Pengembangan Diri

Mengembangkan Pemikiran Optimis

Seorang pelatih olah raga bola basket sedang mengamati anak-anak asuhnya yang masih berusia awal belasan tahun. Pelatih itu mengamati bahwa sebagian besar dari mereka cenderung menggiring bola hanya dengan satu sisi tangan, yaitu tangan yang terhubung dengan lengan dominan mereka.

Ketika pelatih melihat seorang anak melakukan ini, ia memanggilnya dan berkata, “Nak, kamu selalu menggiring bola hanya dengan satu tangan, dan pemain bertahan dapat dengan mudah menghadangmu ketika kamu memasuki wilayahnya. Kamu membatasi variasi gerakanmu. Kamu perlu menggiring bola dengan tanganmu yang lain juga, sehingga dia tidak akan pernah tahu ke arah mana kamu akan melangkah.”

Pada saat itu si anak asuh berkata, “Saya tidak bisa melakukannya.”

Dan pelatih tersenyum lalu berkata, “Apa maksudmu kamu tidak bisa?”

Dan anak asuh itu kemudian menunjukkan kepada pelatih bahwa ketika dia menggiring bola dengan tangan dan lengan yang kurang dominan, yang lebih lemah, bola itu menjadi memantul tak terkendali arahnya dan sulit dikuasai. Jadi, menurut sepengetahuan anak asuh, dia tidak bisa.

“Nak,” kata pelatih. “Itu bukan berarti kamu tidak bisa, hanya saja kamu belum pernah mencobanya.”

Kemudian Pelatih menjelaskan kepada anak asuh itu bahwa tangan dia yang lainnya bisa menggiring bola dengan baik jika dia mau berlatih. Hanya masalah membiasakan pantulan sebanyak mungkin. Itu hanya pembentukan kebiasaan yang sederhana. Setelah cukup banyak latihan menggiring bola dengan tangan lainnya, si anak asuh menyadari bahwa ucapan pelatih benar adanya.

Prinsip yang sama berlaku untuk memprogram ulang kebiasaan berpikir dominan kita sendiri. Jika kebiasaan berpikir dominan kita adalah pesimis, yang perlu kita lakukan hanyalah menggiring bola dengan tangan lain: Berpikir optimis lebih sering sampai terasa alami.

Maka jika seseorang bertanya kepada Anda, di saat sebelum Anda memulai sesuatu yang baru, apa masalahnya bila Anda tidak mencoba menjadi lebih berorientasi pada tujuan dan optimis. Alih-alih Anda menjawab, “Saya tidak bisa. Itu bukan saya. Saya tidak tahu caranya,” sebenarnya akan lebih tepat bagi Anda untuk hanya mengatakan, “Saya belum pernah mencoba.”

Berpikir sama seperti memantulkan bola basket. Di satu sisi, Anda bisa membiasakan berpikir pesimis dan membangun sisi itu, selayaknya membangun kebiasaan memantulkan bola berulang kali dengan tangan dominan. Di sisi lain, Anda bisa mencoba berpikir optimis, berusaha membuat langkah baru satu demi satu dan membangun kebiasaan baru.

Motivasi diri semuanya adalah masalah seberapa banyak kontrol yang ingin Anda miliki.

Dalam sekali waktu, pikiran manusia memproses 5 hingga 9 informasi, maka bisa dibayangkan ada berapa banyak proses pemikiran yang terjadi dalam sehari bila waktu yang dimaksud dalam satuan detik. Angka ini bervariasi pada tiap-tiap individu, tapi yang pasti jumlah itu sangat besar. Namun, dengan mempertimbangkan jumlah pemikiran yang terjadi tersebut, maka Anda bisa melihat betapa besar kesabaran yang kita butuhkan bila ingin mengeliminasi pemikiran pesimis dan menggantinya dengan pemikiran optimis.

Pola pemikiran keseluruhan tidak akan berubah setelah hanya beberapa tindakan. Jika Anda seorang pesimis, otak Anda benar-benar telah diprogram dengan optimal ke arah itu. Tapi sebelum pola baru bisa muncul, meski lambat tapi pasti, Anda bisa berubah. Satu demi satu pemikiran setiap waktu.

Semoga artikel ini dapat memotivasi Anda dan pembaca lainnya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *