Peran Orang Tua, Guru, dan Pelatih dalam Membentuk Mindset
Dalam beberapa kesempatan, kita telah membahas pengaruh mindset terhadap keberhasilan seseorang yang diformulasikan oleh Carol S. Dweck, Ph.D. Ia membagi mindset menjadi Fixed mindset dan growth mindset.
Kali ini kita akan menunjukkan peran orang tua, guru, dan pelatih dalam membentuk mindset anak. Dweck menekankan bahwa setiap kata dan tindakan mereka dapat mengirimkan pesan yang kuat kepada anak, baik pesan fixed mindset maupun growth mindset.
Pesan Orang Tua dan Guru tentang Keberhasilan dan Kegagalan
Dweck menunjukkan bahwa pujian yang berfokus pada kemampuan atau bakat anak, seperti “Kamu pintar sekali!” atau “Kamu berbakat sekali!”, justru dapat merugikan motivasi dan kinerja mereka. Pujian seperti ini membuat anak merasa bahwa keberhasilan mereka bergantung pada kemampuan bawaan, bukan usaha. Jika mereka gagal, mereka akan merasa tidak pintar atau tidak berbakat. Dweck menyarankan agar orang tua dan guru tidak melindungi anak dari kegagalan. Sebaliknya, mereka harus membantu anak belajar dari kesalahan dan melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk tumbuh. Dweck memberikan contoh Elizabeth, seorang atlet muda cabor gimnastik yang kecewa karena tidak memenangkan kejuaraan. Ayahnya, yang memiliki growth mindset, tidak memuji Elizabeth dengan mengatakan bahwa dia adalah yang terbaik, tetapi malah mengatakan bahwa Elizabeth belum cukup berlatih dan bahwa jika dia ingin menang, dia harus bekerja lebih keras. Elizabeth kemudian berhasil memenangkan kejuaraan di kompetisi berikutnya.
Pentingnya Kritik Konstruktif
Kritik yang berfokus pada kekurangan anak, seperti “Kamu bodoh sekali!” atau “Kamu tidak bertanggung jawab!”, dapat merusak kepercayaan diri dan motivasi anak. Kritik seperti ini membuat anak merasa bahwa mereka tidak mampu atau tidak layak. Kritik konstruktif, di sisi lain, adalah kritik yang membantu anak memperbaiki kesalahan dan meningkatkan kinerja mereka. Kritik konstruktif berfokus pada proses, bukan pada orang. Misalnya, alih-alih mengatakan “Kamu tidak bertanggung jawab!”, orang tua dapat mengatakan “Aku kecewa kamu tidak menyelesaikan pekerjaan rumahmu. Apa yang bisa kita lakukan agar kamu bisa menyelesaikannya tepat waktu?”
Menciptakan Suasana Belajar yang Positif
Orang tua dan guru yang memiliki fixed mindset cenderung menciptakan suasana yang penuh penilaian. Mereka menilai anak berdasarkan kemampuan bawaan, bukan berdasarkan usaha dan kemajuan mereka. Orang tua dan guru yang memiliki growth mindset menciptakan suasana yang mendukung pengembangan. Mereka mendorong anak untuk belajar dari kesalahan, mencoba hal-hal baru, dan terus berkembang.
Membentuk Ideal yang Tepat
Orang tua yang memiliki fixed mindset seringkali menanamkan ideal yang tidak realistis pada anak, seperti “Kamu harus masuk Harvard!” atau “Kamu harus menjadi atlet profesional!”. Ideal seperti ini membuat anak merasa tertekan dan tidak mampu mencapai harapan orang tua mereka. Orang tua yang memiliki growth mindset menanamkan ideal yang menginspirasi anak untuk terus belajar dan berkembang. Ideal seperti ini berfokus pada proses, bukan pada hasil. Misalnya, orang tua dapat mengatakan “Aku ingin kamu menjadi orang yang belajar seumur hidup dan terus berkembang.”
Kesimpulan
Orang tua, guru, dan pelatih memiliki peran penting dalam membentuk mindset anak. Dengan mengirimkan pesan yang tepat,, mereka dapat membantu anak mengembangkan growth mindset yang akan membantu anak tersebut mencapai potensinya. Pesan ini meliputi memuji usaha dan proses, membimbing anak agar bisa belajar dari kesalahan, memberikan kritik konstruktif yang membantu anak memperbaiki kesalahan dan meningkatkan kinerja, mendorong anak agar terus belajar, dan menentukan ideal yang realistis.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip growth mindset, orang tua, guru, dan pelatih dapat membantu anak-anak membangun kepercayaan diri, motivasi, dan ketahanan yang akan membantu mendatangkan kesuksesan dalam hidup mereka.