Leadership

Prinsip Pemberdayaan dalam Kepemimpinan 1

Menurut John C. Maxwell, dalam kepemimpinan terdapat hukum pemberdayaan. Tapi pemimpin yang memiliki rasa aman dalam dirinya saja yang mau mengembangkan kewenangan orang lain.

Hampir semua orang pernah mendengar tentang Henry Ford. Dia adalah sosok yang membawa inovasi di industri mobil dan menjadi tokoh legendaris dalam sejarah bisnis Amerika. Pada tahun 1903, bersama rekan-rekannya, ia mendirikan Ford Motor Company dengan keyakinan bahwa masa depan mobil akan lebih cerah bila ada perusahaan yang membuat mobil itu terjangkau bagi rata-rata penduduk Amerika. Ford menyatakan bahwa ia akan menciptakan mobil untuk banyak orang. Mobil ini cukup besar untuk keluarga namun cukup kecil bagi individu yang mengendalikannya dan merawatnya. Mobil ini akan dibuat dari bahan terbaik, oleh pekerja terbaik yang tersedia, punya desain sederhana yang disesuaikan dengan rekayasa terkini. Tetapi harganya akan sangat terjangkau sehingga setiap orang dengan gaji yang sedikit di atas rata-rata dapat memilikinya dan menikmatinya bersama keluarga saat menjelajahi alam terbuka ciptaan Tuhan yang indah.

Henry Ford mewujudkan visi ini melalui Model T, yang mengubah pola kehidupan Amerika abad kedua puluh. Pada tahun 1914, hampir 50 persen dari semua mobil di Amerika Serikat diproduksi oleh Ford. Ford Motor Company menjadi kisah sukses Amerika.

Namun tidak semua cerita tentang kejayaan ini positif, salah satunya adalah dia tidak menganut hukum pemberdayaan. Henry Ford terlalu mencintai Model T-nya sehingga ia tidak pernah ingin – dan orang lain ia larang – mengubahnya agar semakin baik. Suatu hari, ketika sekelompok desainernya menyajikan prototipe model terbaru, Ford menghancurkannya dengan tangannya sendiri. Selama hampir dua puluh tahun, Ford Motor Company hanya menawarkan satu desain, yaitu Model T yang dikembangkan oleh Ford sendiri.

Barulah pada tahun 1927 ia akhirnya—meskipun dengan enggan—setuju untuk menawarkan mobil baru kepada publik. Perusahaan memproduksi Model A, tetapi sangat tertinggal dalam inovasi teknis dibandingkan pesaingnya. Meskipun memiliki keunggulan awal dan unggul jauh dari pesaing-pesaingnya, pangsa pasar Ford Motor Company terus menyusut. Pada tahun 1931, pangsa pasar Ford turun menjadi hanya 28 persen.

Henry Ford adalah kebalikan dari seorang pemimpin yang memberdayakan. Ia selalu melemahkan jajaran kepemimpinan di bawahnya. Bahkan, ia mendirikan departemen sosiologi dalam Ford Motor Company untuk memantau karyawan-karyawannya dan mengendalikan kehidupan pribadi mereka. Seiring berjalannya waktu, ia semakin eksentrik.

Ia juga semakin banyak menghabiskan waktu dan uangnya untuk proyek-proyek pribadi, seperti menanam dan bereksperimen dengan ratusan variasi kedelai. Mungkin perlakuan paling aneh Ford adalah terhadap para eksekutifnya, terutama putranya, Edsel. Putra Ford yang satu ini telah bekerja di perusahaan sejak muda. Saat Henry semakin eksentrik, Edsel bekerja lebih keras untuk menjaga kelangsungan perusahaan. Jika bukan karena jasa Edsel, Ford Motor Company mungkin akan gulung tikar pada tahun 1930-an. Akhirnya, Henry memberikan jabatan presiden perusahaan kepada Edsel dan secara publik mengatakan bahwa masa depan Ford Motor Company akan cerah dengan kepemimpinan putranya. Namun, pada saat yang sama, ia selalu melemahkan Edsel dan mendukung pemimpin lain dalam organisasi. Setiap kali seorang pemimpin berbakat muncul di perusahaan, Henry selalu meruntuhkannya. Akibatnya, perusahaan terus kehilangan eksekutif-eksekutif paling berpotensi. Sedikit yang mau bertahan demi Edsel dan berpikir bahwa suatu hari nanti Henry akan meninggal, dan Edsel akan menggantikannya. Tetapi itu tidak terjadi. Pada tahun 1943, Edsel meninggal dunia pada usia empat puluh sembilan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *