jiwa yang kerap mengalami kesulitan dalam melakukan “cold calling”, sebuah tugas yang menuntut ketekunan dan ketahanan terhadap penolakan. Steve, yang pesimis, mudah menyerah ketika menghadapi penolakan, sementara Naomi Sargent, seorang agen yang optimis, mampu melewati masa-masa sulit ini dan meraih kesuksesan.

Mengubah Dialog Internal: Model ABCDE

Seligman kemudian memperkenalkan model ABCDE sebagai kerangka kerja untuk memahami dan mengubah cara berpikir yang negatif. Model ini dibagi menjadi lima tahapan:

  • A (Adversity): Suatu kejadian atau situasi yang menantang di tempat kerja.
  • B (Belief): Interpretasi dan penjelasan pribadi tentang kejadian tersebut.
  • C (Consequences): Perasaan dan tindakan yang muncul akibat dari interpretasi.
  • D (Disputation): Menganalisis dan menantang keyakinan negatif yang muncul.
  • E (Energization): Meningkatkan semangat dan motivasi untuk menghadapi tantangan.

Mengidentifikasi dan Menantang Keyakinan Negatif

Seligman mendorong pembaca untuk mengenali “tembok” pribadi mereka di tempat kerja dan menyadari bagaimana pikiran-pikiran negatif mempengaruhi perasaan dan tindakan mereka. Ia menawarkan serangkaian latihan untuk membantu pembaca mengidentifikasi model ABCDE dalam konteks pekerjaan mereka sendiri.

Teknik Disputasi

Seligman menekankan pentingnya mempertanyakan keyakinan negatif dengan menggunakan empat teknik:

  • Bukti: Menguji kebenaran keyakinan dengan mencari bukti yang mendukung dan yang menentangnya.
  • Alternatif: Mencari alternatif penjelasan atau interpretasi tentang kejadian tersebut.
  • Implikasi: Menilai konsekuensi sebenarnya jika keyakinan negatif tersebut benar.
  • Kegunaan: Menilai apakah mempertahankan keyakinan negatif tersebut bermanfaat atau justru merugikan.

Latihan Externalisasi Suara

Untuk membantu pembaca mempraktikkan teknik disputasi, Seligman menyarankan latihan “externalisasi suara”, di mana seorang rekan kerja (atau pasangan) berperan sebagai “penyerang” yang melontarkan kritikan negatif yang biasanya muncul di dalam pikiran pembaca.

Menerapkan Optimisme dalam Organisasi

Seligman menekankan bahwa optimisme tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga untuk seluruh organisasi. Ia mengidentifikasi tiga cara utama organisasi dapat memanfaatkan kekuatan optimisme:

  • Seleksi: Memilih calon karyawan yang memiliki tingkat optimisme tinggi, terutama untuk posisi yang membutuhkan ketekunan dan daya juang tinggi.
  • Penempatan: Menempatkan karyawan pada posisi yang sesuai dengan tingkat optimisme mereka.
  • Pembelajaran: Membimbing karyawan yang pesimis untuk mengembangkan cara berpikir yang lebih positif.

Optimisme yang Fleksibel: Menyeimbangkan Rasa Positif dan Realitas

Seligman menyimpulkan dengan menekankan pentingnya optimisme yang fleksibel, yaitu kemampuan untuk menggunakan optimisme secara bijaksana dan tepat sasaran, serta tidak meniadakan kemampuan untuk menerima kenyataan dan bertanggung jawab atas tindakan sendiri.

Kesimpulan

Pembahasan tentang kekuatan berpikir positif di tempat kereja dari buku “Learned Optimism” memberikan pemahaman yang mendalam tentang peran optimisme dalam organisasi. Dengan menguasai model ABCDE dan teknik disputasi, individu dapat meningkatkan ketahanan mereka terhadap kesulitan di tempat kerja, meningkatkan semangat, dan mencapai potensi terbaik mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *