Proses Terbentuknya Budaya dalam Kelompok Baru
Dalam bukunya “Organizational Culture and Leadership”, Edgar H. Schein menekankan bahwa memahami asal-usul budaya dalam kelompok kecil adalah kunci untuk mengurai dinamika budaya di organisasi yang kompleks. Salah satu bab penting dalam buku ini mengulas bagaimana budaya muncul dalam kelompok baru, menggunakan contoh pelatihan dinamika kelompok sebagai ilustrasi. Meski konteksnya spesifik, prinsip-prinsip yang dijelaskan relevan untuk berbagai jenis kelompok, mulai dari tim proyek hingga perusahaan rintisan.
Peristiwa Pencetus dan Penanda: Awal Mula Sebuah Kelompok
Menurut Schein, setiap kelompok diawali dengan peristiwa pencetus—seperti ancaman eksternal, keputusan kolektif, atau pengalaman bersama. Dalam pelatihan dinamika kelompok, peristiwa ini adalah pertemuan antaranggota yang sebelumnya tidak saling mengenal. Saat fasilitator memberi pengantar lalu diam, keheningan yang muncul menjadi peristiwa penanda yang membekas. Situasi tidak terstruktur ini memaksa anggota bergantung pada norma sosial yang mereka pelajari sebelumnya, sekaligus menciptakan ketegangan yang memicu interaksi.
Dari Tindakan Individu ke Norma Kelompok
Pembentukan budaya dimulai dari langkah individu. Seseorang mungkin mengajukan pertanyaan, mengungkapkan perasaan, atau memberi saran. Respon kelompok terhadap tindakan ini—apakah diterima, diabaikan, atau ditolak—akan menentukan norma yang terbentuk. Misalnya, jika seorang anggota mengkritik gagasan dan kelompok merespons positif, kritik konstruktif bisa menjadi bagian dari budaya kelompok. Proses ini terjadi secara bertahap, di mana setiap interaksi memperkuat atau mengubah pola perilaku.
Peran Pengalaman Bersama dan Artikulasi Makna
Kecemasan dan ketidakpastian di fase awal kelompok mendorong anggota untuk mencari makna dari pengalaman bersama. Menurut Schein, artikulasi makna oleh individu—seperti menafsirkan penyebab konflik atau keberhasilan—menjadi fondasi budaya jika diterima kelompok. Misalnya, ketika seorang peserta pelatihan menyebutkan bahwa “keheningan awal mencerminkan ketakutan akan penolakan,” interpretasi ini bisa menjadi lensa bersama untuk memahami dinamika kelompok.
Kepemimpinan sebagai Fasilitator Refleksi
Schein menekankan bahwa kepemimpinan bukan sekadar otoritas individu, tetapi aktivitas kolektif untuk memfasilitasi refleksi. Fasilitator yang meminta kelompok menganalisis proses interaksi—misalnya, “Mengapa kita memilih solusi A daripada B?”—mendorong netralitas budaya. Ini memungkinkan anggota menyadari perbedaan norma yang mereka bawa dari latar belakang berbeda, sekaligus membangun kesepahaman baru.
Empat Tahap Evolusi Kelompok
Schein mengidentifikasi empat tahap perkembangan kelompok:
- Pembentukan (Dependensi): Anggota mencari arahan dari pemimpin, sambil bersaing untuk pengaruh.
- Pembangunan (Fusi): Solidaritas tumbuh, namun konflik dihindari demi harmoni.
- Pekerjaan (Task-Oriented): Kelompok fokus pada tujuan, menghargai perbedaan anggota.
- Kedewasaan: Norma mengeras, tetapi konformitas bisa menghambat inovasi.
Norma yang Bertahan: Seleksi Alam Budaya
Norma yang berhasil mengurangi kecemasan atau memecahkan masalah akan dipertahankan. Sebaliknya, norma yang dikaitkan dengan kegagalan akan ditinggalkan. Misalnya, jika rapat tanpa agenda terbukti tidak efektif, kelompok akan mulai mengadopsi struktur rapat yang lebih teratur.
Kesimpulan: Budaya sebagai Cermin Proses Kolektif
Bab ini mengajarkan bahwa budaya bukanlah produk instan, tetapi hasil akumulasi interaksi, respons, dan refleksi. Kepemimpinan berperan penting dalam mengarahkan kelompok melewati tantangan otoritas, keintiman, dan tugas. Setiap kelompok akhirnya menciptakan budaya unik yang merefleksikan jalan evolusi mereka. Pemahaman ini tidak hanya relevan untuk kelompok kecil, tetapi juga menjadi kunci dalam menganalisis budaya organisasi yang lebih besar—di mana pola serupa terulang dalam skala yang lebih kompleks.
Dengan demikian, Schein mengajak pembaca untuk melihat budaya bukan sebagai entitas statis, tetapi sebagai proses dinamis yang terus dibentuk oleh manusia di dalamnya.