Pengembangan Diri

Bagaimana Menghadapi Pimpinan Toxic

Toxic people merupakan orang-orang yang memiliki pemikiran atau sikap negatif terhadap semua orang di sekitarnya. Melihat karakter seperti ini di serial drama televisi sangat menjengkelkan, apalagi jika secara langsung berurusan dengan mereka.

Bagi karyawan, berdiam diri atau berkonfrontasi dengan pimpinan toxic bisa jadi pilihan yang sama buruknya. Bagi perusahaan yang memiliki leader toxic di jajaran manajemennya bisa sangat mengganggu keharmonisan suasana kerja. Lalu bagaimana berurusan dengan pimpinan toxic di dunia kerja?

Pimpinan toxic memiliki karakter egois, tidak menyadari diri sendiri, tidak mau mendengar bawahannya, cenderung menyela dan mendominasi percakapan dengan bawahannya, merendahkan bawahannya, serta tidak menghargai kontribusi dan prestasi orang lain. Karyawan bisa bertanya pada diri sendiri, apakah seorang atasan menghargai dirinya sebagai pribadi maupun karyawan?

Ketika seorang manajer enggan mengambil inisiatif membangun hubungan yang sehat atau menjadi mitra dalam menyelesaikan tujuan tim, setiap karyawan perlu mengetahui bagaimana mereka mendekati atasan itu dan mencoba berinisiatif membangun hubungan. Meskipun terasa segan, mereka perlu menunjukkan bagaimana mereka ingin diperlakukan. Para karyawan perlu mengesampingkan perasaan pribadi dan mengedepankan kepentingan organisasi yang lebih luas.

Jika hubungan dalam tim dirasa sulit diperbaiki, maka karyawan bisa menghubungi tim SDM untuk mencari solusi. Organisasi mungkin saja sudah ada rencana melakukan pergeseran jabatan, namun tidak ada salahnya jika karyawan memulai inisiatif pembicaraan.

Manajer yang baik pasti akan memberi dukungan bagi setiap karyawannya untuk berkembang, agar proses ini berjalan maka dibutuhkan hubungan profesional dan pribadi yang baik. Namun bila manajer memiliki karakter toxic, maka pergeseran tim patut dipertimbangkan dalam situasi ini. Tapi bagaimana jika masih ingin mencoba mengembangkan diri sembari menghadapi manajer toxic? Pertimbangkan langkah-langkah berikut:

Memantapkan Sikap

Memilih menerima bahwa karakter atasan tidak akan berubah atau terus mencoba memperbaiki pola hubungan dan mencari strategi membentuk pola hubungan kerja yang paling sesuai.

Berkonfrontasi tapi Berhati-hati

Cara terbaik adalah membangun komunikasi yang transparan. sekaligus menjaga sikap agar tidak menyinggung perasaan atasan. Resikonya akan muncul salah paham, tapi bila antara atasan dan karyawan tetap menjaga keterbukaan, kesalahpahaman itu bisa diatasi.

Menjaga jarak

Saat berkomunikasi, bisa saja bahasa tubuh yang diperlihatkan menjadi sumber konflik. Bila dimungkinkan, karyawan minta bekerja jarak jauh saja, mengurangi pertemuan langsung, dan membatasi pertemuan hanya untuk keperluan kerja yang teramat penting.

Carilah Pekerjaan yang Berbeda

Jika semua gagal dan karyawan telah mencoba dan berusaha meningkatkan hubungan (bahkan dengan bantuan orang lain), mungkin langkah terbaik adalah mencari pekerjaan lain. Pilihan ini akan terasa berat jika pengalaman kerja — seperti hubungan dengan rekan kerja — terasa menyenangkan. Namun dalam jangka panjang, keputusan tersebut bisa menjadi perbaikan besar-besaran bagi kehidupan dan karier seseorang.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *