Bagian ke-11 Resensi Buku “The Art of Possibility”
Dalam kelanjutan resensi buku “The Art of Possibility” karya Rosamund Stone Zander dan Benjamin Zander kali ini, kita akan membahas suatu bab. “Being the Board” merupakan salah satu bab yang membahas tentang konsep baru dalam memahami tanggung jawab dan cara mengubah realitas.
Konsep ini mengajak kita untuk melihat diri sendiri bukan sebagai pion dalam permainan kehidupan, melainkan sebagai papan permainan itu sendiri. Dengan kata lain, kita bertanggung jawab atas seluruh realitas yang kita alami, termasuk peristiwa yang tidak menyenangkan, dan kita memiliki kekuatan untuk mengubahnya.
Konsep Utama
Konsep “Being the Board” mendorong kita untuk beralih dari perspektif “Salahkan” ke “Bertanggung Jawab”. Alih-alih mencari kambing hitam, kita diajak untuk melihat diri kita sebagai pencipta realitas dan bertanggung jawab atas seluruh hal yang terjadi dalam hidup kita. Dengan memahami diri sebagai papan permainan, kita melepaskan diri dari batasan-batasan yang kita ciptakan sendiri, membuka diri untuk melihat kemungkinan baru dan peluang yang sebelumnya tidak terlihat. Menerima tanggung jawab penuh atas realitas kita membuka pintu bagi transformasi, mengubah persepsi kita tentang situasi, orang lain, dan diri sendiri, yang pada akhirnya akan mengubah realitas yang kita alami.
Praktik “Being the Board”:
Deklarasikan Diri sebagai Papan Permainan: Pertama, kita harus berani mendeklarasikan bahwa kita adalah pencipta realitas kita sendiri. Kita menerima bahwa apa yang kita alami adalah hasil dari pemikiran, keyakinan, dan tindakan kita sendiri.
Tanyakan “Bagaimana Hal Ini Terjadi di Papan Permainan Aku?”: Setelah menerima tanggung jawab penuh, kita diajak untuk menanyakan bagaimana peristiwa yang tidak menyenangkan terjadi dalam realitas kita. Pertanyaan ini akan membuka pintu bagi intropeksi dan membantu kita melihat bagaimana pikiran, tindakan, dan pilihan kita berkontribusi dalam menciptakan situasi tersebut.
Menerima dan Mengubah: Kita perlu belajar untuk menerima realitas yang ada tanpa resistensi. Bukan berarti kita harus pasrah dan menerima segala sesuatu begitu saja, tetapi kita perlu melepaskan diri dari perasaan marah dan menyalahkan. Dengan menerima, kita kemudian memiliki kebebasan untuk mengubah persepsi kita tentang situasi dan mengubah realitas kita sesuai keinginan.
Contoh Praktis:
Bayangkan Anda sedang berkendara dan mobil Anda ditabrak oleh pengemudi mabuk. Dalam perspektif “menyalahkan”, Anda mungkin akan marah dan menyalahkan pengemudi tersebut atas kerugian yang Anda alami. Namun, dengan mempraktikkan “Being the Board”, Anda dapat mengubah perspektif tersebut. Anda dapat bertanya pada diri sendiri, “Bagaimana peristiwa ini terjadi di papan permainan aku?”. Anda mungkin menyadari bahwa Anda tidak cukup waspada saat berkendara, atau Anda tidak menyadari risiko yang mungkin terjadi. Dengan memahami hal ini, Anda dapat belajar dari pengalaman tersebut dan mengubah cara Anda berkendara di masa depan.
Manfaat:
Mempraktikkan “Being the Board” membawa banyak manfaat. Memiliki kontrol atas realitas kita sendiri memberikan kita rasa kontrol dan kekuatan yang lebih besar. Dengan melepaskan kebiasaan menyalahkan, kita membangun hubungan yang lebih sehat dan penuh empati dengan orang lain. Memiliki kebebasan untuk mengubah realitas sesuai keinginan membuka pintu bagi kreativitas dan inovasi.
Kesimpulan:
Konsep “Being the Board” merupakan konsep yang menantang namun sangat bermanfaat. Ini mengajak kita untuk melepaskan kebiasaan lama yang tidak produktif dan membuka diri untuk menerima tanggung jawab penuh atas realitas kita sendiri. Dengan mempraktikkan “Being the Board”, kita memiliki kekuatan untuk mengubah realitas dan mencapai potensi penuh kita.