Resensi Buku

Model Konseptual untuk Perubahan Budaya yang Terkelola

Bab 17 buku “Organizational Culture and Leadership” karya Edgar Schein, yang berjudul “A Conceptual Model for Managed Culture Change,” menyajikan sebuah model konseptual untuk mengelola perubahan budaya di dalam organisasi. Bab ini tidak sekadar membahas perubahan budaya secara sepintas, tetapi menggali secara mendalam dinamika psikososial yang mendasari perubahan tersebut dan bagaimana pemimpin dapat berperan sebagai agen perubahan yang efektif.

Dinamika Psikososial Perubahan Organisasi:

Schein membangun modelnya berdasarkan teori Kurt Lewin, yang menekankan tiga tahap utama dalam proses perubahan: unfreezing, changing, dan refreezing. Namun, Schein memperluas model Lewin dengan memasukkan aspek psikososial yang lebih kompleks. Ia berargumen bahwa perubahan dalam sistem manusia (organisasi) selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan dan otonomi. Struktur kognitif seperti konsep, kepercayaan, nilai, dan asumsi berfungsi untuk mengatur stimulus lingkungan, menciptakan rasa keterprediksikan dan makna bagi anggota organisasi. Budaya, sebagai kumpulan asumsi bersama, berperan penting dalam menjaga integritas dan otonomi organisasi serta memberikan identitasnya.

Tahap Unfreezing (Mencairkan): Menciptakan Motivasi untuk Berubah:

Tahap ini merupakan tahap krusial di mana organisasi harus mengalami cukup ketidakseimbangan untuk memaksa proses adaptasi yang melampaui penguatan asumsi yang sudah ada. Schein menguraikan tiga proses dalam unfreezing:

  1. Diskonfirmasi: Informasi yang menunjukkan bahwa beberapa tujuan organisasi tidak tercapai atau prosesnya tidak efektif (misalnya, penurunan penjualan, peningkatan keluhan pelanggan). Diskonfirmasi menciptakan ketidakseimbangan dan kecemasan.
  2. Kecemasan atau Rasa Bersalah: Diskonfirmasi dikaitkan dengan tujuan dan cita-cita penting, memicu kecemasan dan/atau rasa bersalah.
  3. Keamanan Psikologis: Adanya rasa aman secara psikologis, yaitu keyakinan bahwa memecahkan masalah dan mempelajari hal baru dimungkinkan tanpa kehilangan identitas atau integritas.

Tahap Changing (Berubah): Mempelajari Konsep Baru:

Setelah tahap unfreezing, proses changing dimulai. Tahap ini melibatkan beberapa aktivitas kunci:

  1. Restrukturisasi Kognitif: Merupakan inti dari perubahan transformatif. Ini melibatkan pembelajaran konsep baru, makna baru untuk konsep lama, dan adopsi standar evaluasi baru.
  2. Imitasi dan Identifikasi: Pembelajaran melalui meniru role model dan mengidentifikasi diri dengan mereka. Efektif jika cara kerja baru jelas dan konsep yang diajarkan dipahami dengan baik.
  3. Scanning dan Trial-and-Error: Pembelajaran melalui eksplorasi lingkungan dan pengembangan solusi sendiri hingga ditemukan solusi yang berhasil. Lebih efektif jika perubahan benar-benar sesuai dengan kepribadian dan kelompok.

Tahap Refreezing (Membeku): Menginternalisasi Konsep Baru:

Tahap terakhir ini menekankan bahwa pembelajaran baru tidak akan stabil sampai diperkuat oleh hasil nyata. Perilaku baru akan bertahan jika menghasilkan hasil yang lebih baik dan memberikan kepuasan kepada anggota organisasi. Jika perilaku baru tidak menghasilkan hasil yang lebih baik, maka informasi ini akan menjadi informasi yang menyanggah dan akan memulai proses perubahan baru.

Prinsip-prinsip dalam Perubahan Budaya:

Schein menyoroti beberapa prinsip penting dalam konteks perubahan budaya:

  1. Tujuan perubahan harus didefinisikan secara konkret: Bukan sekadar “perubahan budaya,” tetapi masalah operasional yang spesifik.
  2. Unsur budaya lama dapat dihilangkan dengan menghilangkan orang-orang yang “membawa” unsur tersebut: Namun, unsur budaya baru hanya dapat dipelajari jika perilaku baru tersebut mengarah pada keberhasilan dan kepuasan.
  3. Perubahan budaya selalu merupakan perubahan transformatif: Membutuhkan periode unlearning (melepas kebiasaan lama) yang menyakitkan secara psikologis.

Kesimpulan:

Bab 17 menawarkan model yang komprehensif untuk mengelola perubahan budaya, menekankan pentingnya dinamika psikososial dan peran kepemimpinan dalam menciptakan rasa aman psikologis bagi anggota organisasi yang sedang menjalani perubahan transformatif. Model ini tidak hanya membahas perubahan perilaku, tetapi juga redefinisi kognitif yang mendalam dan berkelanjutan. Penting bagi para pemimpin untuk memahami model ini agar dapat mengarahkan proses perubahan budaya dengan lebih efektif dan berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *