Bagian ke-10 Rangkuman Buku “Learned Optimism”
Artikel ini membahas hubungan antara optimisme dan kesehatan, berdasarkan tinjauan mendalam terhadap buku “Learned Optimism” karya Martin E. P. Seligman. Bagian ini secara khusus membahas bagaimana sikap optimistis dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan umur panjang seseorang.
Cerita Daniel: Sebuah Ilustrasi tentang Optimisme dan Kematian
Pembahasan kali ini diawali dengan kisah Daniel, seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun yang menderita kanker limfoma Burkitt. Walaupun menghadapi kesulitan dalam pengobatan, Daniel tetap optimis dan percaya akan kesembuhannya. Namun, harapan Daniel pupus ketika dokter spesialis yang diharapkannya datang untuk menemuinya tertunda karena cuaca buruk dan akhirnya tidak sampai ke Salt Lake City. Setelah mendengar berita tersebut, Daniel jatuh sakit dan meninggal dunia.
Kisah ini menjadi pembuka untuk membahas hubungan antara optimisme dan kesehatan. Apakah optimisme dapat menyelamatkan jiwa? Atau apakah hanya sebuah ilusi yang memperpanjang penderitaan?
Penyelidikan Madelon Visintainer: Helplessness dan Kanker
Madelon Visintainer, seorang perawat yang terinspirasi oleh cerita Daniel, memutuskan untuk menyelidiki pengaruh helplessness (ketidakberdayaan) terhadap kesehatan. Visintainer percaya bahwa keadaan psikologis seperti helplessness dapat memengaruhi penyakit fisik. Ia kemudian melakukan penelitian di laboratorium dengan menggunakan tikus.
Visintainer membagi tikus ke dalam tiga kelompok: kelompok yang diberi shock yang bisa dihindari (kelompok yang bisa mengendalikan shock ), kelompok yang diberi shock yang tidak bisa dihindari (kelompok yang tidak bisa mengendalikan shock), dan kelompok yang tidak diberi shock sama sekali. Sebelum melakukan percobaan, ia menanam sel kanker sarkoma di bagian perut tikus. Hasilnya, kelompok yang diberi shock yang tidak bisa dihindari (kelompok helplessness) memiliki tingkat penolakan kanker yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan dua kelompok lainnya.
Mekanisme Hubungan Optimisme dan Sistem Imun
Penelitian Visintainer membuka jalan bagi pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana keadaan mental dapat memengaruhi kesehatan fisik.
Secara khusus, dijelaskan bahwa helplessness dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh memiliki sel-sel yang berperan penting dalam melawan penyakit, seperti sel T dan sel NK. Helplessness dapat membuat sel T kehilangan kemampuan untuk berkembang biak dengan cepat saat menghadapi invasi bakteri atau virus, dan sel NK kehilangan kemampuan untuk membunuh zat asing.
Optimisme, sebagai penangkal helplessness, dipercaya dapat menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat. Sikap optimistis dapat membantu individu melawan helplessness, dan dengan demikian mengurangi risiko terkena penyakit.
Optimisme, Kesehatan, dan Umur Panjang
Selain pengaruhnya terhadap sistem kekebalan tubuh, optimisme juga dikaitkan dengan kesehatan secara keseluruhan dan umur panjang.
Studi jangka panjang terhadap 400 siswa kelas tiga, dilakukan selama empat tahun, menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki sikap optimistis lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami depresi dan memiliki prestasi akademik yang lebih baik.
Penelitian lainnya, yang dilakukan terhadap 99 pria yang merupakan alumni Harvard, menunjukkan bahwa optimisme di masa muda memiliki korelasi positif terhadap kesehatan fisik di masa tua. Mereka yang optimistis di usia 25 tahun, terbukti memiliki kesehatan yang lebih baik di usia 60 tahun.
<\h2>Kesimpulan: Optimisme, Sebuah Kekuatan yang Penting
Di sini disajikan argumen kuat mengenai pentingnya optimisme bagi kesehatan. Optimisme bukan sekadar sikap positif, tetapi juga merupakan alat yang dapat membantu individu untuk menjaga kesehatan, mengatasi kesulitan, dan mencapai potensi yang lebih baik.
Diharapkan, pemahaman tentang mekanisme optimisme dan kesehatan dapat mendorong individu untuk membangun sikap yang lebih optimistis, sehingga hidup mereka dapat lebih sehat dan bahagia.