Leadership

Mengurai Lima Disfungsi Tim 3

Setelah tim menyelesaikan pengisian kuesioner evaluasi lima disfungsi, langkah berikutnya adalah menilai dan menginterpretasikan hasilnya. Proses ini tidak hanya mengungkap akar masalah, tetapi juga menjadi dasar untuk merancang strategi perbaikan. Artikel ini membahas tahap penilaian, interpretasi skor, serta cara mendiskusikan hasil secara efektif untuk mengubah data menjadi aksi nyata.

Skala Penilaian

Setiap pertanyaan dalam kuesioner dinilai dengan skala 1-3, yang merefleksikan frekuensi perilaku positif dalam tim. Skor 1 menunjukkan perilaku yang diharapkan hampir tidak terlihat (Jarang), skor 2 menunjukkan perilaku yang muncul, tetapi tidak konsisten (Kadang-kadang), dan skor 3 menunjukkan perilaku positif yang terjadi secara rutin dan menjadi kebiasaan (Sering).

Cara Menghitung Skor

Pertama, kelompokkan pertanyaan per kategori. Setiap disfungsi (misalnya, Ketiadaan Kepercayaan) memiliki 3 pertanyaan. Kemudian jumlahkan Skor per Kategori. Total skor maksimal tiap kategori adalah 9 (3 pertanyaan × skor 3), dan minimal 3 (3 pertanyaan × skor 1).

Interpretasi Skor

Hasil skor dikelompokkan dalam tiga rentang:

  • Skor 8-9: Perilaku positif sering terjadi. Disfungsi ini bukan masalah serius. Misalnya, skor 9 untuk Ketidakpedulian Terhadap Hasil berarti tim sangat fokus pada tujuan bersama.
  • Skor 6-7: Perilaku positif kadang muncul. Disfungsi berpotensi menjadi masalah serius jika diabaikan. Misalnya, skor 6 untuk Kurangnya Komitmen mengindikasikan perlunya klarifikasi tujuan dan penguatan keputusan bersama.
  • Skor 3-5: Perilaku positif jarang terjadi. Disfungsi ini perlu segera ditangani. Misalnya, skor 4 untuk Penolakan Tanggung Jawab menandakan budaya saling menuntut tanggung jawab masih lemah.

Diskusi Hasil

Setelah skor dihitung, langkah kritis berikutnya adalah mendiskusikan hasil secara terbuka. Tujuan diskusi ini meliputi:

  • Mengidentifikasi Kesamaan dan Perbedaan Persepsi: Misalnya, apakah semua anggota merasa konflik dihindari? Atau hanya sebagian yang merasakannya?
  • Memvalidasi Temuan: Diskusi ini membantu memastikan apakah skor benar-benar mencerminkan realitas tim.
  • Merancang Rencana Aksi: Misalnya, jika Ketidakhadiran Kepercayaan bermasalah, tim bisa menjadwalkan sesi sharing informal untuk membangun kedekatan.

Kunci sukses diskusi dalam proses ini adalah menciptakan lingkungan yang aman, di mana anggota tim merasa nyaman mengungkapkan pendapat tanpa takut disalahkan. Fokus pada solusi, bukan menyalahkan, dengan menggunakan data skor sebagai acuan objektif, bukan alat untuk menghakimi. Tetap spesifik dengan membahas contoh konkret perilaku yang perlu diubah.

Tantangan dalam Interpretasi

Pada tahapan ini, setidaknya ada dua tantangan utama. Pertama adalah bias optimisme, di mana beberapa anggota mungkin memberi skor tinggi agar tim terlihat “baik”, dan berikutnya adalah ketidaktelitian, di mana jawaban asal-asalan mengurangi akurasi hasil. Solusi untuk mengatasi tantangan ini adalah menekankan pentingnya kejujuran sejak awal dan anonimitas jika diperlukan.

Menyusun Strategi Perbaikan

Hasil diskusi harus diikuti dengan rencana terstruktur, seperti:

  • Pelatihan team building untuk meningkatkan kepercayaan.
  • Sesi debat terarah untuk melatih konflik produktif.
  • Pembuatan dashboard tujuan tim agar hasil kolektif selalu menjadi prioritas.

Proses penilaian kuesioner bukan sekadar mengumpulkan angka, tetapi memahami cerita di balik dinamika tim. Seperti yang dialami DecisionTech di bawah Kathryn Petersen, keberhasilan tim dimulai dari kesediaan mengakui kelemahan dan berkomitmen pada perubahan. Dengan skor sebagai panduan, tim dapat bertransformasi dari sekumpulan individu menjadi unit yang solid, berkomitmen, dan berorientasi hasil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *